ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit RA, Rasulullah SAW
bersabda :
مَنْ كَانَتْ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ
اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَلَمْ يَأْتِهِ
مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ وَمَنْ كَانَتْ الْآخِرَةُ نِيَّتَهُ
جَمَعَ اللَّهُ لَهُ أَمْرَهُ وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَأَتَتْهُ
الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ
Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya
maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak
pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan
(harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan
barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan
menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam
hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak
bernilai di hadapannya) [HR Abu Dawud]
Catatan Alvers
Dikisahkan bahwa seorang pimpinan sebuah perguruan
tinggi di indonesia tidak puas dengan output pendidikan modern walaupun sudah bergonta-ganti
kurikulum. Ia memutuskan untuk pergi ke Timur Tengah untuk meminta masukan dari
seorang syeikh tentang bagaimana sistem pendidikan terbaik untuk mencetak
output yang memiliki pekerjaan yang layak. Merespon pertanyaan sang rektor ini,
syeikh berkata : “Ceritakanlah terlebih dahulu bagaimana sistem
pendidikan saat ini di Indonesia mulai jenjang paling bawah sampai paling
atas?”
Rektor : “paling bawah mulai dari SD selama 6
tahun, SMP 3 tahun, SMA 3 tahun, D3 3 tahun atau S1 4 tahun, S2 sekitar 2
tahun, dan setelah itu S3 untuk yang paling tinggi.”
Syeikh : “Jadi untuk sampai S2 saja butuh
waktu sekitar 18 tahun ya? Lalu jika seseorang hanya lulusan SD (6 tahun),
pekerjaan apa yang akan ia didapat?” Rektor : “Paling hanya buruh lepas
atau tukang sapu jalanan, tukang kebun dan pekerjaan sejenisnya. Tidak ada
pekerjaan yang bisa diharapkan jika hanya lulus SD di negeri Kami.”
Syeikh : “Jika Lulus SMP bagaimana?” Rektor
: “Untuk SMP mungkin jadi office boy (OB) atau cleaning service.”
Syeikh : “Kalau SMA bagaimana?” Rektor :
“Kalau lulus SMA masih agak mending pekerjaan nya di negeri Kami, bisa
sebagai operator di perusahaan-perusahaan.”
Syeikh : “Kalau lulus D3 atau S1 bagaimana?”
Rektor : “Kalo lulus D3 atau S1 bisa sebagai staff di kantor dan S2 bisa
langsung jadi manager di sebuah perusahaan.”
Syeikh : “Berarti untuk mendapatkan
pekerjaan yang layak di negeri Anda minimal harus lulus D3/S1 atau butuh pendidikan
selama 15-16 tahun ya?” Rektor : “Iya betul”
Syeikh : “Sekarang coba bandingkan dengan
pendidikan yang Islam ajarkan. Jika seseorang selama 6 tahun pertama (SD) hanya
mempelajari dan menghapal Al-Qur’an sehingga menjadi hafidz, Adakah hafidz
Qur’an di negeri Anda yang bekerja sebagai buruh lepas atau tukang sapu seperti
yang Anda sebutkan tadi untuk orang yang hanya Lulus SD?” Rektor: “Tidak ada”
Syeikh : “Jika ia melanjutkan 3 tahun
berikutnya sehingga ia menghapal ratusan hadits, apakah ada di negara Anda
orang yang hapal Al-Qur’an 30 juz dan ratusan hadits menjadi OB atau cleaning
service seperti lulusan SMP?” Rektor : ” Tidak ada”
Syeikh : “Kalau ia melanjutkan belajar 3 tahun
setelahnya hingga ia menguasai tafsir Al-Qur’an, apakah ada di negara Anda
orang yang hafidz Qur’an dan hadits dan ahli tafsir yang kerjanya sebagai
operator di pabrik seperti lulusan SMA?” Rektor : “Tidak ada”
Syeikh : “Itulah, jika Anda ingin mencetak
generasi yang cerdas, bermartabat, bermanfaat bagi bangsa dan agama, serta
mendapatkan pekerjaan yang layak, Anda harus merubah sistem pendidikan Anda
dari orientasi dunia menjadi orientasi akhirat karena jika berorientasi pada
akhirat insya Allah dunia akan didapat. Tapi jika sistem pendidikan hanya
berorientasi pada dunia, maka dunia dan akhirat belum tentu akan didapat.”
