ONE
DAY ONE HADITH
Diriwayatkan
dari Ka’b bin Ujrah, bahwasanya seorang tuna netra mendatangi Baginda Rasulullah
SAW dan berkata “Wahai Rasulallah, Aku mendengan Adzan namun terkadang aku
tidak menemukan orang yang menuntunku. Maka Rasul SAW bersabda :
فَإِذَا سَمِعْتَ النِّدَاءَ فَأَجِبْ دَاعِيَ
اللَّهِ
“Jika
engkau mendengar suara adzan (diserukan), maka penuhilah penyeru Allah itu” [HR
Thabrani].
Catatan Alvers
“Aku
tak tahu syariat Islam. Yang kutahu suara kidung Ibu Indonesia, sangatlah elok.
Lebih merdu dari alunan azan mu. Gemulai gerak tarinya adalah ibadah. Semurni
irama puja kepada Illahi. Nafas doanya berpadu cipta”.
Itulah
sepenggal puisi Ibu Sukmawati yang dibacakan dalam acara Indonesia Fashion Week
yang langsung menjadi viral di medsos karena dianggap menista agama dengan melecehkan
adzan dengan membandingkannya dengan hal lain. Sontak, sejumlah ormas dan pengacara
bereaksi keras dengan melaporkannya ke Polda Metro Jaya.
Sehari
kemudian ibu sukmawati muncul ke publik untuk meminta maaf kepada umat Islam
atas polemik puisinya. Ia berkata "... dengan ini dari lubuk hati yang
paling dalam, saya (Sukmawati menangis-red) mohon maaf lahir dan batin kepada
umat Islam Indonesia khususnya bagi yang merasa tersinggung dan berkeberatan
dengan puisi 'Ibu Indonesia'. " [detik com]
Lantas
ada apa dengan adzan? mengapa begitu keras reaksi ummat islam menyikapi hal
itu? Seberapa muliakah kedudukan adzan dalam islam?. Inilah pertanyaan yang banyak
terbesit dalam hati netizen mengamati puisi kontroversial tersebut sehingga
saya anggap penting mengangkat tema adzan ini.
Dalam
islam, Adzan bukanlah sekedar tanda masuknya waktu shalat tetapi ia adalah
panggilan Allah sang Maha Besar. Rasul SAW bersabda dalam hadits utama di atas :
“Jika engkau mendengar suara adzan, maka penuhilah penyeru Allah itu” [HR
Thabrani].
Bahkan
dalam hadits lain, adzan disebut dengan “panggilan yang sempurna”. Rasul SAW
bersabda : Barangsiapa yang ketika mendengar adzan ia mengucapkan :
اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ
التَّامَّةِ وَالصَّلَاةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ
وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ
“Ya
Allah, Rabb panggilan yang sempurna ini serta shalat yang didirikan anugerahilah
Nabi Muhammad wasilah dan keutamaan. Tempatkanlah ia pada kedudukan yang mulia
sebagaimana Kau janjikan.”
Niscaya
dia layak mendapat syafa’atku pada hari Kiamat. [HR Bukhari]
Adzan
adalah panggilan yang terbaik. Allah swt berfriman :
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ...
Siapakah
yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah... [QS
Fushshilat : 33]
Sayyidah
A’isyah RA berkata : orang yang menyeru kepada Allah adalah Muadzdzin (orang
yang adzan) Tatkala ia berkata “Hayya Alas Sholah” maka sungguh ia telah
menyeru kepada Allah. Dan Ibnu Umar RA berpendapat bahwa ayat tersebut memang
turun berkenaan dengan orang yang adzan [Tafsir Ibnu Katsir] dan ada 4
Tingkatan penyeru ke jalan Allah. Pertama, Para Nabi dengan Mukjizatnya, Kedua Para
Ulama dengan Hujjahnya, Ketiga Para Mujahid dengan kekuatannya dan ke empat
adalah Muadzdzin dengan suaranya menyeru kepada Jalan Allah swt. [I’anatut
Thalibin]
Dengan
demikian maka kita ketahui bahwa adzan bukanlah panggilan biasa, karena adzan merupakan
panggilan sempurna dari dzat yang maha sempurna, Penguasa semesta Alam Allah
swt. Jika demikian, layakkah diremehkan bahkan dilecehkan?. Coba kita bayangkan,
jika seseorang mendapat panggilan undangan dari seorang raja atau presiden untuk
diberi hadiah dan penghargaan? Apakah undangan tersebut bernilai biasa? Dengan perasaan
yang biasa-biasa pula?
Pastilah
tidak! Ia akan mengagungkan panggilan tersebut bahkan boleh jadi ia akan
mengabadikan undangannya. Lantas bagaimanakah dengan panggilan adzan yang mulia
dari dzat yang maha mulia, untuk diberikan hadiah yang mulia nan istimewa? “Hayya
Alal Falah” (marilah menuju keberuntungan).
