ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Abu
Yazid yakni Ma’n bin Yazid bin Akhnas RA, Rasulullah SAW bersabda:
لَكَ مَا نويْتَ يَا يَزِيدُ ، وَلَكَ مَا
أَخذْتَ يَا مَعْنُ
“Engkau telah mendapatkan apa
yang engkau niatkan hai Yazid (ayah Ma’n), sedangkan engkau boleh memiliki apa
yang telah engkau ambil, hai Ma’n” [1]
Catatan Alvers
Alamat Palsu, Judul di atas seperti judul
lagu populer yang dilagukan oleh ayu tingting namun alvers pembahasan odoh kali
ini tidak ada kaitannya dengan lagu tersebut. “Alamat Palsu” dalam judul ini bermaksud
menjelaskan adalah sebuah sedekah (sunnah) yang dilakukan dengan salah alamat
atau salah sasaran tanpa adanya faktor kesengajaan.
Dalam kasus zaman now, banyak orang yang
meminta-minta dengan acting memakai pakaian yang lusuh, sobek-sobek bahkan ada
yang beracting jalan sambil ngesot padahal ia adalah orang yang normal dan
berkecukupan. Ada juga dengan membawa bayi padahal ia adalah bayi sewaan untuk
memancing belas kasihan orang lain. Kasus-kasus seperti ini membuka lebar salah
alamat dalam memberi sedekah.
Menurut Imam Nawawi, sedekah tersebut tidaklah
sia-sia dan tetap
berpahala meskipun yang menerimanya adalah orang yang tidak dikehendaki atau
orang yang salah seperti orang fasik (pencuri, pezina dan pelaku dosa besar
lainnya) ataupun orang kaya. Karena (berbuat baik kepada) setiap makhluk hidup
terdapat pahala. Adapun zakat maka tidak sah memberikannya kepada orang kaya.
[2]
Kesimpulan Iman Nawawi tersebut berdasar
kepada kasus salah sedekah dalam hadits yang diriwayatkan dari
Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: “Seorang laki-laki berkata : Sungguh
aku akan bersedekah (pada Malam ini). Lalu Ia keluar dengan membawa sedekahnya kemudian
ia bersedekah kepada (seseorang yang tak diketahuinya bahwa ia adalah) pencuri.
Pagi harinya orang-orang (ramai) berkata “semalam ada pencuri diberi sedekah”.
Lalu (laki laki ini) berkata :
اللَّهُمَّ
لَكَ الْحَمْدُ لَأَتَصَدَّقَنَّ بِصَدَقَةٍ
Ya
Allah, segala puji bagi-Mu. Sungguh aku akan bersedekah lagi.
Iapun
keluar dengan sedekahnya lalu ia bersedekah kepada (seseorang yang tak
diketahuinya bahwa ia adalah)wanita pezina. Pagi harinya orang-orang (ramai) berkata,
semalam ada wanita pezina diberikan sedekah. Maka (laki laki ini) berkata :
اللَّهُمَّ
لَكَ الْحَمْدُ عَلَى زَانِيَةٍ لَأَتَصَدَّقَنَّ
Ya
Allah, segala puji bagi-Mu. Aku akan bersedekah lagi.
Iapun
keluar dengan sedekahnya lalu ia bersedekah kepada (seseorang yang tak
diketahuinya bahwa ia adalah) orang kaya. Pagi harinya orang-orang (ramai) berkata,
semalam ada orang kaya diberi sedekah. Maka (laki laki ini) berkata :
اللَّهُمَّ
لَكَ الْحَمْدُ عَلَى سَارِقٍ وَعَلَى زَانِيَةٍ وَعَلَى غَنِيٍّ
Ya
Allah, segala puji bagi-Mu (atas sedekahku yang salah) atas pencuri, atas
wanita pezina dan atas orang kaya itu. (sekiranya hal itu terjadi semua atas
kehendak-Mu)
Maka
laki-laki itu (susah dengan kejadian tersebut) lalu didatangkanlah (sebuah
mimpi dalam tidurnya malam itu) kemudian dikatakanlah kepadanya :
أَمَّا
صَدَقَتُكَ عَلَى سَارِقٍ فَلَعَلَّهُ أَنْ يَسْتَعِفَّ عَنْ سَرِقَتِهِ وَأَمَّا
الزَّانِيَةُ فَلَعَلَّهَا أَنْ تَسْتَعِفَّ عَنْ زِنَاهَا وَأَمَّا الْغَنِيُّ
فَلَعَلَّهُ يَعْتَبِرُ فَيُنْفِقُ مِمَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ
Adapun
sedekahmu kepada pencuri maka (telah diterima Allah) karena (dengan sedekah
itu) ia terhindar dari perbuatan mencuri (yang menjadi pekerjaan)nya. Adapun
wanita pezina itu maka (telah diterima Allah) karena (dengan sedekah itu) ia terhindar
dari zina (yang menjadi pekerjaan)nya. Sementara orang kaya itu maka (telah
diterima Allah) karena ia dapat mengambil pelajaran sehingga ia mau berinfak
sebagian rizki yang telah diberikan Allah kepada-Nya”. [3]
Imam Muslim juga mencantumkan hadits tersebut
dalam kitab jami’nya dengan memberi judul :
بَاب ثُبُوتِ أَجْرِ الْمُتَصَدِّقِ وَإِنْ وَقَعَتْ
الصَّدَقَةُ فِي يَدِ غَيْرِ أَهْلِهَا
Bab, Tetapnya pahala orang yang bersedekah
meskipun sedekahnya jatuh ke tangan yang tidak berhak (bukan ahli sedekah).