Syeikh mengakhiri dialognya dengan memberi nasehat
kepada sang rektor, “Itulah sebabnya Anda tidak akan menemukan seorang santri yang
hafidz Qur’an yang berprofesi sebagai tukang sapu atau buruh lepas walaupun
orang tersebut tidak belajar sampai ke jenjang pendidikan yang tinggi karena Allah
yang memberikan pekerjaan langsung untuk para hafidz Qur’an. Hafidz Qur’an
adalah salah satu karyawan Allah dan Allah sayang sama mereka dan akan
menggajinya lewat cara-cara yang menakjubkan. Tidak perlu gaji bulanan tapi
hidup berkecukupan”.
Itulah gambaran realitas santri yang didefinisikan
oleh almaghfurlah Kyai Hasani Nawawi
Sidogiri dengan maqalah beliau:
السنتري بشاهد حاله هو من يعتصم بحبل الله
المتين ويتبع سنة الرسول الامين صلى الله عليه وسلم ولا يميل يمنة ولا يسرة في كل
وقت وحين هذا معناه بالسيرة والحقيقة لا يبدل ولا يغير قديما وحديثا. والله اعلم
بنفس الامر وحقيقة الحال
Santri berdasarkan peninjauan tindak langkahnya,
adalah orang yang berpegang teguh pada Alqur’an dan mengikuti sunnah Rasul SAW
dan teguh pendirian. Ini adalah arti dengan bersandar sejarah dan kenyataan
yang tidak dapat diganti dan dirubah selama-lamanya. Allah yang maha mengetahui
atas kebenaran sesuatu dan kenyataannya.
Secara umum, santri yang bertahun-tahun melewati
pendidikan agama 24 Jam dengan sistem keteladanan (uswah Hasanah) secara
kontinyu dari kyai dan para ustadz akan lebih baik akhlak dan perilakunya dari
pada mereka yang belajar hanya sebatas teori akhlak tanpa ada keteladanan dan bimbingan
secara kontinyu. Inilah nilai plus dari santri dan pendidikan pesantren di samping
kemudahan dan jaminan yang terkandung dalam hadits utama di atas.
Saya teringat beberapa tahun yang lalu ada seorang
wanita pengusaha beragama budha yang bertamu ke pondok an-nur 2, ia memberikan
statement yang sangat mengagetkan saya. Ia berkata “Saya lebih senang memiliki
karyawan yang berasal dari kaum santri dari pada kalangan profesional”. Saya
sangat penasaran, lantas saya bertanya : “Kenapa demikian? Bukankah santri minim
skill yang dibutuhkan di perusahaan anda dibanding seorang profesional yang
sudah siap kerja?”. Ia menjawab “Santri itu memiliki tingkat kejujuran yang
tidak dimiliki orang lain. Masalah skill saya bisa mentrainingnya satu sampai
dua bulan di perusahaan saya namun saya tidak bisa mentraining seorang
profesional untuk menjadi jujur dan amanah”. Dan ternyata memang benar,
akhir-akhir ini ada beberapa santri yang minta legalisir ijazah pesantren untuk
urusan pekerjaan.
Uraian ini kiranya membuka mata kita bahwa
pendidikan islam (baca: pesantren) tidak kalah bagus dalam mencetak generasi
yang berdaya saing dalam lapangan pekerjaan belum lagi kalau berbicara dekadensi
moral yang melanda generasi muda mulai dari maraknya pornografi, pergaulan
bebas, miras dan narkoba maka pesantren telah membuktikan kiprahnya sepanjang
sejarah bangsa indonesia ini sebagai solusi dari semua permasalahan manusia
modern di atas. Hal ini sebagaimana
kutipan pidato sahabat Umar RA:
لا يصلح آخر هذه الأمة إلا بما صلح به أولها
Tidaklah bisa memperbaiki kwalitas ummat ini kecuali
sesuatu yang telah memperbaiki kwalitas ummat terdahulu. [Kanz al-Ummal]
Kami keluarga besar One Day One Hadith Alvers dan
Pondok Pesantren An-nur II Al-Murtadlo Malang mengucapkan, Selamat Hari Santri
Nasional Semoga santri dan pesantren semakin eksis mengantarkan bangsa ini mencapai
abad kejayaannya. Wallahu A’lam. Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka
hati dan fikiran kita untuk menyadari pentingnya pendidikan agama (pesantren)
untuk kesuksesan dunia dan akhirat.
Salam Satu Hadith,
DR.H.Fathul Bari, Malang, Ind
ONE DAY ONE HADITH
Kajian Hadits Sistem SPA (Singkat, Padat, Akurat)
READY STOCK BUKU ONE DAY#1
Distributor : 081216742626
0 komentar:
Post a Comment