ONE
DAY ONE HADITH
Khabbab
RA berkata : Kami mengeluh kepada Rasulullah SAW ketika beliau sedang berbaring
di bawah bayangan Ka’bah, berbantalkan kain yang beliau miliki, lalu kami
berkata: “Tidakkah engkau memohon pertolongan untuk kami? Tidakkah engkau
mendo’akan kami?” Rasulullah SAW bersabda :
قَدْ
كَانَ مَنْ قَبْلَكُمْ يُؤْخَذُ الرَّجُلُ فَيُحْفَرُ لَهُ فِي الْأَرْضِ
فَيُجْعَلُ فِيهَا فَيُجَاءُ بِالْمِنْشَارِ فَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ فَيُجْعَلُ نِصْفَيْنِ
وَيُمْشَطُ بِأَمْشَاطِ الْحَدِيدِ مَا دُونَ لَحْمِهِ وَعَظْمِهِ فَمَا يَصُدُّهُ
ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ
Sungguh ada di
antara orang-orang yang beriman sebelum kalian yang ditangkap, lalu digalikan
tanah dan ditanam di sana, kemudian dibawakan gergaji dan diletakkan di atas
kepalanya, lalu orang itu dibelah dua, daging dan urat yang berada di bawah kulit
disisir dengan sisir besi, namun itu semua tidak menghalanginya dari din
(agama)nya. [HR Bukhari]
Catatan
Alvers
Di
samping membaca maulid, Masyarakat kita lazim membaca manaqib. Kata manaqib
adalah bentuk jamak dari mufrad (singular) manqabah, yang artinya cerita kebaikan amal dan
akhlak perangai terpuji seseorang. Membaca manaqib artinya mempelajari segala
sesuatu yang berkaitan dengan riwayat hidup sosok panutan dengan tujuan untuk menjadikannya
sebagai pelajaran yang baik.
Rasul
SAW acapkali menceritakan kisah orang-orang terdahulu yang memiliki keteguhan
iman untuk meneguhkan hati para sahabat seperti dalam hadits utama di atas. Metode
kisah seperti ini efektif dalam membentuk kepribadian. Allah SWT berfirman :
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي
الْأَلْبَابِ
“Sesungguhnya
pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai
akal…” [QS. Yusuf: 111]
Hal
ini dikarenakan ketika kita menyebutkan riwayat hidup seseorang yang mulia maka
seakan mereka kembali hidup bersama kita dengan akhlak terpuji mereka. Tersebut
sebuah hadits diriwayatkan dari as-sakhawi :
مَنْ
وَرَّخَ مُؤْمِناَ فَكَأَنمَّاَ اَحْياَهُ
Siapa membuat riwayat hidup orang mukmin
(yang sudah meninggal) maka sama halnya ia menghidupkannya. [Kasyfudz Dzunun]
Imam
Abu Hanifah berkata :
الحكايات عن العلماء ومجالستهم أحب إلي من كثير
من الفقه ؛ لأنها آداب القوم وأخلاقهم
“Kisah-kisah
(keteladanan) para Ulama dan duduk di majelis mereka lebih aku sukai dari pada
kebanyakan (masalah-masalah) fikih, karena kisah-kisah tersebut (berisi) adab
dan tingkah laku mereka (untuk diteladani).”[ Jami’u Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlih libni
‘Abdil Barr]
Salah
satu sosok panutan yang layak dipelajari riwayat hidupnya adalah Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani. Beliau
terkenal memiliki berbagai macam karamah. Namun hal ini terkadang menjadikan
seseorang tertarik untuk memiliki karamah layaknya beliau padahal beliau
sendiri tidaklah mengejar karamah tersebut dan tidak menjadikan karamah sebagai
tujuan. Bukankah istiqamah itu sendiri lebih baik dari 1000 karamah?. Abu ‘Ali
al-Jawjaza’i berkata :
كن صاحب الاستقامة، لا طالب الكرامة،
“Jadilah
engkau sebagai pemilik istiqamah jangan kau menjadi pencari karamah”.
Boleh
jadi kau tergerak untuk mencari karamah padahal Allah memerintahkanmu
istiqamah. [Risalah Qusyairiyah]
Maka
ketertarikan seseorang kepada sosok mulia Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani janganlah
terhenti pada karamah-karamah beliau karena pada hakikatnya letak kemuliaan
beliau bukan terletak pada karamah beliau. Kalau tolok ukur kemuliaan seseorang
adalah kesaktian yang dimilikinya maka setan boleh jadi dinobatkan sebagai mahluk
yang paling mulia karena ia mampu menempuh perjalanan yang amat jauh, dari
ujung timur ke ujung barat hanya ditempuh dengan beberapa menit saja. As-Syinqithi
menukil perkataan Ulama’:
إذا
رأيت رجـلاً يطير وفوق ماء البحر قد يسيرُ ولم يقف عند
حدود الشرع فإنه مستدرجٌ أو بدعي
Jika
engkau melihat seseorang mampu Terbang ataupun Mampu berjalan di atas air.
