ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW
bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ صَالِحَ
الأَخْلاَقِ
Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk
menyempurnakan baiknya akhlaq [HR Ahmad]
Catatan
Alvers
Misi
utama diutusnya Rasul SAW ke dunia bukanlah untuk memajukan ilmu, pengetahuan
dan teknologi melainkan menyempurnakan Akhlak. Maka barometer kemuliaan itu
bukan hanya faktor ilmu yang mumpuni ansich melainkan kemuliaan itu dinilai dari
keagungan akhlak seseorang karena akhlak adalah cerminan dari kesempurnaan iman
dan taqwa. Rasulullah SAW Bersabda:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا
أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
Orang
Mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya [HR
Tirmidzi]
Bahkan
dengan akhlak mulia seseorang akan selevel dengan orang yang senantiasa berpuasa
dan shalat malam. Rasul SAW bersabda :
إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ
خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ
Sesungguhnya
dengan akhlak mulia seorang mukmin akan sampai ke derajat orang yang
mengerjakan puasa dan shalat malam.”’ [HR Abu Daud]
Hal
inilah yang banyak dilupakan oleh orang zaman now. Gunung didaki, lautan diseberangi
namun masjid dilewati. Sehingga masalah terbesar bangsa ini bukanlah minimnya ilmu
pengetahuan namun dekadensi akhlak dan moral. Setiap tahunnya ribuan sarjana
dari berbagai universitas dan jurusan diwisuda sehingga semakin banyak orang
yang berilmu namun masalah yang dihadapi bangsa ini bukannya berkurang namun
malah bertambah pelik dan rumit.
Urusan
ilmu pengetahuan bangsa kita tidak kalah dengan bangsa lain bahkan ada anak
bangsa yang memiliki gelar akademik terpanjang hingga memecahkan rekor MURI.
Tak tanggung-tanggung si empunya yang berasal dari makassar memiliki 27 gelar akademis Asal dari Makassar yaitu Welin
Kusuma, ST, SE, S.Sos, SH, S.Kom, SS, SAP, S.Stat, S.Akt, S.Ikom, MT, MSM, MKn,
RFP-I, CPBD, CFP, Aff.WM, BKP, QWP, CPHR, ICPM, AEPP, CBA, CMA, CPMA, CIBA. Sungguh
Gelar yang sambung menyambung menjadi satu hingga susah menuliskannya bahkan
menyebutkannya.
Namun sekali lagi masalahnya bukan itu, namun
masalah terletak pada kwalitas akhlak bangsa ini. Betapa banyak orang yang
bergelar dan menduduki jabatan terhormat namun berani melakukan korupsi, baik
yang tertangkap ataupun belum tertangkap KPK. Berilmu tinggi namun tinggi hati dan
dengan mudahnya merendahkan, mencemooh bahkan mengumpat orang lain dengan tanpa
merasa bersalah.
Secara
etimologi akhlak berarti watak dan tabi’at. Imam Ghazali mendefinikan akhlak
dengan :
عبارة عن
هيئة في النفس راسخة، عنها تَصدُر الأفعال بسهولة ويُسرٍ من غير حاجة إلى فِكْر
ورويَّة
Istilah
yang menunjuk kepada suatu keadaan yang tertanam di dalam jiwa yang menampilkan
perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa perlu berfikir. [Ihya’ Ulumuddin]
Imam
Syaf’i tidaklah hanya ber-ilmu namun beliau mempunyai akhlak yang mulia dan
inilah kiranya yang menjadikan beliau sebagai imam besar. Beliau selalu
memegangi nasehat gurunya, Imam Malik yang berkata :
يا
محمد ، إجعل علمك ملحا وأدبك دقيقا
Wahai
Muhammad, jadikanlah Ilmu-mu itu seperti garam dan jadikanlah adab-mu seperti
tepung. [Al-Manhaj As-Sawi : 198]
Ibnul
Mubarak, seorang ulama besar yang lahir pada 118 H dengan memiliki banyak karya
kitab dan mengembara menuntut ilmu mulai dari Yaman, Mesir, Syiria hingga Bashrah
dan Kufah. Beliau berkata :
طلبت الأدب ثلاثين سنةً, وطلبت العلم عشرين
سنةً, وكانوا يطلبون الأدب قبل العلم
Aku
belajar adab selama 30 tahun dan mencari ilmu selama 20 tahun. Dan para Ulama
(saat itu) belajar adab sebelum menuntut ilmu [Ghayatun Nihayah Fi Thabaqatil Qurra’
I:446]
Kemudian
beliau berkesimpulan :
نحن
إلي قليل من الأدب أحوج منّا إلي كثير من العلم.
Kami
lebih membutuhkan sedikitnya adab dibandingkan banyak nya ilmu. [Madarijus
Salikin II, 356]
Hal
yang sama dikatakan oleh Abdurrahman ibnul Qasim:
خدمت الإمام مالكا رضي الله عنه عشرين سنة،
فكان منها سنتان في العلم وثماني عشرة سنة في تعلّم الأدب، فيا ليتني جعلت
المــــدة كلهـا أدبا
Aku
pernah ber-khidmat kepada imam Malik selama 20 tahun, dan dari 20 tahun itu
hanya 2 tahun aku belajar ilmu dan 18 tahunnya aku belajar adab, setelah saya
mengetahui ilmu adab (akhlaq),
saya berangan-angan semua waktuku aku gunakan untuk belajar adab darinya. [Al-Manhaj As-Sawi]
saya berangan-angan semua waktuku aku gunakan untuk belajar adab darinya. [Al-Manhaj As-Sawi]
Imam
Abu Hanifah berkata,
الْحِكَايَاتُ عَنْ الْعُلَمَاءِ
وَمُجَالَسَتِهِمْ أَحَبُّ إلَيَّ مِنْ كَثِيرٍ مِنْ الْفِقْهِ لِأَنَّهَا آدَابُ
الْقَوْمِ وَأَخْلَاقُهُمْ
“Kisah-kisah
para ulama dan duduk bersama mereka lebih aku sukai daripada menguasai beberapa
bab fiqih. Karena dalam kisah mereka diajarkan berbagai adab dan akhlak luhur
mereka.” [Al Madkhal, 1: 164]
Al-Hafizh
Ibnu Hajar Al-Asqalani menulis kitab “Bulughul Maram min Adillatil Ahkam” sebuah
kitab yang memuat dalil-dalil hukum (fikih). Menariknya pada bab terakhir
beliau menulis bab berjudul kitabul Jami’ yang mana bab ini bukan membahas
masalah fikih namun masalah adab. Rupanya secara implisit beliau mengingatkan
para thalibul Ilm bahwa ilmu minus akhlak tidak akan banyak bermanfaat maka
merupakan keniscayaan untuk menyempurnakan ilmu dengan akhlak sebagaimana misi
Rasul SAW.
Wallahu
A’lam. Semoga Allah Al-Bari tidak menjadikan kita sebagai orang congkak,
sombong dan mudah meremehkan orang lain sebab “sedikit“ ilmu yang telah kita
dapatkan. Ya Allah, Jadikanlah kami orang-orang yang tawadlu dan semakin
ber-akhlak seiring bertambahnya ilmu kami.
Salam Satu
Hadith,
DR.H.Fathul Bari Bin Badruddin
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jawa Timur Indonesia
DAPATKAN BUKUNYA
BISA KIRIM KE SULURUH DUNIA
HUBUNGI ANNUR 2 STORE
+62-858 5895 9765
0 komentar:
Post a Comment