ONE
DAY ONE HADITH
Diriwayatkan
dari Ibnu Abbas RA, Rasulullah ﷺbersabda:
أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ
وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ
Kondisi
terdekat seorang hamba kepada Tuhannya adalah ketika ia bersujud, maka
perbanyaklah doa saat itu. [HR Muslim]
Catatan
Alvers
Sosmed
dihebohkan dengan berita ditemukannya seorang pria meninggal dalam posisi sujud
dalam shalatnya tepatnya saat melakukan shalat sunnah ba’diyah Isya’ seusai
shalat Isya berjamaah di sebuah Masjid di daerah Lawang, Jawa Timur (3/1/2016).
Viral tersebut dilengkapi dengan foto dan video kejadiannya dimana Pertama kali
diketahui oleh pengurus masjid yang hendak menutup pintu dan ia mendapati
seorang jamaah tak kunjung bangkit dari sujudnya. Setelah diperiksa denyut
nadinya, barulah diketahui bahwa jamaah tersebut telah meninggal dunia. [Situs
Malangtoday] Innalillahi Wa inna ilayhi Raji’un.
Subhanallah,
sungguh ini adalah kematian yang sangat indah. Betapa tidak, sesuai dengan
hadits utama di atas ia menghadap Allah dalam kondisi terdekat dengan-Nya dan
berada di maqam mustajabah. Di samping itu, posisi sujud adalah posisi dimana Allah
mengangkat derajatnya dan menghapus kesalahannya. Rasul ﷺ bersabda:
مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً
إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةً
Tiada
seorang hamba bersujud kepada Allah satu kali kecuali dengan setiap sujudnya Allah
mengangkat satu derajat dan menghapus satu kesalahan darinya. [HR Tirmidzi]
Lebih
dari itu alvers, bersujud adalah salah satu cara untuk bisa berkumpul bersama Rasul
ﷺ di
dalam surga. Rabi’ah bin Ka’b Al-Aslami RA bercerita: suatu saat aku menginap
bersama Rasul ﷺ dan aku membawa air untuk keperluan wudlu’ dan kebutuhan beliau
lalu berliau berkata “mintalah! (sesuatu dariku)” Maka aku berkata “perkenankan
aku menemanimu di surga”. Rasul ﷺ bertanya "Apakah tidak
ada lagi permintaamu yang lain?"
Aku menjawab : “Itu saja”. Rasul ﷺ bersabda :
Aku menjawab : “Itu saja”. Rasul ﷺ bersabda :
فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ
السُّجُودِ
"Kalau
begitu, bantulah aku (untuk memperbaiki) dirimu dengan memperbanyak sujud"
[HR Muslim]
Banyak
di antara para sahabat dan salafus shaleh yang menginginkan indahnya “sujud
pamungkas” seperti ini. Diantaranya adalah Abu Tsa`labah Al-Khusyna (w.75 H). Imam
ad-Dzahabi meriwayatkan bahwa sahabat Nabi ini memang menginginkan meninggal
dalam keadaan sujud. Suatu hari ia membicarakan kematian pada rekan-rekannya
dan ia berkata,
إني لارجو ألا يخنقني الله كما أراكم تخنقون
“Sungguh
aku menginginkan Allah mematikanku tidak seperti mematikan (kebanyakan) kalian.”
Dan
ternyata benar, ia meninggal dalam kondisi sujud saat sedang menunaikan shalat
malam. [Siyar A’lamin Nubala’ : 2, 526]
Terdapat
tambahan dalam riwayat lain, Puterinya malam itu bermimpi ayahnya meninggal
dunia, Sontak ia terbangun dan berteriak “dimana ayahku, dimana ayahku?” lalu
iapun bergegas menuju musholla dan memanggil-manggilnya namun sang ayah yang
sedang sujud tidak menjawab panggilannya. Digerak-gerakkanlah tubuh ayahnya hingga roboh
dan teryata sang ayah ditemukan telah meninggal dunia. [Tahdzibut Tahdzib :
12/44]
Nama-nama
lain dari para sahabat dan salafus shaleh yang telah merasakan indahnya “sujud
pamungkas” diantaranya adalah
Abdullah
bin Abi Sarh, Sahabat Nabi yang meninggal dalam posisi sujud sewaktu sholat
subuh [Al-Bidayah Wan Nihayah: 4/340] Zurarah Bin Awfa, Sahabat Nabi yang
meninggal ketika sujud [Tahdzibul Kamal : 9/340] Imam Abu Hanifah (148 H), Beliau tatkala merasa akan
meninggal dunia maka beliau langsung bersujud dan ruhnya keluar dalam posisi
sujud tersebut [Maghanil Akhyar:5/165] Ahmad bin Muzhaffar An-Nabulusy (w.758).