Sedang dia tidak berdiri di batas-batas hukum Syara’ maka sesungguhnya dia
adalah seorang yang di istidrajkan atau seorang Pelaku Bid’ah. [Adlwa’ul Bayan]
Oleh
karena itu seyogyanya yang harus mendapat perhatian lebih besar dalam membaca
manaqib (riwayat hidup) beliau adalah bagaimana keistiqamahan dan perilaku
beliau sebab itulah pondasi sebenarnya yang dapat kita teladani dalam hidup
sehari-hari. Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani berkata :
بَنَيْتُ أمري على الصدق
“Aku
membangun urusanku di atas kejujuran”.
Selanjutnya
beliau mengisahkan : Tatkala aku pergi dari mekkah ke bagdad untuk menuntut
ilmu, Ibuku memberiku bekal empat puluh dinar (Sekitar Rp.75 Juta) dan ibuku
berpesan kepada agar menjaga sifat jujur. Ketika kami tiba di daerah Hamdan,
tiba-tiba orang pedalaman menghadang dan merampok kafilah. Seorang diantaranya
bertanya kepadaku : Apa yang kau miliki? Aku menjawab : Uang 40 dinar. Namun ia
menyangka aku bergurau dan iapun meninggalkanku. Perampok yang lain melihatku
dan membawaku ke pimpinan mereka dan pemimpin itu lalu menanyakan hal yang sama
dan akupun menjawab dengan yakin bahwa aku membawa uang 40 dinar. Kemudian
pemimpin itu bertanya: apa yang membuatmu jujur? Maka aku menjawab: Aku telah
berjanji kepada ibu untuk berlaku jujur maka aku takut mengkhianati janji
kepada ibuku. Mendengar jawabanku ini, pemimpin itu menangis tersedu-sedu
sambil berkata : kau takut untuk mengkhianati janji kepada ibumu lantas
bagaimana aku tidak takut untuk mengkhianati janjiku kepada Allah!. Sang
pimpinan perampok tadi menyuruh mengembalikan barang-barang kepada kafilah dan iapun
berkata : aku bertaubat kepada Allah di hadapanmu (dengan bimbinganmu)!. Anak
buahnya pun berkata :
أنت
كبيرنا في قطع الطريق، وأنت اليوم كبيرنا في التوبة
Engkau
adalah pemimpin kami dalam hal merampok dan hari ini engkau menjadi pemimpin
kami dalam taubat.
Lalu
semua perampok tadi bertaubat sebab kejujuran Syeikh Abdul Qadir al-Jilani. [Nuzhatul
Majalis]
Disamping
kejujuran yang merupakan pondasi kehidupan, beliau juga terkenal dengan
keluasan ilmunya. Dikisahkan Syiekh Ja’far bin Hasan Al-Barzanji dalam
Al-Lujain Ad-Dani, Beliau mengajar 13 bidang keilmuan yaitu Tafsir, hadits, Nahwu,
Qiraat dll. Beliau menjadi Mufti Madzhab Imam Syafii kemudian Madzhab Imam
Ahmad. Fatwa beliau menjadikan Ulama Iraq saat itu terkagum-kagum dan berkata :
سبحان من أعطاه
“Maha suci Allah yang
memberinya Ilmu”
[Al-Lujain
Ad-Dani]
Kealiman
beliau mendapat perhatian khusus dari khalifah sehingga sang khalifah banyak
mengirimkan hadiah namun apa yang dilakukan oleh Syeikh?
وما وقف بباب وزير ولا سلطان ولا قبل الهدية من الخليفة قط
Syeikh
Abdul Qadir Al-Jailani tidak pernah sama sekali berdiri di depan pintu mentri
ataupun raja dan beliau tidak pernah mau menerima hadiah dari khalifah. [Al-Lujain
Ad-Dani]
Beliau
juga pernah didatangi cahaya yang diiringi dengan suara:
يا عبد القادر أنا ربك، وقد أبحت لك المحرمات
Wahai
Abdul Qadir, Aku adalah tuhanmu dan aku telah menghalalkan untukmu
perkara-perkara yang haram.
Sontak,
Syeikh membaca ta’awwudz dan berkata: menyingkirlah wahai yang terlaknat! Lalu
cahaya tadi menjadi gelap dan berupa kepulan asap dan bersuara: Wahai Abdul
Qadir engkau selamat dari godaanku sebab kamu mengetahui hukum tuhanmu dan kesadaranmu
akan kedudukanmu. Padahal aku telah menyesatkan 70 orang ahli thariqat dengan
cara yang sama. [Al-Lujain Ad-Dani]
اللّٰهُمَّ انْثُـرْ نَّفَحَاتِ َالرِّضْوَانِ عليه
، وَأَمِدَّنَا بِالأَسْرَارِ التي أودعتها لديه
Ya
Allah, Tebarkanlah harumnya keridlaanMu kepadanya dan anugerahilah kami
rahasia-rahasia yang telah kau berikan kepadanya. Wallahu A’lam. Semoga
Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk meneladani kejujuran dan
sifat mulia dari Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani.
Salam Satu Hadith,
DR.H.Fathul Bari,
Malang, Ind
Kajian Hadits
Sistem SPA
(Singkat, Padat,
Akurat)
ONE DAY ONE HADITH
Buku Serial #1
Indahnya Hidup Bersama Rasul SAW
Buku Serial #2
Motivasi Bahagia dari Rasul SAW
Dapatkan harga
promo, hub.: 081216742626
0 komentar:
Post a Comment