ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr RA, Rasul SAW
bersabda :
إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَةً
وَلِكُلِّ شِرَةٍ فَتْرَةً فَمَنْ كَانَتْ شِرَتُهُ إِلَى سُنَّتِى فَقَدْ
أَفْلَحَ وَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ فَقَدْ هَلَكَ
Sesungguhnya setiap amalan itu
pasti ada semangatnya dan setiap semangat pasti mengalami kendor, barangsiapa kendor-nya
kepada sunnah maka ia telah beruntung dan barangsiapa kendor-nya kepada bid’ah
maka ia telah binasa. [HR. Ahmad]
Catatan
Alvers
“Liburan
tlah tiba”. Mendengar kata ini, semua orang pastilah bergembira. Tidak hanya
anak-anak, remaja bahkan bapak-bapak sekalipun akan senang mendengarnya. Kata tersbut
terdengar begitu merdu di telinga meskipun diucapkan dengan suara yang fals.
Liburan
adalah momen dimana kita mengistirahatkan otak sejenak agar segar kembali,
merehatkan fisik agar bugar kembali seperti sedia kala karena sebagaimana
hadits utama di atas bahwa setiap semangat pasti akan mengalami kendor ketika
sampai pada masanya.
Islam
sebagai agama yang fitrah menyadari akan petingnya liburan atau istirahat
sejenak mengingat manusia memiliki tabi’at bosan. Bahkan dalam urusan ibadah
sekalipun, Rasul menganjurkan kita untuk melakukannya dengan kadar dimana kita
tidak gampang merasa bosan dan terkesan memforsir fisik hingga melebihi batas
kemampuan.
Sayyidah
'Aisyah RA berkata: "Si fulanah (seorang wanita dari Bani Asad), dia tidak
tidur di waktu malam". Lantas diberitakan tentang (kehebatan) shalatnya.
Maka Rasul SAW bersabda :
مَهْ عَلَيْكُمْ مَا تُطِيقُونَ مِنْ
الْأَعْمَالِ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا
Hendaklah
kalian beramal (bekerja ) sesuai kemampuan kalian. (tidak memberatkan). Karena sesungguhnya
Allah tidak akan pernah bosan sampai kalian sendiri merasa bosan.[HR. Muslim]
Ibadah
dengan sungguh-sungguh bukan berarti menafikan istirahat. Suatu ketika tiga orang Sahabat datang bertanya kepada
isteri-isteri Nabi tentang ibadah beliau. Kemudian setelah diterangkan,
masing-masing ingin meningkatkan ibadah mereka. Salah seorang dari mereka
berkata: “Adapun saya, maka sungguh saya akan puasa sepanjang masa tanpa
putus.” Sahabat yang lain ber-kata: “Adapun saya, maka saya akan shalat malam
selama-lamanya.” Yang lain berkata, “Sungguh saya akan menjauhi wanita, saya
tidak akan nikah selama-lamanya… dst” Ketika hal itu didengar oleh Nabi SAW,
beliau bersabda:
أَنْتُمُ الَّذِيْنَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا؟ أَمَا وَاللهِ إِنِّي
َلأَخْشَاكُمْ ِللهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ، وَلَكِنِّي أَصُوْمُ وَأُفْطِرُ
وَأُصَلِّى وَأَرْقُدُ وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي
فَلَيْسَ مِنِّي.
“Benarkah
kalian telah berkata begini dan begitu? Ingatlah Demi Allah, sesungguhnya
akulah yang paling takut kepada Allah dan paling taqwa kepada-Nya di antara
kalian. Akan tetapi aku berpuasa dan aku ber-buka, aku shalat dan aku pun
tidur, dan aku juga menikahi wanita. Maka, barangsiapa yang tidak menyukai
Sunnahku, ia tidak termasuk golonganku.”[HR Bukhari]
Liburan
adalah bentuk istirahat dari penat pekerjaan yang merupakan hak tubuh dan
pikiran kita yang harus kita tunaikan. Suatu ketika Salman bertamu ke rumah Abu
Darda’, ia melihat Ummu Darda’ (istri Abu Darda’) dalam keadaan mengenakan
pakaian yang serba kusut. Salman pun bertanya padanya, “Mengapa keadaan kamu
seperti itu?” Wanita itu menjawab, “Saudaramu Abu Darda’ sudah tidak mempunyai
hajat lagi pada keduniaan.” Kemudian Abu Darda’ datang dan ia membuatkan
makanan untuk Salman. Setelah selesai Abu Darda’ berkata kepada Salman,
“Makanlah, karena saya sedang berpuasa.” Salman menjawab, “Saya tidak akan
makan sebelum engkau pun makan.” Maka Abu Darda’ pun makan. Pada malam harinya,
Abu Darda’ bangun untuk mengerjakan shalat malam. Salman pun berkata padanya,
“Tidurlah.” Abu Darda’ pun tidur kembali.
