ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr, Nabi SAW bersabda :
بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً وَحَدِّثُوا عَنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَا حَرَجَ وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
”Sampaikanlah dariku meskipun satu ayat, dan ceritakanlah tentang Bani Israil dan tidaklah mengapa, dan barangsiapa yang berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di neraka”[ HR Bukhari]
Catatan Alvers
Dalam hadits ini, Rasul memerintahkan kita untuk sharing apa saja yang datang dari beliau, baik perkataan, perbuatan bahkan sifat dan sikap beliau. Rasul sebagai utusan Allah bertugas untuk menjelaskan firman Allah [Lihat QS An-Nahl : 44] dengan segala bentuk penjelasan (Bayan) baik bayan taqriri, bayan tafsiri, bayan tasyri’i maupun bayan naskhi. Kedudukan inilah yang kemudian menjadikan hadits sebagai sumber ajaran Islam yang utama. Namun disamping perintah sharing, kita diwanti-wanti oleh beliau untuk memperhatikan sanad dan validitas apa yang kita sampaikan sehingga ajaran islam ini tetap terjaga. Sanad didefinisikan oleh Mahmud at-Thahhan sebagai:
سلسلسة الرجال الموصلة للمتن
“Mata rantai informan (Perawi; orang yang menyampaikan hadits) yang menghubungkan kepada matan (isi; content) hadits.” [Taysir Musthalahil Hadits] Maksudnya adalah Susunan / rentetan perawi mulai yang pertama hingga perawi yang terakhir bersambung kepada Rasul SAW. Sanad ini penting sekali dalam menjaga validitas sebuah informasi bahkan sebuah ajaran. ‘Abdullah bin Al-Mubarak berkata:
الإسناد عندي من الدين ولو لا الإسناد لقال من شاء ما شاء.
Sanad bagiku termasuk bagian dari agama. Jika sanad tidak ada, niscaya orang akan berkata sesuka hatinya. [HR Muslim]
Sebuah contoh kisah pendusta hadits yang berkata sesuka hatinya terjadi pada masa Imam Ahmad bin Hambal (164-241 H) dan Yahya bin Ma'in (158-233 H). Saat itu keduanya menunaikan shalat di masjid al-Rashafah Baghdad. Begitu selesai shalat ada seorang tukang cerita berdiri dan mulai bercerita: Aku memperoleh Hadits ini dari Ahmad bin Hambal dan Yahya bin Ma'in keduanya berkata kami meperoleh Hadits dari Abd al-Razaq, dari Ma'mar dari Qatadah dari Anas. Ia berkata: Rasul bersabda begini dan begitu. Maka Ahmad bin Hambal dan Yahya bin Ma'in saling pandang keheranan karena keduanya tidak merasa pernah meriwayatkan Hadits demikian tersebut. Yahya pun segera menghampiri tukang cerita seraya bertanya: Siapa yang memberimu Hadits ini? karena si tukang cerita belum mengenal keduanya maka ia berkata dengan tanpa beban: Maka Ahmad bin Hambal dan Yahya bin Ma'in. Lalu Yahya menegaskan : Aku ini Yahya bin Ma'in dan ini adalah Ahmad bin Hambal, Kami tidak pernah meriwayatkan Hadits tersebut. Si tukang cerita justru berkata :
لم أزل أسمع أن يحيى بن معين أحمق ما تحققته إلا الساعة كأن ليس في الدنيا يحيى بن معين وأحمد بن حنبل غيركما قد كتبت عن سبعة عشر أحمد بن حنبل ويحيى بن معين
Aku mendengar bahwa Yahya bin Ma'in itu orang yang bodoh dan barusan saja aku membuktikannya sendiri. Seakan-akan didunia ini tidak ada Yahya bin Ma'in dan Ahmad bin Hambal selain kalian berdua. Sungguh aku telah mencatat Hadits dari tujuh belas orang yang bernama Ahmad bin Hambal dan Yahya bin Ma'in.
Kemudian Ahmad bin Hanbal menutupi wajahnya dengan lengan bajunya dan berkata kepada Yahya bin Ma'in: Biarkan ia berdiri, maka si tukang cerita itupun berdiri dengan perilaku mengejek keduanya. [Kitab Tanzih al-Syari’ah Al-Marfu'ah]
Pendusta hadits seperti di atas banyaknya sekali jumlahnya, terlebih lagi jumlah hadits yang telah dipalsukannya. Seorang pendusta bernama Abd al-Karim ibn abi al-'Awja' ketika di eksekusi mati oleh Muhammad ibn Sulayman al-'Abbasi, seorang gubernur Bashrah. ia berkata:
والله لقد وضعت فيكم أربعة آلاف حديثاً أحرم فيها الحلال وأحلل الحرام
Demi Allah, Sungguh Aku telah memalsukan Hadits untuk kalian sebanyak empat ribu hadits dimana aku mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram. [Kitab Al-Atsar al-Marfu'at fi Al-Akhbar al-Mawdhu’at]
Maka dari itu sanad sangatlah penting dalam agama sebab dengan sanad kita bisa membedakan mana yang asli dari Rasul (Shahih) dan mana yang dibuat-buat (Palsu/Maudlu’) dan tanpa sanad maka kaburlah mana yang asli mana yang palsu sebagaimana ini terjadi pada ajaran terdahulu. Allah swt berfirman :
“Mereka (Ahli Kitab) suka mengubah kalimat-kalimat Allah daripada tempat-tempatnya dan mereka itu (sengaja) melupakan perkara-perkara yang telah diperingatkan (dinasihatkan) kepada mereka…” [QS Al-Ma’idah 13]
Inilah urgensi sanad dalam hadits bahkan dalam ilmu agama secara keseluruhan, bukankah hadits adalah sumber utama ajaran islam. Sebagai pencari ilmu, perhatikanlah sanad keilmuan supaya tidak terjerumus kepada ilmu yang palsu yang menyesatkan. Imam Syafi’i berkata :
مثل الذي يطلب العلم بلا إسناد مثل حاطب ليل يحمل حزمة حطب فيها أفعى تلدغه وهو لا يدري
Perumpamaan pencari ilmu tanpa sanad seperti pencari kayu di malam hari , ia memikul pintalan kayu yang didalamnya terdapat ular [Adlwa’ul Bayan] Wallahu A’lam. Semoga semangat sharing kita tidak ternodai dengan kedustaan kepada Baginda mulia, Nabi SAW.
0 komentar:
Post a Comment