ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari bara’
bin ‘Azib RA, Rasul SAW bersabda :
إِنَّ
الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ إِذَا كَانَ فِي انْقِطَاعٍ مِنْ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ
مِنْ الْآخِرَةِ نَزَلَ إِلَيْهِ مَلَائِكَةٌ مِنْ السَّمَاءِ بِيضُ الْوُجُوهِ كَأَنَّ
وُجُوهَهُمْ الشَّمْسُ مَعَهُمْ كَفَنٌ مِنْ أَكْفَانِ الْجَنَّةِ وَحَنُوطٌ مِنْ
حَنُوطِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسُوا مِنْهُ مَدَّ الْبَصَرِ
sesungguhnya
seorang hamba yang beriman, apabila dia berada di akhir kehidupan dunianya, dan
hendak menuju akhirat (yakni saat sakaratul maut), maka turunlah kepadanya
malaikat dari langit. Yang mana wajah mereka putih seolah-olah wajah mereka
adalah matahari. Dan mereka membawa kafan dari kafan-kafan surga dan kapur
barus dari kapur barus surga. Dan mereka duduk sejauh mata memandang darinya. [HR Ahmad]
Catatan Alvers
Pepatah mengatakan “Setiap pertemuan pasti
ada perpisahan, ada saat bertemu ada saat berpisah”. Seperti itu pula keadaan
manusia di dunia ini suatu saat pastilah mengalami perpisahan. Tidak jadi soal
kapan perpisahan itu terjadi namun yang menjadi soal bagaimana perpisahan itu
terjadi, apakah baik atau khusnul khatimah atau sebaliknya.
Bebicara tentang perpisahan, kami angkat kejadian
pada hari selasa, 28/02/2017 dimana ayahanda penulis RKH.M.Badruddin Anwar malam
itu beliau meninggal dunia. Ini adalah perpisahan selamanya (di dunia), isak
tangis keluarga kami tak terbendung seakan terasa begitu cepat kepergian beliau
meskipun usia beliau telah mencapai 75 tahun, di atas usia rata-rata ummat ini
‘ma baynas sittin ilas sab’in” [HR Turmudzi]
Sebenarnya, beliau telah
memberikan banyak isyarat mengenai perpisahan itu namun banyak orang tidak
menyadarinya. Di antaranya, beliau wafat tepat pada hari ke 40 dimana sebelumnya
beliau memerintahkan para santri membaca tahlil setiap hari tanpa putus hingga
40 hari. Mendekati hari ke 40 itu, beliau berkata “siapkan untuk acara 40 hari segala
sesuatunya dengan baik namun aku tidak
bisa ikutan”. Kata “tidak bisa ikutan” ternyata bermakna beliau tidak bisa ikut
dalam acara 40 hari itu karena ternyata beliau meninggal dunia, bukan tidak
ikut serta dalam menyiapkan konsumsi dll.nya sebagaimana dipahami sebelumnya.
Isyarat lain adalah ketika masuk
RS, Suster datang untuk memasang infus namun beliau berkata : “maaf bu, saya
belum siap.” Suster menjawab:”tidak apa-apa abah, jika sudah siap tolong
beritahu kami, saya tunggu”. Ada salah seorang nyelethuk “Kyai, kata suster
tadi ditunggu. Ditunggu dimana kyai?”. Dengan cepat beliau menjawab “saya
tunggu di kuburan!”. Dialog ini terjadi kurang lebih 12 jam sebelum beliau
wafat.
Isyarat berikutnya, di malam akhir hayatnya beliau
berbaring di atas ranjang RS beliau berkata kepada salah satu puterinya :
“Tegguh e attas jiah nak, Paddeng lebur”
(Anakku lihatlah di atas itu, begitu bercahaya dan indah). Saat itu semuanya
bingung, karena di plafon rumah sakit tidak ada apa-apa dan tidak ada
pemandangan yang aneh sebagaimana dimaksudkan oleh beliau. Setelah beliau wafat
malam itu, barulah kami tahu apa maksud perkataan beliau. Subhanallah!,
benarlah hadits utama di atas “sesungguhnya
seorang hamba yang beriman, apabila dia berada di akhir kehidupan dunianya, dan
hendak menuju akhirat, maka turunlah kepadanya malaikat dari langit. Yang mana
wajah mereka putih seolah-olah wajah mereka adalah matahari. [HR Ahmad]
Dan pada bagian akhir dari fragmen kehidupan,
beliau tak jarang merasa seakan-akan berada di mekkah dan madinah bahkan
seakan-akan terlihat rumah beliau dengan masjid nabawi dan masjidil haram
sehingga beberapa kali beliau mengajak santri untuk membawa mobil untuk mengantarkan
beliau pergi ke masjid nabawi.