Ia berkata “Aku ingin mati dalam keadaan sujud”. Setelah itu ia masuk rumah dan
mengunci pintunya rapat-rapat. Dan setelah tiga hari tidak keluar rumah,
orang-orang menemukannya telah meninggal dalam posisi sujud seperti yang
diinginkannya. [Ad-Durar Al-Kaminah: 1/106]
Meninggal
dunia dalam keadaan sujud adalah tanda khusnul Khatimah. Hal ini sebagaimana
dipahami dari sabda Rasulullah ﷺ :
إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا
اسْتَعْمَلَهُ قَالُوا وَكَيْفَ يَسْتَعْمِلُهُ قَالَ يُوَفِّقُهُ لِعَمَلٍ
صَالِحٍ قَبْلَ مَوْتِهِ
“Apabila Allah menghendaki
kebaikan kepada seseorang, maka Allah akan membuatnya beramal.” Para sahabat
bertanya; “Bagaimana membuatnya beramal?” beliau menjawab: “Allah akan
memberikan taufiq padanya untuk melaksanakan amal shalih sebelum dia meninggal.”
[HR Ahmad]
Amal
shalih yang dimaksud bukan hanya sujud, sholat namun juga
amal
kebaikan yang lain seperti sedekah, puasa, Haji dll. Rasulullah ﷺ bersabda;
مَنْ قَالَ : لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
ابتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ ، خُتِمَ لَهُ بهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ ، وَمَنْ صَامَ
يَوْمًا ابتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ خُتِمَ لَهُ بهَا ، دَخَلَ الْجَنَّةَ ، وَمَنْ
تَصَدَّقَ بصَدَقَةٍ ابتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ خُتِمَ لَهُ بهَا ، دَخَلَ
الْجَنَّةَ “
“Barangsiapa
yang meninggal dengan mengucapkan ‘Laa ilaaha illallah’ ikhlas karena Allah maka
dia masuk Surga, barangsiapa yang berpuasa pada suatu hari ikhlas karena Allah kemudian
meninggal maka dia masuk Surga, dan barangsiapa yang bersedekah ikhlas karena
Allah kemudian dia meninggal maka dia masuk Surga.” (HR. Ahmad)
Selanjutnya,
ada tanda-tanda khusnul khatimah yang lain diantaranya adalah meninggal dunia dengan
berkeringat di dahi. Seorang sahabat Nabi, Buraidah RA saat ia berada di
Khurasan, ia menjenguk saudaranya yang sakit, ia menemuinya tengah sekarat dan
dahinya berkeringat, maka Buraidah berkata: Allaahu Akbar, aku mendengar
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَوْتُ الْمُؤْمِنِ بِعَرَقِ الْجَبِينِ
“Orang
mukmin meninggal dunia dengan (mengeluarkan) keringat di dahinya.” [HR. Ahmad]
Kebanyakan
dari kita memang kurang menyukai membicarakan kematian meskipun kematian akan
menghampiri kita semua. Hal ini juga diakui para sahabat, mereka berkata :
يَا رَسُولَ اللَّهِ كُلُّنَا نَكْرَهُ
الْمَوْتَ
“Wahai
Rasulullah, Setiap kami membenci kematian” [HR Ahmad]
Namun
demikian setidaknya kita berusaha menjadi orang yang bertaqwa dan beramal
shalih di dunia yang fana ini sehingga tatkala ajal menjelang, Allah
menampakkan surga di depan mata sehingga pada akhirnya kita menjadi senang untuk
bertemu Allah dengan kematian itu. Dalam penjelasan yang panjang, Rasul ﷺ bersabda : “seorang yang beriman apabila menghadapi sakaratul
maut, maka seorang (malaikat) pemberi kabar gembira datang menghampirinya
seraya menunjukkan tempat kembalinya, hingga tidak ada sesuatu yang lebih dia
sukai kecuali bertemu dengan Allah. Lalu Allah pun suka bertemu dengannya.
Adapun orang yang banyak berbuat dosa, atau orang kafir, apabila telah
menghadapi sakaratul maut, maka datang (malaikat) dengan menunjukkan tempat
kembalinya yang buruk, atau apa yang akan dijumpainya berupa keburukan. Maka hal
itu membuatnya tidak suka bertemu Allah, hingga Allah pun tidak suka bertemu
dengannya.” Inilah pengertian dari sabda Nabi ﷺ :
مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ
لِقَاءَهُ وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ
“Barangsiapa
senang bertemu dengan Allah, maka Allah senang bertemu dengannya. Dan
barangsiapa benci bertemu dengan Allah, maka Allah benci bertemu dengannya.” [HR.
Ahmad] Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka
hati dan fikiran kita untuk senantiasa beramal shalih hingga kematian kita
datang dengan khusnul hitam.
Salam Satu Hadith,
DR.H.Fathul Bari
Alvers
PP Annur2.net Malang,
Ind
Temukan Artikel
ini dalam
BUKU ONE DAY ONE
HADITH
Kajian Hadits
Sistem SPA
(Singkat, Padat,
Akurat)
Buku Serial #1
Indahnya Hidup Bersama Rasul SAW
Buku Serial #2
Motivasi Bahagia dari Rasul SAW
Harga Promo, hub.:
081216742626
0 komentar:
Post a Comment