ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Anas bin Malik RA, Rasul
SAW bersabda :
كُلُّ ابْنِ
آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
Setiap anak adam banyak melakukan kesalahan
dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang bertaubat. [Referensi
ODOH]
Catatan Alvers
Setiap anak adam tidaklah luput dari
kesalahan bahkan bapak kita, Adam AS juga demikian. Maka manusia yang terbaik
bukanlah ia yang tidak pernah berbuat kesalahan, namun manusia yang terbaik
jika bersalah maka ia segera sadar akan kesalahannya, memperbaiki kesalahannya
lalu selanjutnya bertaubat. Allah swt berfirman dalam hadits Qudsi:
يا عبادي
إنكم تخطئون في الليل والنهار وأنا أغفر الذنوب جميعاً فاستغفروني أغفر لكم
“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian
berbuat salah pada malam dan siang, dan Aku mengampuni semua dosa, maka minta ampunlah
kepada-Ku niscaya Aku akan mengampuni kalian” [Referensi ODOH]
Itulah mengapa manusia dalam bahasa arab
disebut dengan insan yang se-arti dengan nisyan (lalai, alpa, salah). Penyair berkata
:
وما سمي
الإنسان إلا لنسيه :: وما القلب إلا أنه يتقلب
Tidaklah insan disebut demikian kecuali
karena faktor kealpaannya, dan qalbu tidak dinamakan demikian kecuali karena ia
suka berpindah-pindah (kecondongannya) [Referensi ODOH]
Kesalahan bisa terjadi dalam hal apa saja,
tak terkecuali dalam memahami ajaran agama dan oleh siapa saja termasuk para
sahabat nabi yang mulia. Ketika turun ayat :
وَكُلُواْ
وَاشْرَبُواْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ
الأَسْوَدِ
“dan makan minumlah hingga terang bagimu
benang putih dari benang hitam.” [Al-Baqarah: 187]
Adi bin Hatim RA memahami kata benang dalam ayat
ini dengan makna yang sesungguhnya. Iapun meletakkan tali (pengikat kepala) hitam
dan putih di bawah bantalnya setiap hendak tidur. Ketika terbangun iapun
buru-buru melihat tali tersebut jika ia tidak bisa membedakan warna dari kedua tali
tersebut maka ia makan sahur, jika sudah terlihat jelas maka iapun menghentikan
makan sahurnya.
Pagi harinya ia bergegas menemui Rasulullah SAW
untuk menanyakan apa yang ia lakukan itu, beliau bersabda :
إِنَّ وِسَادَكَ إِذًا لَعَرِيضٌ أَنْ كَانَ الْخَيْطُ
الْأَبْيَضُ وَالْأَسْوَدُ تَحْتَ وِسَادَتِكَ
Sungguh,
Jika demikian maka betapa lebar bantalmu untuk menaruh tali hitam dan putih
dibawahnya. [Referensi ODOH]
Dalam riwayat yang lain, Rasul SAW bersabda :
بل هو سواد
الليل و بياض النهار
“Namun yang maksud ayat tersebut adalah
hitamnya malam dan putihnya siang” [Refensi ODOH]
Maka Allah menurunkan setelah kejadian itu (kesalahpahaman
sahabat tadi) kata “Minal Fajri” (yaitu fajar) sehingga
para sahabat mengetahui bahwa yang dimaksud kata benang hitam dan putih
tersebut adalah siang dan malam. [Referensi ODOH]
Kisah tersebut menegaskan fungsi dan tugas
Nabi, yaitu sebagai penjelas wahyu (al-Quran) yang global sehingga tidak semua
perincian ajaran terdapat dalam al-Quran. Ada seseorang yang bertanya banyak
hal namun ia meminta jawaban hanya dari dalil al-Quran saja. Ia bertanya kepada
