ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Umar
bin Khattab RA, Rasul SAW bersabd a:
كُلُوا جَمِيْعًا وَلاَ تَفَرَّقُوْا فَإِنَّ الْبَرَكَةَ مَعَ
الْجَمَاعَةِ
Makanlah kalian semua
bersama-sama dan janganlah bercerai berai karena keberkahan itu terdalam dalam
jamaah [HR Ahmad]
Catatan Alvers
Segolongan sahabat
datang kepada Nabi SAW dan berkata : Wahai Rasulullah, Kami makan namun tidak
merasa kenyang, Rasul SAW berkata : Boleh jadi kalian makan sendiri-sendiri.
Para sahabat menjawab : Iya benar Wahai Rasulullah, Kemudian beliau bersabda :
فَاجْتَمِعُوا عَلَى طَعَامِكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ
عَلَيْهِ يُبَارَكْ لَكُمْ فِيهِ
Berkumpullah atas
makanan kalian dan sebutlah asma Allah atas makanan tersebut niscaya makanan
tersebut menjadi barokah untuk kalian. [HR Abu Daud]
Makan bersama
bukanlah aktifitas biasa, namun ia merupakan anjuran Rasul SAW. Makan bersama
bukanlah aktifitas sekedar mengisi liburan melainkan ia mendatangkan keberkahan
sebagaimana keterangan hadits di atas.
Selain
merupakan sunnah Nabi, Makan bersama memiliki manfaat lain di antaranya : Bersifat
manusiawi karena hewan cenderung sendiri-sendiri kalau makan. Memberikan Perhatian
satu sama lain. Mempererat hubungan keluarga, kesempatan
mendidik agar menghargai orang lain, membiasakan diri dalam persamaan dengan
orang lain. Mengajarkan sopan santun ketika makan dan membiasakan diri berbagi dengan sesama anggota keluarga atau
handai taulan.
Rasulullah SAW bersabda,
طَعَامُ الْوَاحِدِ يَكْفِي الِاثْنَيْنِ وَطَعَامُ
الِاثْنَيْنِ يَكْفِي الْأَرْبَعَةَ وَطَعَامُ الْأَرْبَعَةِ يَكْفِي
الثَّمَانِيَةَ
“Makan satu orang
itu cukup untuk dua orang. Makanan dua orang itu cukup untuk empat orang.
Makanan empat orang itu cukup untuk delapan orang,” [HR. Muslim].
Terkadang orang
merasa risih bahkan jijik jika harus makan bersama dengan orang lain, boleh
jadi makan bersama menjadikan makanan kurang bersih dan hiegynis. Anggapan
seperti ini mungkin saja terbesit dalam hati kita namun yakinkan hati kita
bahwa ajaran Rasul SAW adalah benar dan lebih banyak manfaatnya.
Hal seperti ini
pernah terjadi ketika ibnu
umar RA bertanya : Ya
Rasulullah, Apakah berwudhu’ dengan bejana baru yang tertutup lebih engkau
sukai daripada bersuci di tempat bersuci (yang biasa dipakai kaum muslimin)?
Rasulullah menjawab :
لا ، بل من
المطاهر ، إن دين الله الحنيفية السمحة
“tidak”,
tetapi (aku lebih suka bersuci) di tempat-tempat bersuci (yang biasa dipakai
kaum muslimin) saja, karena agama Allah itu mudah dan toleran.
Ibnu
Umar berkata : Rasulullah sering mengutus sahabat untuk menuju tempat bersuci lalu
diberikanlah beliau air (dari tempat bersuci kaum muslimin) dan beliau meminum
air tersebut dengan mengharapkan berkah tangan-tangan kaum muslimin. [HR
Thabrani]
Hal ini mengajarkan kepada kita agar tidak
hanya berpedoman kepada logika ansich namun juga mempertimbangkan keberkahan
dalam segala hal termasuk dalam hal makanan dan etiket makan (table manner).
Simak juga sabda Nabi SAW:
فَإِذَا سَقَطَتْ مِنْ أَحَدِكُمْ اللُّقْمَةُ فَلْيُمِطْ
مَا كَانَ بِهَا مِنْ أَذًى ثُمَّ لِيَأْكُلْهَا وَلَا يَدَعْهَا لِلشَّيْطَانِ
“Apabila salah seorang dari kamu makan,
kemudian suapannya jatuh dari tangannya, hendaklah ia membersihkan apa yang
kotor darinya lalu memakannya, dan janganlah ia membiarkannya untuk (dimakan)
setan. [HR Muslim]
Selanjutnya adalah anjuran Nabi SAW agar kita
memulai makan dari tepi makanan. Rasul SAW bersabda :
إِنَّ الْبَرَكَةَ تَنْزِلُ فِى وَسَطِ الطَّعَامِ فَكُلُوا
مِنْ نَوَاحِيهِ ، وَلاَ تَأْكُلُوا مِنْ وَسَطِهِ
Sesungguhnya keberkahan itu turun di tengah makanan
maka makanlah dari arah pinggirnya dan janganlah kalian makan dari tengahnya.
[HR Al-Hakim]
Lalu bagaimana dengan tumpeng yang mana
biasanya diambil (makan) dari tengahnya? Menjawab hal ini maka ketahuilah bahwa
hadits tersebut tidak ada perkecualiannya sehingga berlaku umum termasuk
tumpeng dll.
Selanjutnya, Agar makanan menjadi lebih berkah
maka jangan lupa membaca basmalah. Rasulullah bersabda kepada
‘Umar bin Abi Salamah ketika masih kecil :
يَا غُلاَمُ سَمِّ اللَّهَ ،
وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ
“Wahai Ghulam, sebutlah nama Allah
(bacalah bismillah), makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang
ada di dekatmu.”
Maka seperti itulah gaya makanku setelah itu. [HR Bukhari]
Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka
hati dan fikiran kita agar menerapkan sunnah dalam aktifitas apapun tak
terkecuali dalam hal makan sehari-hari.
Salam Satu Hadith,
DR.H.Fathul Bari
Bin Badruddin
Pondok Pesantren
Wisata
AN-NUR 2 Malang
Jawa Timur Indonesia
Umrah Arbain :: ZIARAH RASUL VIII :: 20
Februari 2018 :: 15 Hari, Pesawat Garuda Tanpa Transit :: Fasilitas Lounge
Bandara :: Hotel Mekkah Pulmann Zam-zam:: Daftar di Kantor PP Wisata AN-NUR 2
Malang Jatim Indonesia
0 komentar:
Post a Comment