ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Nabi saw
bersabda :
مَنْ صَلَّى
عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا
Barang siapa bershawalat kepadaku sebanyak
satu kali saja maka Allah akan ber-shawalat kepadanya sebanyak sepuluh kali [HR
Muslim]
Catatan Alvers
Sejak Allah mengumumkan bahwa DIA dan para
malaikat bershalawat kepada Nabi Saw dan
memerintahkan orang-orang beriman untuk bershalawat dalam firman Allah Swt :
إِنَّ
اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya,
bershalawat atas Nabi, wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu
untuk nabi dan ucapkan salam penghormatan kepadanya”. [QS Al-Ahzab 56].
maka sejaksaat itu pula shalawat kepada Nabi Saw menjadi sunnatullah. Artinya,
sejak saat itu sampai hari ini — kira-kira sudah 15 abad — manusia tidak pernah
berhenti dalam bershalawat , baik dalam sholat, qasidah-qasidah, amaliah shalawat
dll. Artinya, sejak 15 abad yang silam
orang setiap hari terus-menerus bershalawat tidak pernah putus, sehingga kalau mau jujur
dicatat dalam guinness book of the record, maka Nabi Saw adalah sat-satunya
manusia yang namanya tidak pernah berhenti disebut orang selama 15 abad.
Subhanallah!
Shalawat dari Allah, malaikat dan kita tentu
memiliki makna berbeda, Syeikh Zainuddin al-Munawi berkata :
فإن الصلاة من
الله رحمة ومن الملائكة استغفار ومن الغير دعاء وطلب
Shalawat dari Allah itu bermakna (curahan) rahmat
dan dari malaikat berarti istighfar (memohonkan ampunan) sedang dari lainnya
adalah doa dan permintaan [Faidl al-Qadir]
Melantunkan Shalawat adalah ibadah yang utama
dan mulia. Syeikh Nashr As-Samarqandy
berkata:
وإذا أردت أن تعرف أن الصلاة على النبي صلى اللَّه عليه وسلم أفضل من سائر
العبادات فانظر وتفكر في قول اللَّه سبحانه وتعالى
Bila kau ingin mengetahui bahwa shalawat kepada
Nabi SAW termasuk ibadah yang paling utama, maka perhatikan dan renungkan
firman Allah Swt dalam al-Quran:
إِنَّ
اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya,
bershalawat atas Nabi, wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu
untuk nabi dan ucapkan salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzab 56).
ففي سائر العبادات أمر اللَّه تعالى عباده بها، وأما الصلاة على النبي صلى
اللَّه عليه وسلم فقد صلى عليه بنفسه أوّلا وأمر ملائكته بالصلاة عليه، ثم أمر
المؤمنين بأن يصلوا عليه، فثبت بهذا أن الصلاة على النبي صلى اللَّه عليه وسلم
أفضل العبادات
Kalau dalam ibadah-ibadah lainnya Allah
memerintahkan hamba- hambaNya untuk melakukannya maka untuk bershawalat kepada
Nabi SAW Allah sendiri melakukannya terlebih dahulu lalu memerintahkan para
malaikatNya bershalawat barulah kemudian Allah memerintah untuk bershalawat kepada
Nabi SAW. Dengan ini maka tetaplah bahwasannya bershalawat kepada Nabi SAW
adalah sebaik-baik ibadah. [Tanbih Al-Ghafilin]
Lalu lihat pula apa yang diberi oleh Allah untuk
orang yang bershalawat kepada Nabi SAW dalam hadits utama diatas bukankah Allah
akan ber-shawalat kepadanya sebanyak sepuluh kali? Dalam riawayat yang disebutkan
:
من صلى
عليّ من أمتي مخلصاًَ من قَلبِه صلاةً واحدةً صلّى اللهُ عليه عشر صلواتٍ ورفع عشر
درجاتٍ ومحا عنه عشر سيئاتٍ. (رواه النسائ)
“barangsiapa di antara umatku yang membacakan
shalawat atasku satu kali dengan ikhlas dari lubuk hatinya, maka Allah
menurunkan sepuluh rahmat kepadanya, mengangkat sepuluh derajat kepadanya, dan
menghapus sepuluh kesalahan”. [HR. Nasa’i]
Shalawat dan salam adalah satu paket dimana
shalawat tidak terlepas dari salam kepada Nabi SAW. Hal ini karena keduanya
adalah sama-sama perintah Allah dalam perintah ayat di atas. Imam Nawawi
berkata :
إذا صلَّى على النبيّ صلى اللّه
عليه وعلى آله وسلم ، فليجمع بين الصلاة والتسليم ولا يقتصرْ على أحدهما، فلا يقل
"صلّى
اللّه عليه" فقط، ولا "عليه السلام" فقط.