sahabat yang bernama Imran ibn Hashin dan dengan tegas ia memarahinya dengan
berkata :
إنك رجل
أحمق، أتجد الظهر في كتاب الله أربعا لا يجهر فيها بالقراءة؟ ثم عدّد عليه الصلاة،
والزكاة، ونحو ذلك، ثم قال: أتجد هذا في كتاب الله تعالى مفسّرا؟ إن كتاب الله
تعالى أبهم هذا، وإن السنّة تفسر هذا
Engkau ini orang yang bodoh, apakah kau
temukan dalam al-qur'an keterangan bahwa shalat Dzuhur itu empat reka'at dan
bacaannya tidak dikeraskan, begitu pula mengenai jumlah rekaat shalat, nishab
zakat dan semisalnya? Kemudian Ia berkata lagi: Apakah kau temukan al-qur'an
menjelaskan semua itu?. Sesungguhnya kitab Allah tidak menjelaskan semua itu
dan sunnahlah menjelaskannya. [Referensi ODOH]
Kejadian ini menegaskan bahwa memahami ajaran
agama haruslah berpedoman kepada wahyu, apa yang disampaikan Rasul SAW dan
bukan kepada pemahaman individu yang terbatas. Maka kaidah-kaidah syar’i disusun
oleh para ulama dengan tujuan meminimilkan kesalahfahaman dalam ajaran agama.
Mengandalkan pikiran saja tanpa memperhatikan
kaidah-kaidah syar’i akan menimbulkan kekeliruan dalam beragama. Hal ini
sebagaimana dinyatakan oleh ‘Ali RA:
لو كان الدين
بالرأى لكان مسح أسفل الخف أولى من أعلاه وقد رأيت
رسول الله صلى الله عليه وسلم يمسح
أعلى الخف
Andaikan agama itu berdasarkan akal niscaya
mengusap bagian bawah dari sepatu itu lebih utama dari pada mengusap bagian atasnya
dan sungguh aku melihat Rasul SAW mengusap bagian atas dari sepatunya (dalam
berwudlu’). [Referensi ODOH]
Kejadian salahfaham dari sahabat seperti di
atas bukanlah untuk menjelaskan kelalaian mereka, namun lebih menjelaskan kepada
proses pembelajaran dalam beragama sehingga kita tidak boleh mencela para
sahabat apapun keadaannya. Rasul Saw bersabda :
لَا تَسُبُّوا
أَصْحَابِي فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ
مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ
Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku.
Seandainya salah seorang dari kalian berinfaq emas sebesar Gunung Uhud, tidak
akan menyamai satu mud (infaq) salah seorang dari mereka dan tidak pula
setengahnya. [Referensi ODOH] Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari menjadikan kita
orang yang memahami ajaran agama dengan benar dan membantu mereka yang salah
paham dengan cara yang bijaksana.
Salam Satu Hadits,
DR.H.Fathul Bari.
SS., M.Ag
Pondok Pesantren
Wisata
AN-NUR 2 Malang
Jawa Timur Indonesia
Artikel di
atas bisa anda dapatkan versi bukunya dalam
BUKU ONE DAY ONE
HADITH
sistem SPA
(Singkat, Padat, Akurat). SINGKAT karena
Didesain sekali duduk bisa selesai baca satu judul ::PADAT karena Tidak bertele-tele dan AKURAT karena disertai referensinya
ONE DAY#1
*INDAHNYA HIDUP BERSAMA RASUL SAW* ISBN : 9786027404434
ONE DAY#2
*MOTIVASI BAHAGIA DARI RASUL SAW* ISBN : 9786026037909
ONE DAY#3 *TAMAN
INDAH MUSTHAFA SAW* ISBN : 9786026037923
(Pre Order) ONE
DAY#4 *TAFAKKUR ZAMAN NOW*, ISBN: 978-602-60379-5-4
Bisa dapat harga
promo dan kirim via tiki/JNE silahkan hub. Ust. Muadz 08121674-2626
0 komentar:
Post a Comment