ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Aisyah RA, Rasul SAW
bersabda :
مَا
خُيِّرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ أَمْرَيْنِ
إِلَّا أَخَذَ أَيْسَرَهُمَا مَا لَمْ يَكُنْ إِثْمًا فَإِنْ كَانَ إِثْمًا كَانَ
أَبْعَدَ النَّاسِ مِنْهُ
Tidaklah Rasul disuruh memilih di antara dua
perkara, kecuali beliau memilih yang lebih mudah di antara keduanya, selama itu
bukan dosa. Adapun jika itu adalah dosa, maka beliau adalah orang yang paling jauh
darinya.” [HR Bukhari]
Catatan Alvers
“Rindu itu berat, kamu
takkan kuat, biar aku saja!”. Itulah sepatah kata dari dilan, tokoh dalam novel
dilan 1990 yang lagi booming di jagat maya yang diangkat ke layar lebar. Saya (Penulis)
tidak melihat filmnya, tidak pula membaca novelnya, hanya saja penasaran dengan
banyaknya meme yang banyak beredar di jagad media sosial. Penulis juga tidak
menyarankan alvers untuk menontonnya karena novel itu adalah mengenai
percintaan yang tidak ada manfaatnya.
Kata “berat” dari kutipan ucapan tersebut menjadi populer.
Saya pikir ada baiknya saya jadikan judul odoh kali ini. Setiap membaca atau
mendengar perkataan yang baru booming, insting ilmiah saya menuntut untuk
mengaitkannya dengan pengetahuan yang saya miliki, utamanya hadits Nabi SAW.
Akhirnya saya menulis edisi kali ini dengan judul di atas tanpa ada kaitannya
sama dilan, Mohon dimaklumi.
Begitu mendengar kata “berat” maka apa yang
ada dibenak kita?. Susah, sulit, repot, ogah mungkin itu adalah kata yang
mewakili pikiran sebagian besar kita. Memang, Secara Naluri setiap orang
menyukai yang mudah meskipun dalam tataran praktisnya banyak orang mempersulit
hal yang sebenarnya mudah dengan berbagai alasan.
Allah swt yang menciptakan manusia
menghendaki kemudahan. Allah swt berfirman :
يُريدُ
الله بكُمُ اليُسْرَ وَلا يُريدُ بِكُمُ العُسْر
"Allah menghendaki kemudahan bagi kalian,
dan tidak menghendaki kesukaran bagi kalian." [QS. Al-Baqarah :185]
Di dalam ayat yang lain, Allah swt menegaskan
:
وَمَا
جَعَلَ عَلَيْكُم في الدِّين مِنْ حَرَجٍ
"Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan
untuk kamu dalam agama suatu kesempitan." [QS Al-Hajj: 78]
Allah swt juga berfirman :
مَا
يُريدُ الله لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلكن يُريدُ لِيُطَهِّرَكُمْ
وَلِيُتِمَّ نِعْمَةُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
"Allah tidak menghendaki kesulitan atas
kalian, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya
bagimu, supaya kamu bersyukur." [QS Al-Maidah: 6]
Kemudahan dan keringanan yang diberikan Allah
swt ini tercermin dalam keringanan shalat ketika safar (bepergian). Rasul Saw
bersabda:
إِنَّ
اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَضَعَ عَنِ الْمُسَافِرِ شَطْرَ الصَّلاَةِ
“Allah ‘azza wa jalla membebaskan dari
musafir separuh shalatnya (Qashar).” [1]
Shalat seorang musafir yang dilakukan separohnya
tidaklah mengurangi pahalanya sebab ini adalah kemurahan dan sedekah dari Allah
swt. Rasul SAW bersabda :
صَدَقَةٌ
تَصَدَّقَ اللَّهُ بِهَا عَلَيْكُمْ فَاقْبَلُوا صَدَقَتَهُ
“Qashar shalat itu sedekah yang Allah berikan
kepada kalian. Maka terimalah sedekah tersebut.” [2]
Maka tidak selayaknya seorang musafir
memaksakan diri untuk shalat empat rekaat (sempurna). Allahpun senang jika
hamba-Nya menerima keringanan tersebut. Rasul Saw bersabda:
إِنَّ
اللَّهَ يُحِبُّ أَنْ تُؤْتَى رُخَصُهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ تُؤْتَى مَعْصِيَتُهُ
Sesungguhnya Allah senang agar keringanan
(Rukhshah) dilakukan sebagaimana Allah benci jika maksiat dilakukan [4]
Al-Munawi berkata : Mengambil keringanan
tersebut justru akan menghindarkan seseorang dari sifat sombong tidak mau
melakukan sesuatu yang diperbolehkan secara syariat. Barang siapa yang
menyombongkan dirinya dari keringanan tersebut maka rusaklah agamanya. [5]
Rasul SAW sebagai utusan-Nya, menegaskan hal
ini dengan sabdanya :
يَسِّرُوا
وَلَا تُعَسِّرُوا وَبَشِّرُوا وَلَا تُنَفِّرُوا
“Mudahkanlah dan jangan kalian mempersulit.
