ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Abi Dzar RA, Rasul ﷺ bersabda, Allah SWT
berfirman dalam hadits qudsy :
يَا عِبَادِي
إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا
فَلَا تَظَالَمُوا
Wahai hambaku, Sesungguhnya aku mengharamkan
kedzaliman atas diriku dan aku haramkan kedzaliman di antara kalian maka
janganlah kalian saling mendzalimi [HR Muslim]
Catatan Alvers
Kata dzalim dalam bahasa arab berasal dari
kata dzulm yang berarti gelap. Dalam Al-Qur’an, kata dzulm dengan semua
derivasinya kurang lebih disebutkan sebanyak 315 Kali. Ar-Raghib mengatakan
kedzaliman adalah meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya yang khusus,
adakalanya dengan mengurangi atau menambahnya, atau tidak sesuai waktu dan
tempatnya. [Mufradat Alfadzil Qur’an] Al-Jurjani mengatakan bahwa kedzaliman
adalah istilah dari perbuatan melampaui batas dari yang benar menuju
kebathilan. [At-Ta’rifat]
Pebuatan dzalim itu bermacam-macam. Rasul ﷺ
bersabda :
الظُّلْمُ
ثَلاثَةٌ: ظُلْمٌ لَا يُغْفَرُ، وَظُلْمٌ لَا يُتْرَكُ، وَظُلْمٌ يُغْفَرُ،
فَأَمَّا الظُّلْمُ الَّذِي لَا يُغْفَرُ، فَالشِّرْكُ بِاللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ،
وَأَمَّا الظُّلْمُ الَّذِي لَا يُتْرَكُ، فَظُلْمُ النَّاسِ بَعْضِهِمْ بَعْضًا،
وَأَمَّا الظُّلْمُ الَّذِي يُغْفَرُ، فَظُلْمُ الْعَبْدِ نَفْسَهُ فِيمَا
بَيْنَهُ وَبَيْنَ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ
“Kedzaliman
itu ada 3 macam: Kedzaliman yang tidak diampuni, Kedzaliman yang tidak akan dibiarkan
dan kedzaliman yang dapat diampuni. Adapun Kedzaliman yang tidak diampuni Allah
adalah syirik (menyekutukan Allah), Kedzaliman yang tidak akan dibiarkan Allah
adalah Kedzaliman hamba-hamba-Nya di antara sesama mereka (karena pastilah Allah
membalasnya), adapun Kedzaliman yang dapat diampuni Allah adalah Kedzaliman
seseorang hamba terhadap dirinya sendiri di dalam hubungan dia terhadap Tuhannya
Azza Wa Jalla. [HR Abdur Razzaq]
Dari hadits tersebut kita yakin bahwa
perbuatan buruk orang lain kepada kita pastilah dibalas oleh Allah swt karena kedzaliman
tersebut tidak akan dibiarkan Allah . Maka dari itu hendaklah kita bersabar
jika didzalimi, cukuplah Allah yang membalas keburukannya dan Allah memberikan
pahalanya kepada kita. Allah SWT berfirman:
فَمَنْ
عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ
" maka barang siapa yang memaafkan dan
berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah, sesungguhnya Dia tidak
menyukai orang-orang yang zalim." [QS. Asy-Syura: 40].