Isyarat lainnya yang tak kalah
jelas adalah syair-syair yang sering beliau dendangkan di sela sela aktifitas sehari-hari.
Biasanya beliau membaca burdah, sholawat atau doa-doa namun hari-hari terakhir
beliau sering mendendangkan syair (arab) perpisahan dan doa, diantaranya adalah
:
يَا أَمَانَ الْخَائِفِينْ
:: آمِنَّا مِمَّا نَخَافْ . يَا وَلِيَّ الصَّالِحِيْنَ :: كُنْ مَوَالِيْنَا وَكَافْ
Wahai dzat yang memberi, tentramkan hati kami.
Dari segala takut,
Akan mara bahaya. Pengasih para shalihin, Jadilah
kekasih kami
Berilah kecukupan, segala kebutuhan..
يَوْمَ السُّرُورْ
يَوْمَ التَّلاَقْ :: يَوْمَ الْهَنَا يَوْمَ
الْفِرَاقِ
Hari bahagia tiba, Itulah saat berjumpa. Hari
bahagia tiba, Itulah saat berpisah.
Isyarat lainnya diceritakan oleh seorang
alumni yang datang menjenguk malam itu. Ia di suruh untuk menarik-narik jari
beliau (bethot ; jawa) hingga berbunyi. Setelah lama sambil berbincang dengan
penuh keakraban, Beliau berkata kepadanya:
“Wes mulio, lawange buka’en. Tukange kate
teko”. (Sudah cukup, Pulanglah. Pintunya tolong dibuka sebab “tukang”nya akan
datang)
Alumni itu berpikir dalam hati, apa malam ini
akan datang tukang pijat sehingga beliau menyuruh membuka pintu. Setelah beliau
wafat malam itu, barulah ia tahu apa maksud kata “tukang” yang dikatakan oleh
beliau. Tukang yang dimaksud tidak lain adalah malaikat maut. Kejadian tersebut
terjadi kurang lebih 2 jam sebelum beliau wafat. Dan
memang siang hingga malam terakhir itu beliau berkali-kali bertanya jam berapa?
Seakan-akan beliau menunggu saat itu tiba.
Dan benarlah demikian, dalam
lanjutan hadits utama di atas, Rasul SAW bersabda : “Kemudian datanglah
malaikat maut kepadanya. Lalu dia duduk di sisi kepalanya. Maka dia pun
mengatakan : wahai jiwa yang baik, keluarlah engkau menuju ampunan dari Allah
dan juga keridhoan dariNya. Maka mengalirlah (keluar) jiwanya seperti
mengalirnya air dari tempat minum. Lalu malaikat maut pun mengambilnya. Tatkala
dia mengambilnya, para malaikat yang sudah menantinya tidak membiarkan ada di
tangannya sekejap matapun, sehingga mereka pun mengambilnya dan meletakannya di
kafan dan kapur barus yang telah mereka siapkan. Dan keluarlah darinya bau
harum seperti harumnya misik yang paling bagus yang ada di muka bumi. [HR Ahmad]
Dan akhirnya, beliau menghembuskan nafas
terakhir pada jam 00.15 WIB dengan tenang tanpa ada gerakan reaksi saat Naza’ sakaratul
maut.Hanya kata “Allah” “Allah” “Allah” yang terdengar lirih menghiasi bibir beliau.
Selamat jalan Ayahanda, Selamat jalan guru, Selamat jalan sang uswah. (tanpa
terasa kembali mata ini tak kuasa membendung airmata tatkala menulis closing
artikel ini). Semoga engkau mendapatkan derajat tinggi di sisi Allah swt. Wallahu
A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kami untuk meneladani
uswah beliau dan kami diberi kekuatan untuk melanjutkan tugas mulia dan cita-cita
beliau.
Salam Satu Hadith,
DR.H.Fathul Bari
Alvers
PP Annur2.net Malang,
Ind
Undangan,
Kami sekeluarga berterimakasih jika anda
berkenan hadir dalam Acara Yasin Tahlil malam ke 7 Yang insyaAllah akan
dilaksanakan pada hari Senin Malam Selasa, 6 Maret 2017 Pukul 20.00 WIB. Tiada
yang lebih menghibur dan membahagiakan kami melainkan melihat kehadiran anda
dalam acara tersebut. Jazakumullah.
0 komentar:
Post a Comment