ONE DAY ONE
HADITH
Diriwayatkan
dari ‘Aamir bin Sa’d, dari ayahnya :
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ
بِقَتْلِ الْوَزَغِ وَسَمَّاهُ فُوَيْسِقًا
Bahwasannya
Nabi saw memerintahkan membunuh cicak dan beliau menamakannya binatang fuwaisiq
(fasik kecil)” [HR.Muslim]
Catatan
Alvers
Ajaran islam
yang syumul (komprehensip) tidak hanya mengatur urusan hubungan manusia dengan
sesama namun islam juga mengatur manusia dengan alam sekitar termasuk hewan
yang ada di sekelilingnya. Di antaranya adalah memperlakukan binatang. Dalam
islam ada binatang yang dianjurkan untuk dibunuh namun di sisi lain ada
binatang yang tidak boleh dibunuh bahkan dengan menolong dan berbuat baik
padanya dapat mengantarkan seseorang masuk surga dan menyiksanya akan
menyebabkan masuk neraka.
Diantara
binatang yang dianjurkan dibunuh adalah cicak. Membunuh disini tidak identik
dengan menyiksa karena Rasul SAW bersabda :
مَنْ قَتَلَ وَزَغًا فِي
أَوَّلِ ضَرْبَةٍ كُتِبَتْ لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ وَفِي الثَّانِيَةِ دُونَ ذَلِكَ
وَفِي الثَّالِثَةِ دُونَ ذَلِكَ
Barang siapa
yang membunuh cicak sekali pukul, maka dituliskan baginya pahala seratus
kebaikan, dan barang siapa memukulnya lagi, maka baginya pahala yang kurang
dari pahala pertama. Dan barang siapa memukulnya lagi, maka baginya pahala
lebih kurang dari yang kedua. [HR.Muslim]
Pahala yang
lebih besar didapatkan jika membunuh cicak dengan sekali pukulan artinya
meminimalkan penyiksaan kepadanya. Membunuh cicak dengan tanpa menyiksa akan
lebih banyak pahala di samping hal itu adalah kebaikan yang disegerakan.
Di sisi
lain, Islam melarang membunuh katak. Dalam satu hadits disebutkan :
أَنَّ طَبِيبًا سَأَلَ النَّبِىَّ -صلى الله
عليه وسلم- عَنْ ضِفْدَعٍ يَجْعَلُهَا فِى دَوَاءٍ فَنَهَاهُ النَّبِىُّ -صلى الله
عليه وسلم- عَنْ قَتْلِهَا.
“Ada seorang
tabib menanyakan kepada Nabi SAW mengenai katak, apakah boleh dijadikan campuran
obat. Kemudian Nabi SAW melarang untuk membunuh katak.” [HR Abu Daud]
Katak dan cicak
adalah dua binatang yang kontras, yang satu dianjurkan dibunuh sementara yang
lain dilarang membunuhnya. Selain karena hal ini sudah menjadi ketetapan wahyu,
namun di sisi lain ada alasan yang menjadi latar belakang perbedaan hukum
keduanya.
Sa’ibah
Maulah al-Fakih bin al-Mughirah menemui Aisyah RA dan melihat di rumahnya
terdapat sebuah tombak yang tergeletak. Dia pun bertanya kepada Aisyah,”Wahai
Ibu kaum mukminin apa yang engkau lakukan dengan tombak ini?” Aisyah menjawab,
نَقْتُلُ بِهِ هَذِهِ الْأَوْزَاغَ فَإِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبَرَنَا أَنَّ إِبْرَاهِيمَ لَمَّا
أُلْقِيَ فِي النَّارِ لَمْ تَكُنْ فِي الْأَرْضِ دَابَّةٌ إِلَّا أَطْفَأَتْ
النَّارَ غَيْرَ الْوَزَغِ فَإِنَّهَا كَانَتْ تَنْفُخُ عَلَيْهِ فَأَمَرَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَتْلِهِ
Kami gunakan
untuk membunuh cicak-cicak. Karena sesungguhnya Nabi saw pernah memberitahu
kami bahwa tatkala Ibrahim as dilemparkan ke dalam api tak satu pun binatang di
bumi saat itu kecuali dia akan memadamkannya kecuali cicak yang meniup-niupkan
apinya. Maka Rasulullah saw memerintahkan untuk membunuhnya. [HR Ibnu Majah]
Alasan yang
sama, terdapat dalam hadits shahih berikut :
أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِقَتْلِ الْوَزَغِ
وَقَالَ كَانَ يَنْفُخُ عَلَى إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَام
bahwa
Rasulullah SAW memerintahkan untuk membunuh cicak. Dan Beliau bersabda:
"Dahulu cicak ikut membantu meniup api (untuk membakar) Ibrahim AS. [HR Bukhari]
Dalam hadits
yang lain, Nabi saw menjelaskan latar belakang katak dan cicak, beliau bersabda
:
كانت الضفدع تطفئ النار عن إبراهيم وكان الوزغ ينفخ فيه ،
فنهي عن قتل هذا ، وأمر بقتل هذا
Dahulu katak
memadamkan api dari nabi Ibrahim (ketika dibakar), sedangkan cicak meniup-niupnya
(menghidupkan bara apinya), maka dilarang membunuh ini (katak) dan
diperintahkan membunuh ini (cicak)” [Mushannaf Abdur razzaq]
Ternyata
latar belakang kebaikan katak inilah yang menjadikan kita dilarang membunuh
katak. Alasan ini seperti berlaku kepada
kelelawar yang mana kita dilarang untk membunuhnya. Abdullah bin ‘Amr berkata :
لَا تَقْتُلُوا الضَّفَادِعَ فَإِنَّ نَقِيقَهَا تَسْبِيحٌ
, وَلَا تَقْتُلُوا الْخُفَّاشَ فَإِنَّهُ لَمَّا خَرِبَ بَيْتُ الْمَقْدِسِ
قَالَ: يَا رَبِّ سَلِّطْنِي عَلَى الْبَحْرِ حَتَّى أُغْرِقَهُمْ.
