ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Abu Mas’ud Al Anshari (AL-Badari)
RA , beliau berkata, “Rasulullah SAW mendatangi kami tatkala kami sedang berada
di majelis Sa’ad bin Ubadah RA. Maka Basyir bin Sa’ad RA bertanya kepada beliau
:
أَمَرَنَا اللَّهُ تَعَالَى أَنَّ
نُصَلِّيَ عَلَيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَكَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ
“Allah telah memerintahkan kepada kami untuk
bershalawat kepadamu, bagaimanakah kami mengucapkan shalawat kepadamu?” Abu
Mas’ud berkata, “Kemudian rasulullah SAW terdiam beberapa lama, sehingga kami
berangan-angan seandainya Basyir tidak bertanya kepada beliau. Kemudian Rasulullah
SAW bersabda:
قُولُوا اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ
إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ وَالسَّلَامُ كَمَا قَدْ
عَلِمْتُمْ
“Ucapkanlah: “Ya Allah,
berikanlah kemuliaan kepada Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau
memberikan kemuliaan kepada Ibrahim. Dan berilah karunia kepada Muhammad
beserta keluarganya sebagaimana Engkau memberikan karunia kepada keluarga
Ibrahim. Sesungguhnya di alam semesta ini, hanya Engau-lah yang Mahaterpuji
lagi Mahamulia. Adapun mengucapkan salam maka seperti yang telah kalian ketahui.”
[HR Muslim]
Catatan Alvers
Imam Nawawi menjelaskan bahwa hadits tersebut
dilatar belakangi turunnya ayat perintah bershalawat dan salam kepada Nabi SAW [QS.
Al-Ahzab 56]. Lantas beliau memberikan faidahnya :
وفي هذا أن من أمر بشيء لا يفهم
مراده يسأل عنه ليعلم ما يأتي به
Dipetik dari hadits ini bahwasannya seseorang
yang diperintahkan mengerjakan sesuatu sedangkan ia tidak mengetahui maksud
perntah tersebut maka hendaknya ia menanyakannya supaya ia tahu apa yang harus
ia lakukan [Syarah Muslim]
Redaksi shalawat di atas lazim dikenal dengan
shalawat ibrahimiyyah yang kita baca ketika tayahhud dalam shalat dan memang
menurut al-Qadli (Iyadl Rahimahullah), menurut qaul adzhar (yang lebih jelas) redaksi
shalawat yang ditanyakan memang dalam konteks shalat sehingga imam muslim
mendatangkan riwayat hadits ini dalam bab shalat. [Syarah Muslim]
Adapun salam yang telah diajarkan oleh Rasul
SAW dan diketahui oleh para sahabat adalah ucapan :
السلام عليك أيها النبي ورحمة الله
وبركاته
Semoga terlimpah kepadamu wahai nabi, keselamatan,
rahmat Allah dan barakah-Nya. [Syarah Muslim]
Lalu siapakah yang dimaksud “Alihi” (keluarga)
beliau dalam shalawat tersebut? Dalam hal ini ada beberapa pendapat: 1. Mereka
adalah semua Ummat Muhammad SAW dan pendapat ini adalah pendapat yang paling
jelas (adzhar) yang dipilih oleh Imam Al-Azhari dan para pentahqiq (peneliti).
2. Mereka adalah Bani Hasyim dan Bani Mutthalib secara khusus. 3. Mereka adalah
ahlu bayt beliau yaitu istri-istri Nabi dan anak keturunannya secara khusus. [Syarah
Muslim]
Selanjutnya, bagaimana dengan redaksi shalawat
yang tidak diajarkan langsung oleh Nabi SAW susunan redaksinya (Ghair Ma’tsur) seperti
shalawat nariyah, shalawat munjiyah, shalawat fatih dan lainnya? Apakah boleh
dibaca dan diamalkan? Apakah tidak termasuk Bid’ah sebagaimana dituduhkan?