Sampaikanlah kabar gembira dan jangan membuat mereka lari.” [6]
Perintah beliau ini diikuti dengan perilaku
beliau sebagaimana diriwayatkan dalam hadits utama di atas yaitu : Tidaklah
Rasul disuruh memilih di antara dua perkara, kecuali beliau memilih yang lebih
mudah di antara keduanya, selama itu bukan dosa. Adapun jika itu adalah dosa,
maka beliau adalah orang yang paling jauh darinya.” [7]
Lantas bagaimanakah dengan statement populer
“Al-Ajru Biqadrit ta’ab” (Besarnya Pahala itu sesuai dengan kepayahannya)?. Bukankah
dengan statement tersebut orang dimotivasi untuk memilih yang lebih berat? Atau
sabda Nabi kepada siti Aisyah mengenai umrahnya:
إن لك من الأجر على قدر نصبك ونفقتك
Sesungguhnya (besarnya) pahalamu sesuai kadar
kepayahanmu dan biayamu. [8]
Atau hadits keutamaan berjalan kaki menuju
masjid, yaitu perkataan Ubay bin Ka'ab : Ada seseorang yang menurut pengetahuan
saya, tidak ada seorang pun yang rumahnya lebih jauh dari masjid, daripada
orang itu. Dia tidak pernah ketinggalan satu shalat pun di masjid. Saya
berkata; Sebaiknya kamu membeli seekor keledai untuk kamu tunggangi menuju
masjid ketika gelap dan matahari terik. Maka orang itu berkata:
مَا يَسُرُّنِي أَنَّ مَنْزِلِي إِلَى جَنْبِ
الْمَسْجِدِ إِنِّي أُرِيدُ أَنْ يُكْتَبَ لِي مَمْشَايَ إِلَى الْمَسْجِدِ
وَرُجُوعِي إِذَا رَجَعْتُ إِلَى أَهْلِي
Aku
tidak ingin memiliki rumah di dekat masjid karena aku ingin supaya perjalanan
kakiku menuju masjid dan kepulanganku kepada keluarga dicatat sebagai pahala.
