*ONE DAY ONE HADITH*
Dari Asma’ binti Yazid dia berkata: Rasul ﷺ bersabda:
لاَ يَحِلُّ الْكَذِبُ إِلاَّ فِى ثَلاَثٍ يُحَدِّثُ الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ لِيُرْضِيَهَا وَالْكَذِبُ فِى الْحَرْبِ وَالْكَذِبُ لِيُصْلِحَ بَيْنَ النَّاسِ
Bohong itu tidak halal kecuali dalam tiga hal (yaitu) perkataan suami pada istrinya agar mendapat ridho istrinya, bohong ketika perang, dan bohong untuk mendamaikan di antara manusia. [HR Tirmidzi]
_Catatan Alvers_
Pasca kejadian seorang kyai yang juga tokoh nasional yang datang dalam sebuah persidangan sebagai saksi dimana beliau dituduh terdakwa dan kuasa hukumnya telah berbohong karena tidak mengakui apa yang dituduhkan oleh mereka maka tema bohong kemudian menjadi topik menarik untuk kami angkat dalam pembahasan odoh kali ini.
Al-Jurjani mendefinisikan bohong sebagai:
عدم مطابقته للواقع، وقيل: هو إخبارٌ لا على ما عليه المخبر عنه.
tidak sesuainya berita dengan kenyataan atau memberitakan sesuatu yang berlainan dengan kenyataan mukhbar anhu (yang diberitakan) sebenarnya. [At-Ta’rifat]
Contoh bohong dalam kehidupan keseharian kita misalnya, Faktanya barang berwarna merah tetapi diberitakan berwarna putih atau yang lainnya atau anak yang ditanya dari mana oleh orang tuanya dan ia menjawab dari tempat yang bukan dikunjunginya.
Bohong sering juga disebut juga dusta dalam Bahasa Arab disebut Kadziba. Maka Musailimah digelari Al-Kadzdzab karena ia berbohong dengan mengaku menjadi Nabi pasca Nabi penutup dan terakhir.
Berbohong adalah perilaku yang tidak terpuji yang merugikan orang lain bahkan dirinya sendiri, seperti mengakibatkan galau karena takut kebohongannya diketahui orang lain atau terbongkar, tidak akan dipercaya orang lagi ketika berbicara dan dijauhi oleh masyarakat.
Nabi Ibrahim AS kelak di hari kiamat ketika dimintai syafaat oleh manusia, beliau berkata : “Lastu Laha” (Aku tidak bisa memberi syafaat) [HR Bukhari]. Hal ini beliau katakan karena merasa punya kesalahan, yaitu pernah berbohong. Dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah saw. bersabda:
لَمْ يَكْذِبْ إِبْرَاهِيمُ النَّبِيُّ عَلَيْهِ السَّلَام قَطُّ إِلَّا ثَلَاثَ كَذَبَاتٍ ثِنْتَيْنِ فِي ذَاتِ اللَّهِ قَوْلُهُ { إِنِّي سَقِيمٌ } وَقَوْلُهُ { بَلْ فَعَلَهُ كَبِيرُهُمْ هَذَا } وَوَاحِدَةٌ فِي شَأْنِ سَارَةَ
Nabi Ibrahim as. tidak pernah berdusta kecuali sebanyak tiga kali, dua di antaranya menyangkut Dzat Allah, yaitu ucapannya: Sesungguhnya aku sakit. (Qs. Ash Shaffaat 37: 89). Dan ucapannya: Sebenarnya patung yang besar itulah yang memukulnya. (Qs. Al-Anbiyaa’ 21: 63). Yang satu lagi adalah menyangkut diri Sarah (“Dia Saudaraku”). [HR Muslim]
Meskipun semua ucapan tersebut tidak dinilai bohong oleh para ulama, namun tetap saja nabi ibrahim menilainya sebagai suatu kebohongan karena tingginya derajat beliau. Ataupun ulama menilainya sebagai bohong yang diperbolehkan karena tidak semua kebohongan itu tercela, karena pada hakikatnya bohong itu menjadi tercela bukan karena dzatiahnya kebohongan akan tetapi karena adanya bahaya dan kerugian yang menimpa orang lain. Maka boleh jadi dalam kasus tertentu bohong itu menjadi boleh (mubah) bahkan wajib. Maimun bin Mahran berkata : terkadang dalam kasus tertentu, bohong itu lebih baik dari pada jujur. Coba bayangkan, jika ada seseorang (penjahat) berlari membawa parang bermaksud membunuh fulan dan ia mengejarnya lalu fulan itu bersembunyi lalu penjahat bertanya kepada anda : apakah kamu melihat fulan? bukankah anda akan mengatakan : Aku tidak melihatnya!. Padahal anda mengetahuinya dan anda tidak jujur dalam hal ini. Inilah kebohongan yang wajib hukumnya. [Ihya’ Ulumiddin]
Oleh karena itulah dalam islam, tidak selamanya bohong itu terlarang dan haram hukumnya. Nabi SAW dalam hadits utama di atas memberikan perkecualian yaitu perkataan bohong suami pada istrinya agar mendapat ridho istrinya, bohong ketika perang, dan bohong untuk mendamaikan di antara manusia. [HR Tirmidzi]
Bukankah merupakan kebaikan jika suami berkata bohong kepada istrinya yang buruk rupa “engkau cantik” dan sebaliknya akan menyakitkan hati jika suami jujur mengatakan “sungguh mukamu jelek sekali”.