Ketahuilah alvers, bahwa para sahabat gemar
bershalawat kepada Nabi diantaranya adalah Abdullah bin Mas’ud RA, bahkan ia mengajarkan
redaksi shalawat lain yang berbeda dengan yang di ajarkan oleh Nabi. Abdullah
bin Mas’ud RA : “Apabila kalian bershalawat kepada Rasulullah SAW, maka buatlah
redaksi shalawat yang bagus kepada beliau, siapa tahu shalawat kalian itu disampaikan
kepada beliau.” Mereka bertanya: “Ajarikan kepada kami (hal itu)” Beliau
menjawab: “Katakan :
اللَّهُمَّ
اجْعَلْ صَلَاتَكَ وَرَحْمَتَكَ وَبَرَكَاتِكَ عَلَى سَيِّدِ الْمُرْسَلِينَ
وَإِمَامِ الْمُتَّقِينَ وَخَاتَمِ النَّبِيِّينَ مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ
إِمَامِ الْخَيْرِ وَقَائِدِ الْخَيْرِ وَرَسُولِ الرَّحْمَةِ اللَّهُمَّ
ابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا يَغْبِطُهُ بِهِ الْأَوَّلُونَ وَالْآخِرُونَ
Ya Allah
jadikanlah segala shalawat, rahmat dan berkah-Mu kepada sayyid para rasul,
pemimpin orang-orang yang bertakwa, pamungkas para nabi, yaitu Muhammad hamba
dan rasul-Mu, pemimpin dan pengarah kebaikan dan rasul yang membawa rahmat. Ya
Allah anugerahilah beliau maqam terpuji yang menjadi harapan orang-orang
terdahulu dan orang-orang terkemudian.”
اللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
“Ya
Allah, berikanlah kemuliaan kepada Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau
memberikan kemuliaan kepada Ibrahim. Sesungguhnya engkau maha terpuji dan maha
agung. Dan berilah karunia kepada Muhammad beserta keluarganya sebagaimana
Engkau memberikan karunia kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya engkau maha
terpuji dan maha agung.” [HR Ibnu Majah]
Imam Syafii juga memiliki redaksi shalawat
tersendiri. Imam Ghazali meriwayatkan dari Abi al-Hasan, Ia berkata: “Aku bermimpi
bertemu dengan Rasul SAW latas aku bertanya: “Ya Rasulallah, Apa balasan yang
diterima As-Syafii darimu atas shalawatnya dalam kitabnya Ar-Risalah yaitu :
وصلى الله على محمد كلما ذكره
الذاكرون وغفل عن ذكره الغافلون
”Semoga Allah melimpakan shalawat atas Muhammad,
selama orang-orang yang ingat menyebut-Mu dan orang-orang yang lalai lupa menyebut-Mu.”
Maka Nabi SAW menjawab :
جوزي عني أنه لا يوقف للحساب.
Ia mendapatkan balasan dariku bahwasannya ia
tidak di hisab (masuk surga tanpa hisab) [Ihya Ulumuddin]
Hal serupa diceritakan oleh Syaikh Yusuf Ibn
Ismail an-Nabhaniy (Lahir 1265 H / 1849 M) bahwasannya Imam al-Muzaniy bermimpi
bertemu dengan Imam al-Syafi’i dan iapun bertanya apa yang telah diperbuat
Allah terhadap dirinya. Imam Syafii berkata : Allah telah mengampuni diriku,
memberikan kasih sayang kepadaku dan meninggikan derajatku di surga berkat
shalawat yang aku cantumkan di dalam kitab Ar-Risalah. Dan tatkala di pagi hari
aku lihat kitab al-Risalah, maka aku temukan shalawat tersebut di dalamnya. [Afdhalus
Shalawat Ala Sayyidis Sadat]
Kalaulah demikian alvers, apakah redaksi shalawat
yang tidak diajarkan langsung oleh Nabi SAW masih dikatakan sebagai bid’ah (Hal
yang baru)? Jika dijawab Ya maka tentunya itu adalah bid’ah hasanah, bid’ah
yang baik tentunya. Wallahu A’lam. Semoga Allah
al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk dapat melihat kebaikan shalawat dengan
hati yang bersih dan suci.
Salam Satu Hadith,
DR.H.Fathul Bari,
Malang, Ind
PP Annur2.net
Malang Indonesia
ONE DAY ONE HADITH
Kajian Hadits Sistem SPA (Singkat, Padat, Akurat)
Dapatkan BUKU ONE DAY#1#2 harga Promo, Layanan Pesan Antar Hub:
081216742626
*UMRAH ALVERS* 14 Hari Bulan Januari 2017
$2.100, Pesawat Garuda, Hotel Dekat, Call. Ust Muji :082331865292
0 komentar:
Post a Comment