Panggilan
adzan itu merupakan panggilan keberuntungan. Bagaimana tidak, panggilan raja
hanya akan mendatangkan sekeping emas namun Panggilan Allah akan mendatangkan gunung
emas dan permata yang tak ternilai harganya karena balasannya adalah surga. Nabi
SAW bersabda : “Apabila penyeru adzan mengucapkan Allahu Akbar, Allahu Akbar
maka salah seorang dari kalian menjawab Allahu Akbar, Allahu Akbar dst...sampai
tatkala muadzin mengucapkan, Laa ilaahaa illallah maka dia menjawab, Laa ilaaha
illallahu dengan setulus hatinya, maka ia akan masuk surga.”[HR. Muslim]
Panggilan
adzan itu bukanlah panggilan biasa karena itu setanpun lari mendengarnya. Diriwayatkan
dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda :
إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ أَدْبَرَ
الشَّيْطَانُ وَلَهُ ضُرَاطٌ حَتَّى لَا يَسْمَعَ التَّأْذِينَ فَإِذَا قَضَى
النِّدَاءَ أَقْبَلَ
Jika
adzan dikumandangkan maka setan lari berpaling sambil terkentut-kentut dengan
keras sehingga ia tidak mendengar adzan. Dan jika seruan adzan selesai, dia datang
lagi. [HR Bukhari]
Sebagai
sebuah panggilan untuk menunaikan sholat, Adzan disunnahkan untuk dikumandangkan
dengan keras, hal ini berbeda dengan adzan untuk bayi yang dibaca secara pelan[Lihat
I’anatut Thalibin]. Di zaman Rasul, Adzan dikumandangkan dari tempat yang
tinggi. Ummu Zaid bin Tsabit berkata :
كان بيتي أطول بيت حول المسجد فكان بلال يؤذن
فوقه من أول ما أذن إلى أن بنى رسول الله صلى الله عليه وسلم مسجده فكان يؤذن بعدُ
على ظهر المسجد وقد رفع له شيء فوق ظهره
Rumahku
adalah rumah paling tinggi yang berada di sekitar masjid (Nabawi), maka Bilal
mengumandangkan adzan dari atas rumahku dari masa permulaan adzan sampai Rasul
SAW membangun masjidnya. Barulah setelah itu, Bilal adzan dari atas dataran tinggi
dari masjid yang mana disitu ditinggikan. [Thabaqat/Tafsir Haqqi]
Ada
sebuah perbincangan menarik antara muslim dan non muslim mengenai adzan dengan
suara keras. Non muslim (NM) bertanya : “Kenapa kalau adzan harus dibunyikan
keras-keras dengan speaker pula?”. Muslim (Ms) : “Bro, adzan itu adalah panggilan sholat,
pasti dong namanya panggilan tidak mungkin dengan cara yang sama seperti
berbicara atau berbisik-bisik”. NM : “Tapi kan di orang-orang sekitar tidak
semuanya muslim?”. Ms: “Benar. Bro, kita sekarang sedang ada di bandara, dengar
kan announcement bandara selalu memberikan panggilan boarding? Apakah kamu juga
mempertanyakan ke mereka mengapa melakukan panggilan boarding pesawat yang lain
keras-keras padahal bukan panggilan pesawatmu?”. NM : “Tapi kan hari gini semua
orang sudah tahu dengan teknologi jam berapa waktu sholat apa, apa masih harus
adzan keras-keras?”. Ms: “Ya setiap penumpang juga kan sudah tau jadwal
penerbangannya sejak pesan dan memegang tiket, kemudian check-in, sudah
tercetak jadwal keberangkatannya di boarding pass, sudah masuk ruang tunggu,
tapi tetap bandara melakukan panggilan boarding bukan? Dan ada satu hal lagi
mengapa adzan harus dikumandangkan, itu bukan hanya sebagai penanda sudah masuk
waktu sholat tapi benar-benar panggilan sholat, karena kami harus menyegerakan
sholat. Sama halnya semua penumpang harus menyegerakan masuk pesawat setelah
panggilan boarding, walaupun masih ada waktu naik pesawat sampai pesawat tutup
pintu”. Mendengar jawaban ini NM tersenyum lebar dan setengah memeluk sambil
menepuk-nepuk bahu Ms dan NM berkata : “Super, I got it bro“ [swamedium com]
Selanjutnya,
marilah kita introspeksi diri kita sendiri jangan-jangan kita juga melecehkan
adzan karena bermalas-malasan mendatangi panggilan adzan bahkan cuek dan
pura-pura tidak mendengarnya. Kita sangat perhatian kepada panggilan di bandara
karena tidak rela ketinggalan Pesawat Sementera tidak menghiraukan adzan
sehingga ketinggalan sholat. Astagfirullah. Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari
membuka hati kita untuk lebih semangat dan istiqamah menjawab dan mendatangi
panggilan Allah untuk sholat lima waktu.
Salam
Satu Hadits,
DR.H.Fathul
Bari. SS., M.Ag
Pondok
Pesantren Wisata
AN-NUR
2 Malang Jawa Timur Indonesia
Artikel
di atas bisa anda dapatkan versi bukunya dalam
BUKU
ONE DAY ONE HADITH
sistem
SPAA (Singkat, Padat, Akurat). SINGKAT karena
Didesain sekali duduk bisa selesai baca satu judul ::PADAT karena Tidak bertele-tele :: AKURAT karena disertai
referensinya dan AKTUAL karena membahas fenomena yang sedang terjadi.
ONE
DAY#1 *INDAHNYA HIDUP BERSAMA RASUL SAW* ISBN : 9786027404434
ONE
DAY#2 *MOTIVASI BAHAGIA DARI RASUL SAW* ISBN : 9786026037909
ONE
DAY#3 *TAMAN INDAH MUSTHAFA SAW* ISBN : 9786026037923
(Pre
Order) ONE DAY#4 *TAFAKKUR ZAMAN NOW*, ISBN: 978-602-60379-5-4
Bisa
dapat harga promo dan kirim via tiki/JNE silahkan hub. Ust. Muadz 08121674-2626
Umrah
Ramadhan 13 Hari bersama Pesantren Wisata An-Nur 2, Tanggal : 17 Mei 2018 Seat
terbatas. SMS. 08121-686-1111
0 komentar:
Post a Comment