Ketika
Abu Darda’ bangun hendak mengerjakan shalat malam, Salman lagi berkata padanya,
“Tidurlah!” Hingga pada akhir malam, Salman berkata, “Bangunlah.” Lalu mereka
shalat bersama-sama. Setelah itu, Salman berkata kepadanya :
إنَّ لربِّكَ عليك حقًّا، وإنَّ لِنَفسكَ عليك
حقًّا، ولأهلك عليك حقًّا، فأعْطِ كلَّ ذي حقٍّ حقَّهُ
”Sesungguhnya
pada Rabb-mu ada hak yang harus kau tunaikan, dan pada dirimu ada hak yang
harus kau tunaikan, dan pada diri keluargamu ada hak yang harus kau tunaikan,
maka berilah setiap bagian akan haknya” [HR. Bukhari]
Kemudian
Abu Darda’ mendatangi Nabi SAW lalu menceritakan apa yang baru saja terjadi.
Beliau lantas bersabda, “Salman itu benar.” [HR Bukhari]
Ada
berbagai macam cara mengisi waktu liburan. Ada diantaranya yang memilih
beristirahat di villa yang jauh dari hiruk pikuk kota, Ada yang memilih bertamasya keliling kota, ada yang
pergi ke pantai untuk menikmati panorama lautan dan lain sebagainya. Mengadakan
perjalan semacam ini boleh-boleh saja hukumnya (mubah) menurut ulama Syafi’iyah. Dengan demikian, karena
bukan perjalanan yang terlarang maka orang yang melakukannya diperbolehkan
melakukan sholat dengan cara jamak qashar (jika perjalanannya jauh). Dalam
literatur Fikih disebutkan :
وعدم المعصية سواء أكان السفر طاعة
أم مكروها أم مباحا ولو سفر نزهة
“Dan bepergiannya tidak untuk maksiat, baik
bepergian untuk hal ketaatan, hal makruh atau hal mubah meskipun bepergian
untuk tujuan rekreasi” . [Nihayatul Muhtaj]
Melihat-lihat pemandangan yang indah bisa
menjadi sarana untuk agar kita ingat kepada sang penciptanya. Allah SWT berfirman:
أَمْ
مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَأَنْزَلَ لَكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً
فَأَنْبَتْنَا بِهِ حَدَائِقَ ذَاتَ بَهْجَةٍ
Siapakah yang telah menciptakan langit
dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan
dengan air itu taman-taman yang indah” [QS an-Naml : 60]
Maka hendaknya, setiap aktifitas liburan baik itu tamasya
keliling kota, ke pantai atau apapun juga
digunakan untuk memikirkan makhluk ciptaan Allah dan kemahakuasaan-Nya. Allah swt berfirman :
وَيَتَفَكَّرُونَ
فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا
Yang artinya, “Dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia” (QS Ali Imron:191).
Akhirnya,
liburan sebagai sarana efektif untuk merefreshing pikiran setelah penat dan
bekerja maupun beribadah, tidak hanya untuk kita saja. Sahabat Abu Darda’ RA
pun menyatakan:
إني
لأجم فؤادي ببعض الباطل أي اللهو الجائز لأنشط للحق
“Sungguh,
saya merefresh jiwa saya dengan melakukan sebagian sendau-gurau atau permainan
yang dibolehkan, agar saya kembali giat dalam melaksanakan kebaikan.”
Sedangkan
Sayyidina Ali ra. berkata:
أجموا
هذه القلوب فإنها تمل كما تمل الأبدان
“Rehatkan hati kalian, karena hati juga merasa bosan
sebagaimana jiwa kalian merasa capek dan bosan.” [Faidhul
Qadir] Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari menjadikan liburan kita bermanfaat
baik bagi diri sendiri, keluarga mapun handai taulan, dan menjadikannya
bernilai di sisi Allah swt.
Salam Satu
Hadith,
DR.H.Fathul Bari Bin Badruddin
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jawa Timur Indonesia
DAPATKAN BUKUNYA
BISA KIRIM KE SULURUH DUNIA
HUBUNGI ANNUR 2 STORE
+62-858 5895 9765
0 komentar:
Post a Comment