Tidakkah kita senang jika dinaikkan pangkat
dan derajat kita di sisi Allah?. Rasulullah SAW bersabda:
وَمَا زَادَ
اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا
"Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang
hamba dengan maafnya (atas kedzaliman terhadap dirinya) kecuali kemuliaan"
[HR. Muslim]
Maka hendaknya kita tidak membalas cacian
dengan cacian pula. Rasulullah SAW bersabda:
وَإِنْ
امْرُؤٌ سَبَّكَ بِمَا يَعْلَمُ فِيكَ فَلَا تَسُبَّهُ بِمَا تَعْلَمُ فِيهِ فَإِنَّ
أَجْرَهُ لَكَ وَوَبَالَهُ عَلَى مَنْ قَالَهُ
"Apabila ada seseorang mencacimu dengan
aib yang ia ketahui ada padamu, maka janganlah kamu balas mencacinya dengan aib
yang kamu ketahui ada padanya. Karena sesungguhnya pahalanya untuk dirimu dan
dosanya untuk dia, yang mengatakannya"[HR Ahmad]
Di sisi lain kita harus introspeksi, boleh
jadi kedzaliman yang menimpa diri kita adalah dikarenakan kesalahan dan dosa-dosa
kita dan Allah menimpakan musibah berupa kedzaliman tersebut sebagai pelebur
dosanya tentunya jika kita bersabar. Allah SWT berfirman :
وَمَا
أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka
itu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan
sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” [QS Asy-Syura: 30]
Lantas, bolehkah kita membalasnya dengan
memakinya atau dengan doa yang jelek, doa yang dijanjikan Nabi SAW sebagai doa
mustajabah?. Pertanyaan ini disampaikan
oleh alvers dan boleh jadi hal yang sama terbesit dalam hati. Dalam masalah ini
Allah SWT berfirman :
فَمَنِ
اعْتَدَى عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوا عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا اعْتَدَى عَلَيْكُمْ
“Maka barang siapa
yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya
terhadapmu.” [QS Al-Baqarah : 194]
Allah SWT juga berfirman : Dan jika kamu
memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang
ditimpakan kepadamu.[ QS An-Nahl : 126] Imam Al-Qurthubi menjelaskan: “Barangsiapa
saja yang mendzalimimu maka ambillah hakmu darinya sekedar kedzalimannya, barang
siapa yang mencacimu maka cacilah ia dengan setimpal. Barangsiapa mempermalukan
harga dirimu maka permalukan dia dan janganlah kamu melebihkannya hingga
mencaci kedua orangtuanya, anaknya atau kerabatnya yang lain. [Al-Jami’ li ahkamil
Qur’an] Imam At-Thabari menegaskan :
فالعدوان
الأول ظلم والثاني جزاء لا ظلم بل هو عدل لأنه عقوبة للظالم على ظلمه
Kejahatan orang yang pertama merupakan
perbuatan dzalim, dan balasan kejahatan yang setimpal dari orang ke dua (orang
yang didzalimi) merupakan balasan nya, sebab hal ini merupakan balasan
perbuatan dzalim atas kedzaliman orang tersebut [Tafsir At-Thabari]
Mendoakan jelek kepada orang yang mendzalimi
pernah dilakukan oleh seorang yang termasuk sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga.
Dia adalah Sa’id bin Zaid RA. Ia dilaporkan oleh seorang wanita, Arwaa binti
Aus kepada Marwan bin Al-Hakam, (gubernur Madinah) atas tuduhan menyerobot sebagian
tanahnya. Sa’id membantah tuduhan itu dengan mengatakan, “Apakah mungkin saya
melakukan hal itu, setelah saya mendengar sabda Nabi SAW?” “Sabda yang mana,”
tanya Marwan. “Siapa yang mengambil tanah sejengkal secara tidak benar, maka
kelak tujuh lapis tanah bumi itu akan dikalungkan di lehernya,” kata Sa’id
mengutip sabda Nabi SAW. Marwan berkata, “Cukup, saya tidak perlu meminta bukti
setelah penjelasanmu itu.” Sa’id lalu berdoa,
اللَّهُمَّ إِنْ كَانَتْ كَاذِبَةً
فَأَعْمِ بَصَرَهَا، وَاقْتُلْهَا فِي أَرْضِهَا
Wahai Allah, jika Arwa dusta, maka butakan
matanya dan matikan dia di atas tanah (sengketa)nya.
Dan akhirnya, Wanita itu benar-benar buta dan
mati terperosok ke dalam sumur ketika ia berjalan di atas tanah (sengketanya)nya.
[HR Muslim] Namun demikian tetaplah sabar sebagai pilihan terbaik karena Allah
berfirman :
وَاللَّهُ
يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
“dan Allah menyukai orang-orang yang
bersabar.” [QS. Ali ‘Imran : 146]. Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran
kita untuk senantiasa memaafkan kedzaliman orang lain dan istiqamah dalam
kesabaran.
Salam Satu Hadith,
DR.H.Fathul Bari
Alvers
PP Annur2.net Malang,
Ind
Temukan Artikel
ini dalam
BUKU ONE DAY ONE
HADITH
Kajian Hadits
Sistem SPA
(Singkat, Padat,
Akurat)
Buku Serial #1
Indahnya Hidup Bersama Rasul SAW
Buku Serial #2
Motivasi Bahagia dari Rasul SAW
Harga Promo, hub.:
081216742626
0 komentar:
Post a Comment