Jika seseorang bershalawat kepada Nabi SAW
maka hendaknya mengumpulkan antara
Shalawat dan salam serta tidak mencukupkan
dengan salah satunya saja maka jangan katakan “Shallallahu Alayh” saja atau “Alayhis
Salam” saja. [Al-Adzkar]
Imam Ghazali menceritakan bahwa salah seorang
salafus shalih berkata:
كنت أكتب الحديث وأصلي على النبي صلى الله عليه
وسلم فيه ولا أسلم فرأيت النبي صلى الله عليه وسلم في المنام فقال لي: أما تتم
الصلاة علي في كتابك؟ فما كتبت بعد ذلك إلا صليت وسلمت عليه
Aku pernah menulis hadits dan aku bershalawat
kepada Nabi SAW di dalamnya akan tetapi tidak menulis salam maka aku bermimpi Nabi
SAW berkata kepadaku:
أما تتم
الصلاة علي في كتابك؟
Kenapa engkau shalawat tidak sempurnakan
shawalat kepadaku dalam tulisanmu?
Maka sejak itu, tidaklah aku menulis kecuali
aku bershalwat dan salam kepadaNya. [Ihya’ Ulumuddin]
Shalawat adalah sebuah ibadah yang tidak
berbatas alam, jarak ataupun waktu. Artinya bila diucapkan maka akan menembus
alam langit yang sangat jauh, didengar para malaikat, lalu turut menyampaikan
doa bagi manusia yang mengucapkannya, dan menembus Alam kubur menyampaikan
salam yang diucapkan manusia kepada Nabi Muhammad Saw. Beliau Bersabda :
مَا مِنْ
أَحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ إِلَّا رَدَّ اللَّهُ عَلَيَّ رُوحِي حَتَّى أَرُدَّ
عَلَيْهِ السَّلَامَ
“Tidak ada salah seorang di antara kamu yang
mengucapkan salam kepadaku (sesudah aku wafat) melainkan Allah mengembalikan
ruh-Ku sehingga aku menjawab salamnya [HR Abi Daud]
Mungkin hati kecil alvers ada yang bertanya
bagaimana itu terjadi, Rasul Saw hidup kembali dalam kuburNya? Menjawab hal
ini, Saya teringat dengan permasalahan yang sama yaitu tatkala roh mayyit
dikembalikan ke dalam jasadnya kemudian ditanya oleh malaikat, dan mendapat
siksa atau kenimatan, maka mengapa manusia tidak dapat melihatnya sedikitpun? Syeikh
Thahir Al-Jazairy menjawab :
اِنَّ اللهَ يَحْجُبُ
اَبْصَارَهُمْ عَنْ ذَلِكَ اِمْتِحَانًا لَهُمْ لِيُظْهَرَ مَنْ يُؤْمِنُ بِالْغَيْبِ
وَمَنْ لَايُؤْمِنُ بِهِ مِنْ ذَوِى الشَّكِّ وَالرَّيْبِ وَلَوْ رَاىَ النَّاسُ ذَلِكَ
لَآمَنُوا كُلُّهُمْ وَلَمْ يَصِرْ فَرْقٌ بَيْنَ النَّاسِ وَلَمْ يَتَمَيَّزِ الْخِبَيْثُ
مِنَ الطَّيِّبِ وَالرَّدِئُ مِنَ الْجَيِّدِ.
Sesungguhnya Allah menutup penglihatan manusia
dari hal tersebut, sebagai ujian bagi mereka, agar menjadi jelas siapakah yang
beriman kepada hal ghaib dan siapa yang tidak beriman dan ragu serta bimbang
akan hal tersebut. Seandainya manusia melihat keadaan dalam kubur, niscaya
mereka akan beriman semuanya, sehingga tidak ada perbedaan antar manusia yang
baik dan yang jahat, serta tidak ada beda antara yang hina dan mulia. [Al-Jawahir
al-Kalamiyah]. Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati
dan fikiran kita untuk gemar bershalawat dan salam kepada Nai Muhammad SAW dan
meneladani semua uswahNya.
Salam Satu Hadith,
DR.H.Fathul Bari, SS.,
M.Ag
Pengasuh PP AN-NUR
2, Malang, Ind
Dapatkan Artikel diatas
Dan Artikel
terbaik lainnya
Dengan Sistem SPA
(Singkat, Padat,
Akurat)
Di Buku
ONE DAY ONE HADITH
Pesan Antar
Seluruh Indonesia
Ust. Muadz :
081216742626
*UMRAH ALVERS 14 Hari Bulan Januari 2017*
$2.100, Pesawat Garuda, Hotel Dekat, Call. Ust Muji :082331865292
0 komentar:
Post a Comment