FENOMENA
MENGUMPAT
ONE
DAY ONE HADITH
Diriwayatkan
dari Abu ad-Darda’ RA, Rasul SAW bersabda:
مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِيْ مِيْزَانِ الْمُؤْمِنِ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللهَ لَيُبْغِضُ الْفَاحِشَ
الْبَذِيْءَ
Sesungguhnya
tidak ada sesuatu apapun yang paling berat di timbangan kebaikan seorang mu'min
pada hari kiamat seperti akhlaq yang mulia, dan sungguh Allah benci dengan
orang yang lisannya kotor dan kasar [HR Tirmidzi]
Catatan
Alvers
Mengumpat
(Mesoh ; jawa) yang kami maksud adalah mengeluarkan kata-kata kotor yang
biasanya dimaksudkan untuk melampiaskan kekesalan ketika sedang jengkel. Dalam
term jawa timuran seperti Janc*k!, *su!, W*dus! Dan lainnya. Perkataan ini
adalah perkataan yang amat kasar dan tidaklah pantas keluar dari mulut orang
yang berpendidikan dan berperadaban.
Dahulu
setiap orang tua akan mewanti-wanti anak - anak kecilnya untuk tidak meniru ujaran
tersebut. Namun yang terjadi sekarang miris, Jamak ditemui remaja bahkan anak -
anak kecil mengucapkan kata-kata umpatan (mesoh) dengan lancar dan fasihnya. Bahkan
secara reflek, ketika seseorang tersandung batu langsung saja umpatan tersebut
keluar dari mulutnya. Tidak hanya dalam guyonan mereka, namun dalam situasi
serius pun kata-kata umpatan tersebut dianggap hal yang biasa bahkan luar biasa.
Ya Luar biasa karena tertipu dengan penelitian yang menyebutkan orang yang memiliki kecerdasan tinggi ternyata
lebih sering mengatakan umpatan dan mengucapkan sumpah serapah. [inovasee.com]
Melihat
fenomena mengumpat yang sudah menjadi “sego jangan” (rutunitas keseharian) ini,
hati penulis berontak bahkan lebih parahnya ketika penulis mendengar perkataan
tersebut secara vulgar dilontarkan orang-orang panutan yang berprofesi sebagai
penceramah bahkan mereka yang berlabel Gus dan Kyai. Sungguh Miris dan
memilukan karena perkataan tersebut kemudian menjadi viral di dunia medsos dan
banyak ditonton orang dari segala usia dan kalangan. Hal ini kemudian dipahami
sebagai legalitas formal akan halalnya mengumpat dengan kata-kata tersebut
karena perkataan tersebut dilakukan tanpa ada perasaan bersalah ataupun
permintaan maaf ataupun semacam ralat.
Hemat
Penulis, hal ini adalah sebuah kemungkaran yang apabila penulis biarkan begitu
saja maka semua orang termasuk penulis sendiri akan terkena imbas kejelekannya,
segaimana sabda Rasul SAW :
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ
بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ
فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ
Barang
siapa yang melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu
maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya
dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman. [HR Muslim]
Pembiaran
seperti inilah yang menyebabkan bani isra’il dilaknat Allah SWT dalam firman-Nya
: Telah terlaknat orang-orang kafir dari Bani Isra’il dengan lisan Daud dan Isa
putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu
melampaui batas. [QS Al Māidah: 78]
Apakah
yang telah mereka perbuat? Allah SWT menjelaskan :
كَانُوا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ
فَعَلُوهُ ۚ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ
Mereka
satu sama lain tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat.
Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. [QS Al-Maidah:
79]
Setuju
atau tidak, kata-kata umpatan dan kasar seperti di atas tidaklah pantas menjadi
perkataan orang beriman karena orang beriman akan selalu menjaga lisannya. Bukankah
Rasulullah SAW bersabda :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ
الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا، أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barang
siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik dan jika
tidak maka diamlah.” [HR. Bukhari]
Dan
sangatlah jelas dalam hadits utama di atas bahwa Allah benci dengan orang yang
lisannya kotor dan kasar [HR Tirmidzi]
Dalam
versi lain, Kata Fahisy dalam hadits tersebut diartikan sebagai Orang yang
bertutur kata dengan sesuatu yang gak enak didengar atau orang yang mengumbar
lisannya dengan mengatakan sesuatu yang tak pantas. Sedangkan kata Badzi’
diartikan sebagai orang yang berkata-kata kotor [Tuhfatul Ahwadzi]
Suatu
ketika Abdullah bin Mas’ud RA naik ke atas bukit shofa kemudian memegang
mulutnya sambil berkata :
يا
لسان، قل خيرا تغنم، واسكت عن شر تسلم، من قبل أن تندم
“Wahai
lisan, berkatalah yang baik niscaya engkau akan memperoleh kebaikan atau
diamlah dari perkataan jelek niscaya engkau akan selamat sebelum engkau
menyesal”.
Aku
pernah mendengar Rasulullah saw bersabda,
أَكْثَرُ خَطَايَا ابْنِ آدَمَ فىِ لِسَانِهِ
“Kebanyakan
dosa anak-anak adam itu ada pada lisannya”. [HR Thabrani]
Wallahu
A’lam. Semoga Allah Al-Bari menjauhkan kita dari perkataan yang kasar lagi kotor
dan menjadikan mulut kita senantiasa berhias kata santun, perbuatan kita dengan
akhlak karimah dan hati yang senantiasa ber-dzikir.
Salam Satu
Hadith,
DR.H.Fathul Bari Bin Badruddin
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jawa Timur Indonesia
DAPATKAN BUKUNYA
BISA KIRIM KE SULURUH DUNIA
HUBUNGI ANNUR 2 STORE
+62-858 5895 9765
0 komentar:
Post a Comment