Janganlah
kalian membunuh katak karena sesungguhnya suaranya adalah tasbih, dan janganlah
kalian membunuh kelewar karena sesungguhnya ketika Baitul Maqdis hancur ia
berdo’a: “Wahai Tuhanku, berilah aku kekuasaan terhadap lautan agar aku bisa
menenggelamkan mereka!”.[HR Baihaqi Dalam Sunan Kubra,
Sanadnya
sahih]
Kelewar,
Hewan yang bisa dibilang lemah tak berdaya namun mempunyai keinginan kuat untuk
mempertahankan rumah Allah nan agung yang mulai hancur. Tak tanggung-tanggung
ia berdo’a kepada Allah, Ia tidak meminta sebongkah batu, sebatang pohon, atau
bahkan sebuah gunung akan tetapi ia minta kuasa akan lautan agar ia dapat
menenggelamkan orang-orang yang merusak baitul maqdis saat itu.
Pembahasan edisi
odoh kali ini, saya ingin menyadarkan kepada alvers semua bahwa Allah akan
menghargai usaha baik kita dalam membantu melawan kedzaliman meskipun usaha
kita tidak signifikan dan tak ada artinya karena kita bukan siapa-siapa.
Lihatlah api besar yang meliputi Nabi ibrahim dan lihat pula betapa sedikitnya air
yang dibawa oleh katak sehingga tidak berpengaruh sedikitpun untuk
memadamkannya. Namun lihat bagaimana agama ini memberikan penghargaan kepada
sang katak.
Tidak hanya
usaha, Allah juga akan menghargai doa meskipun dalam keterbatasan usaha kita
dalam melawan kedzaliman. Lihatlah kelelawar tadi yang berdoa dengan menggelora
meskipun ia tidak memiliki kekuatan dan kemampuan apa-apa bahkan terkesan doa
tanpa perbuatan apa-apa. Namun lihatlah bagaimana ajaran islam memberikan
balasan kepada sang kelelawar.
Hari-hari
ini kita disuguhkan sebuah kedzaliman besar, berupa penghinaan kepada ayat-ayat
al-Qur’an. Meskipun nun jauh di sana, Di kota jakarta sedangkan kita di pelosok
desa, kita tidak mampu menjangkaunya, kita tidak memiliki kekuatan bahkan apa
yang kita perbuat dalam membantu melawan kedzaliman besar tersebut mungkin
tiada artinya, namun janganlah berputus asa. Allah tidak akan menyia-nyiakan
apa yang anda berikan layaknya setitik air yang di bawa katak di atas, bahkan
Allah tidak akan menyia-nyiakan sekedar doa. Berdoalah dengan semangat doa
kelelawar dalam melawan kedzaliman.
Dengan apa
yang anda lakukan minimal anda menunjukkan kemanakah anda berpihak layaknya
dongeng (bukan hadits) seekor semut membawa setetes air. Seekor burung kemudian
bertanya, "Untuk apa kamu bawa air itu?" Semut menjawab : "Ini
air untuk memadamkan api yang sedang membakar kekasih Tuhan, Ibrahim."
Burung berkata : " tak akan guna air yang kamu bawa." Semut
menimpaliny: "Aku tahu, tetapi dengan ini aku menegaskan di pihak manakah
aku berada." Wallahu A’lam. Semoga
Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk membantu melawan kedzaliman
baik dengan usaha maupun doa
Salam Satu Hadith,
DR.H.Fathul Bari,
Malang, Ind
ONE DAY ONE HADITH
Kajian Hadits
Sistem SPA (Singkat, Padat, Akurat)
READY STOCK BUKU
ONE DAY#1
Distributor :
081216742626
0 komentar:
Post a Comment