Dan dalam bab tersebut hanya berisi satu
hadits yaitu hadits tentang sedekah kepada pencuri, pezina dan orang kaya di
atas. [4]
Keberadaan sedekah yang tidak sia-sia meskipun
yang menerimanya adalah orang yang tidak dikehendaki tercermin dalam hadits
utama di atas. Hadits tersebut diriwayatkan
dari Ma’n bin Yazid RA (Panglima perang romawi di era khalifah
mu’awiyah) di atas. Asbabul
wurud dari hadits tersebut adalah sebagaimana dikisahkan langsung oleh Ma’n
bin Yazid RA bahwa suatu ketika “Ayahku (Yazid) hendak memberikan beberapa
dinar (kurs 1 dinar zaman now = Rp. 2.2 Juta dan 1 dinar zaman Rasul = harga seekor kambing) untuk sedekah, lalu
dinar-dinar itu (dititipkannya) kepada seseorang yang ada di dalam masjid
(untuk diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan). Lalu Aku (Ma’n anak Yazid)
datang (kepada orang tadi) untuk menerima (bagian) sedekah tersebut, kemudian aku
menemui ayahku dengan dinar-dinar sedekah tadi. Ayah berkata: “Demi Allah,
bukan engkau yang aku kehendaki – untuk diberi sedekah itu.” Selanjutnya hal
itu aku adukan kepada Rasulullah SAW, lalu beliau bersabda dengan hadits di
atas [5]
Ibnu Hajar Al-Asqalany berkata : Hadits ini
menyiratkan bolehnya istikhlaf (mewakilkan) dalam sedekah, terutama sedekah
sunnah karena di dalam istikhlaf tersebut terdapat usaha menjadikannya sebagai sedekah
sirri (rahasia)... Begitu pula menyiratkan bahwa ayah tidak boleh menarik
kembali sedekah kepada anaknya berbeda dengan hibah [Fathul Bari]
Sedekah secara etimologi berasal dari bahasa
arab “Shadaqah” merupakan derivasi dari kata “shidq” yang berarti kesungguhan,
hal ini dikarenakan sedekah merupakan wujud kesungguhan dari keimanan orang
yang bersedekah. Adapun
secara terminologi, sedekah berarti beribadah kepada Allah dalam wujud berinfaq
harta tanpa ada kewajiban dalam syariat [Fathul Qadir] Allah swt berfirman :
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ
يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلَا خُلَّةٌ وَلَا شَفَاعَةٌ
“Wahai
orang orang yang beriman !. Infakkanlah sebagian dari rizki yang telah Kami
berikan kepadamu sebelum datang hari ketika tidak ada lagi jual beli, tidak ada
lagi persahabatan dan tidak ada lagi syafaat (pertolongan). [6].
Wallahu A’lam. Semoga Allah
Al-Bari menjadikan kita sebagai ahli sedekah tanpa mencari-cari alasan sebagai
pembenaran atas sikap pelit kita yang mungkin masih menguasai diri kita.
Salam Satu Hadits,
DR.H.Fathul Bari.
SS., M.Ag
Pondok Pesantren
Wisata
AN-NUR 2 Malang
Jawa Timur Indonesia
Artikel di
atas bisa anda dapatkan versi bukunya
Lengkap dengan
semua harakat dan referensinya dalam
BUKU ONE DAY ONE
HADITH
sistem SPA (Singkat, Padat, Akurat). SINGKAT
karena Didesain sekali duduk bisa
selesai baca satu judul ::PADAT karena
Tidak bertele-tele dan AKURAT
karena disertai referensinya
ONE DAY#1
*INDAHNYA HIDUP BERSAMA RASUL SAW* ISBN : 9786027404434
ONE DAY#2
*MOTIVASI BAHAGIA DARI RASUL SAW* ISBN : 9786026037909
ONE DAY#3 *TAMAN
INDAH MUSTHAFA SAW* ISBN : 9786026037923
(Pre Order) ONE
DAY#4 *TAFAKKUR ZAMAN NOW*, ISBN: 978-602-60379-5-4
Bisa dapat harga
promo dan kirim via tiki/JNE silahkan hub. Ust. Muadz 08121674-2626
Referensi
[1].............
----terpotong----
0 komentar:
Post a Comment