*ONE DAY ONE HADITH*
Diriwayatkan dari Mughirah bin
Syu’bah RA, Rasul ﷺ bersabda,
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ
آيَاتِ اللَّهِ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوا
حَتَّى يَنْجَلِىَ
”Matahari dan bulan adalah dua tanda di antara
tanda-tanda kekuasaan Allah. Kedua gerhana tersebut tidak terjadi karena
kematian atau lahirnya seseorang. Jika kalian melihat keduanya, berdo’alah pada
Allah, lalu shalatlah hingga gerhana tersebut hilang (berakhir)”. [HR Bukhari]
_Catatan Alvers_
Berdasarkan edaran dari Lajnah
Falakiyah PWNU bahwa menurut perhitungan hisab akan terjadi Gerhana Matahari
Parsial pada hari Ahad 21 Juni 2020, dan diperkirakan terjadi mulai pukul 15:15
- 15.34 WIB sehingga kita dianjurkan untuk melakukan shalat gerhana mahatari
atau yang dikenal dengan shalat Kusufis Syamsi.
Menurut ilmu pengetahuan
modern, gerhana matahari terjadi ketika posisi bulan terletak di antara bumi
dan matahari sehingga terlihat menutup sebagian atau seluruh cahaya matahari di
langit bumi. Berdasarkan cara tertutupnya matahari, terdapat empat jenis
gerhana matahari: gerhana matahari total, gerhana matahari cincin, gerhana
matahari sebagian, dan gerhana matahari hibrida/campuran. Walaupun bulan
berukuran sekitar 400 kali lebih kecil daripada matahari, bulan terletak
sekitar 400 kali lebih dekat ke bumi sehingga kedua benda langit ini tampak
hampir sama besar di langit bumi. [wikipedia]
Tidak hanya terjadi pada masa
kini, gerhana telah terjadi sejak dahulu kala namun respon manusia berbeda-beda
sesuai dengan pengetahuannya saat itu. Ada yang meyakini bahwa saat gerhana
terjadi, sang buto ijo memakan bulan atau matahari dan akan menyebarkan
berbagai keburukan. Maka saat itu, tumbuh-tumbuhan dan tubuh kita harus
'dibangunkan' agar tidak dimakan buto ijo, karena dengan adanya suara kentongan
atau pun lesung membuat buto ijo / batara kala membatalkan untuk niatnya
memakan bulan. Ada juga mitos dewi ratih. Yang diyakini sebagai dewi kecantikan.
Menurut mitologi pada saat gerhana, dewi Ratih yang berlari di kahyangan
tertangkap oleh Kala Rau. Ia dikejar karena dialah yang memberi tahu dewa Wisnu
bahwa Kala Rau hendak minum dari Tirta Amertha (Air kehidupan abadi) dan ada
juga mitos-mitos yang lainnya.
Islam datang meluruskan
pemahaman terhadap fenomena gerhana. Pada masa Rasulullah ﷺ pernah terjadi gerhana matahari pada hari kematian putera
beliau, Ibrahim. Lalu Rasulullah ﷺ meluruskan pemahaman bahwa
Sesungguhnya matahari dan bulan tidak gerhana disebabkan kematian atau
kelahiran seseorang akan tetapi itu adalah tanda kebesaran Allah. Rasulpun
menganjurkan untuk berdoa kepada Allah dan menunaikan salat gerhana hingga
matahari nampak kembali.
Menurut keterangan kitab
Fathul Muin dan I’anatut Thalibin, Shalat gerhana bisa dilakukan dengan tiga
cara : (1). Cara Mininalis (Aqall) : Dilakukan sebanyak dua rekaat seperti
Shalat sunnah. (2). Cara Sempurna (Adnal Kamal) : Dilakukan dengan menambah
berdiri, bacaan fatihah (dan setelah fatihah boleh membaca surat pendek atau
tidak membacanya) dan ruku’ dalam setiap rekaatnya. (3). Cara Paling Sempurna
(Akmal) : seperti cara kedua, namun ditambah hal-hal berikut : Saat berdiri
ke-1 setelah fatihah membaca QS Al-baqarah atau semisalnya , saat ruku’ membaca
tasbih sekira 100 ayat al-Baqarah. Saat berdiri ke-2 setelah fatihah membaca QS
Al-baqarah (280 Ayat) atau semisalnya, saat ruku’ membaca tasbih sekira 80 ayat
al-Baqarah, saat sujud ke 1 membaca tasbih sekira 100 ayat al-Baqarah, saat
sujud ke 2 membaca tasbih sekira 80 ayat al-Baqarah. Saat berdiri ke-3 setelah
fatihah membaca sekira 200 Ayat, saat ruku’ membaca tasbih sekira 70 ayat
al-Baqarah, saat berdiri ke-4 setelah fatihah membaca sekira 150 Ayat, saat
ruku’ membaca tasbih sekira 50 ayat al-Baqarah, saat sujud ke 3 membaca tasbih
sekira 70 ayat al-Baqarah, saat sujud ke 4 membaca tasbih sekira 50 ayat
al-Baqarah.