Mendengar
hal ini, Rasulullah SAW bersabda:
قَدْ جَمَعَ اللَّهُ لَكَ ذَلِكَ كُلَّهُ
"Sungguh
Allah memberikan semua itu kepadamu." [9]
Begitu
pula hadits mengenai berjalan kaki menuju shalat jum’at berikut:
مَنْ غَسَّلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَاغْتَسَلَ
ثُمَّ بَكَّرَ وَابْتَكَرَ وَمَشَى وَلَمْ يَرْكَبْ وَدَنَا مِنْ الْإِمَامِ
فَاسْتَمَعَ وَلَمْ يَلْغُ كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ عَمَلُ سَنَةٍ أَجْرُ
صِيَامِهَا وَقِيَامِهَا
Barangsiapa
yang mandi dan berangkat pagi-pagi (awal waktu) lalu dia berjalan dan tidak naik
kendaraan, lalu dia duduk mendekati imam dan mendengarkannya, dia tidak
mengucapkan kalimat yang tidak ada manfaatnya maka setiap langkahnya (dicatat)
sebagaimana pahala satu tahun baik puasanya maupun shalat malamnya. [10]
Begitu
pula dengan hadits berjalan kaki ketika menuju shalat id [Lihat HR Turmudzi] dan
ketika mengiringi jenazah Rasul melihat sekelompok orang yang naik kendaraan,
maka Rasul SAW bersabda :
أَلَا تَسْتَحْيُونَ إِنَّ مَلَائِكَةَ اللَّهِ
يمشون عَلَى أَقْدَامِهِمْ وَأَنْتُمْ ركبان
Tidakkah
mereka merasa malu, Sesungguhnya para malaikat berjalan kaki sementara kalian
menaiki kendaraan. [HR Ibnu Majah]
Meskipun
menurut as-sanadi, hal ini berlaku hanya untuk jenazah orang yang shalih. [11]
Bukankah hadits keutamaan berjalan kaki dan
tidak berkendara ini dan semisalnya bertentangan dengan prinsip kemudahan? Ya,
tampaknya memang demikian namun menurut hemat penulis hal ini hanya berlaku
untuk kasus-kasus tertentu yang memang ada anjurannya dari Rasul SAW. Jika tidak
ada, maka tetap berlaku prinsip kemudahan di atas terlebih jika hal itu dapat
memberatkan. Hal ini seperti kasus yang dialami oleh saudari Uqbah bin Amir. Ia bernadzar pergi haji dengan
berjalan kaki. Mendengar hal ini maka beliau bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنْ نَذْرِهَا
مُرْهَا فَلْتَرْكَبْ
Sesungguhnya Allah tidak membutuhkan nadzarnya,
perintahkan kepadanya untuk (berhaji dengan) naik kendaraan. [12]
Keutamaan berjalan sebagaimana di atas itupun
masih ada pengecualiannya yaitu jika ada udzur. Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu
Hajar Al-Haitami :
ويشبه
أن يكون الركوب أفضل لمن يجهده المشي لهرم أو ضعف أو بعد منزله بحيث يمنعه ما
يناله من التعب الخشوع والحضور في الصلاة عاجلاً.
Sepertinya naik kendaraan itu lebih afdhal
bagi orang yang kesulitan berjalan kaki karena semisal tua, lemah atau rumah jauh
sehingga berjalan kaki membuatnya capek dan akan mengganggu kekhusu’annya
ketika shalat. [13] Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari menjadikan kita sebagai
orang yang dianugeri kemudahan dalam setiap urusan dan memudahkan urusan orang
lain.
Salam Satu Hadits,
DR.H.Fathul Bari.
SS., M.Ag
Pondok Pesantren
Wisata
AN-NUR 2 Malang
Jawa Timur Indonesia
Artikel
di atas bisa anda dapatkan versi bukunya dalam
BUKU ONE DAY ONE
HADITH
sistem SPA
(Singkat, Padat, Akurat). SINGKAT karena
Didesain sekali duduk bisa selesai baca satu judul ::PADAT karena Tidak bertele-tele dan AKURAT karena disertai referensinya
ONE DAY#1 *INDAHNYA
HIDUP BERSAMA RASUL SAW* ISBN : 9786027404434
ONE DAY#2
*MOTIVASI BAHAGIA DARI RASUL SAW* ISBN : 9786026037909
ONE DAY#3 *TAMAN
INDAH MUSTHAFA SAW* ISBN : 9786026037923
(Pre Order) ONE
DAY#4 *TAFAKKUR ZAMAN NOW*, ISBN: 978-602-60379-5-4
Bisa dapat harga
promo dan kirim via tiki/JNE silahkan hub. Ust. Muadz 08121674-2626
0 komentar:
Post a Comment