Di zaman khalifah Umar RA, Ada seorang suami berkata kepada istrinya “Aku minta bersumpah atas nama Allah, Apakah kau mencintaiku?” maka istrinya berkata “baiklah, jika kau memintaku bersumpah atas nama Allah maka aku katakan aku tidak cinta padamu”. Keluarlah lelaki tersebut dan mengadukan hal ini kepada sang khalifah. Singkat cerita, Khalifat bertanya : Apakah engkau wanita yang berkata kepada suamimu : “aku tidak cinta kepadamu”? Maka wanita menjawab: “iya, Ia telah memintaku bersumpah atas nama Allah, apakah aku akan berkata bohong?”. Maka Khalifah berkata :
نعم فاكذبيه ليس كل البيوت تبنى على الحب ولكن الناس يتعاشرون بالإسلام والإحسان
Iya, berbohonglah kepada suamimu (dengan berkata “aku cinta kamu”) sebab tidak semua rumah tangga dibangun atas dasar rasa cinta akan tetapi manusia itu berhubungan satu sama lain dengan prinsip ajaran islam dan ihsan (berbuat baik) [Ghid’aul Albab]
Lebih jelas mengenai batasan berbohong dalam ranah rumah tangga, Al-Hafidz ibnu hajar mengatakan:
واتفقوا على أن المراد بالكذب في حق المرأة والرجل إنما هو فيما لا يسقط حقا عليه أو عليها أو أخذ ما ليس له أو لها
“Ulama sepakat bahwa yang dimaksud bohong antar-suami istri adalah bohong yang tidak menggugurkan kewajiban atau mengambil sesuatu yang bukan haknya.” [Fathul Bari]
Imam Al-Ghazali berkata dilam kitabnya ( Ihya 'Ulumuddin ) batasan dalam berbohong sebagai berikut :
1. Setiap tujuan yang terpuji yang masih di mungkinkan sampai kepadanya dengan cara jujur dan berbohong dengan cara bersamaan maka berbohong dalam hal tesebut adalah haram.
2. Jika tujuan yang terpuji tidak dapat di peroleh kecuali dengan cara berobhong maka berbohong dalam keadaan tesebut adalah mubah
3. Jika menghasalkan tujuan yang terpuji hukumnya wajib, maka hukumnya berbohong juga wajib, sebagaimana seseorang melihat orang yang ma'sum (terpelihara harta dan darahnya) bersembunyi dari orang yang dhalim yang ingin membunuh atau menyakitinya, karena darahnya orang yang ma'sum wajib dijaga. [Ihya 'Ulumiddin] Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk menjauhi kebohongan dalam setiap perkataan kita, baik ketika bergurau apalagi ketika serius.
Salam Satu Hadith,
DR.H.Fathul Bari Alvers
PP Annur2.net Malang, Ind
Temukan Artikel ini dalam
BUKU ONE DAY ONE HADITH
Kajian Hadits Sistem SPA
(Singkat, Padat, Akurat)
Buku Serial #1 Indahnya Hidup Bersama Rasul SAW
Buku Serial #2 Motivasi Bahagia dari Rasul SAW
Harga Promo, hub.: 081216742626
UMRAH ALVERS Bersama Admin ODOH Alvers, Periode 20 April 2017 Hanya Rp 26 Juta (Net, tanpa tambahan) Pesawat Saudia Langsung Madinah, Hotel Dekat, 13 Hari (Mekkah 7 H –Madinah 4 H) Free: Pigura Foto Depan Ka’bah, Video Dokumentasi, Asuransi-Airport tax-Handling-Perlengkapan. WA : 08125214321
0 komentar:
Post a Comment