Shalat gerhana ini dilakukan
tanpa adzan dan iqamah sebelumnya . Sebagaimana Rasul ﷺ sebelum memulai Shalat
gerhana beliau menyuruh seseorang untuk mengumandangkan “As-Shalatu Jami’ah”
lalu Rasu ﷺ memulai Shalat. [Lihat HR Bukhari] dan shalat gerhana matahari
dilakukan dengan bacaan Fatihah secara pelan (sirri) berbeda dengan gerhana
bulan. Qadhi Abu Syuja berkata :
وَيُسِرُّ بِالْقِرَاءَةِ فِي كُسُوْفِ
الشَّمْسِ وَيَجْهَرُ بِالْقِرَاءَةِ فِي خُسُوْفِ الْقَمَرِ
Pembacaan Fatihah pada shalat
gerhana matahari dilakukan secara pelan dan pada shalat gerhana bulan dilakukan
secara keras. [Fathul Qarib]
Setelah selesai shalat barulah
dilaksanakan dua khutbah sebagaimana keterangan kitab Fathul Mu’in. Dijelaskan
dalam kitab I’anah [I/501] bahwa khutbah ini sama persis rukunnya seperti
khutbah jumat namun yang membedakan dalam khutbah gerhana tidak disyaratkan
khotib harus berdiri, duduk diantara 2 khutbah dan menutup aurat. Adapaun
materi yang sunnah untuk disampaikan adalah taubat dan motivasi melakukan
kebaikan seperti sedekah dll.
Dalam khutbah gerhana, Rasul ﷺ berkhutbah dengan memuji dan menyanjung Allah swt, lalu beliau
bersabda:
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ
آيَاتِ اللهِ لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ
ذَلِكَ فَادْعُوا اللهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di
antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian
seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah
kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.” [HR.
Bukhari]
Beliau melanjutkan khutbahnya
:
يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ وَاللهِ مَا مِنْ
أحَدٍ أَغْيَرَ مِنَ اللهِ سُبْحَانَهُ مِنْ أَنْ يَزْنِيَ عَبْدُهُ أوْ تَزْنِيَ أَمَتُهُ
يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ وَاللهِ لَوْ تَعْلمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيْلاً
وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيْراً
“Wahai umat Muhammad, demi Allah, tidak ada seorang
pun yang lebih cemburu daripada Allah karena ada seorang hamba sahayanya baik
laki-laki maupun perempuan berzina. Wahai Umat Muhammad, demi Allah, jika
kalian mengetahui yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak
menangis.” [HR Bukhari]
Dalam kitab Fathul Bari
disebutkan beberapa catatan dari hadits tersebut: a. Selesainya fenomena
gerhana yang ditandai dengan kembalinya bentuk matahari/bulan yang sempurna
tidak menggugurkan kesunnahan melaksanakan khutbah. Hal ini berbeda dengan
pelaksanaan Shalatnya, selesainya
gerhana menggugurkan kesunnahan melaksanakan Shalat gerhana. b. Relevansi.
Tatkala beliau menyeru kaum muslimin untuk menolak bala’ dengan dzikir, doa,
Shalat dan sedekah maka selanjutnya beliau menyeru umatnya untuk menjauhi
maksiat yang mana maksiat itu adalah penyebab datangnya bala’. c. Masalah zina
disebutkan secara khusus dalam khutbah beliau karena zina termasuk bagian
maksiat terbesar. d. Sabda “Wahai Ummat
Muhammad” adalah bentuk kasih sayang beliau dalam menasehati ummatnya layaknya
seorang bapak yang penuh kasih sayang menasehati anaknya dengan berkata “wahai
anakku” kendati disini Rasul ﷺ tidak mengatakan “wahai
ummatku”. Hal ini dikarenakan perkataan “wahai ummatku” mengandung unsur memuliakan
sedangkan khutbah yang beliau sampaikan adalah peringatan untuk menjauhi
maksiat dan Rasul ﷺ tidak akan memuliakan
seseorangpun dalam urusan maksiat. Sebut contoh sabda beliau “Wahai Fatimah
putri Muhammad, mintalah kepadaku harta yang engkau inginkan namun aku tidak
mampu menolongmu sedikitpun dari (murka) Allah (jika kau bermaksiat kepadaNya).
” beliau saat itu tidak mengatakan “ wahai fatimah putriku” dikarenakan saat
itu beliau memberikan peringatan (indzar) kepada keluarga .
Sebagai catatan tambahan,
dalam Kitab I’anatu Thalibin, Al-Jamal, Nihayatul Muhtaj dll. disebutkan :
Sudah dimaklumi bahwa khutbah tersebut ini dilakukan tanpa membaca takbir
seperti Shalat ‘idayn namun dihukumi baik (hasan) jika diganti dengan bacaan
istighfar karena memiliki korelasi yang kuat dengan tema utama khutbah yang
akan disampaikan. Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati kita untuk
mengetahui kebesaran-Nya lewat fenomena Gerhana ini dan semoga kita semua
bertambah iman dan taqwa kepada Allah SWT.Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di
tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
Silahkan Share
sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada supaya sabda Nabi ﷺ menghiasi dunia maya dan semoga menjadi amal jariyah kita
semua.
0 komentar:
Post a Comment