ONE
DAY ONE HADITH
Diriwayatkan
dari Anas RA, Rasulullah SAW bersabda :
إِنَّ اللَّهَ قَالَ إِذَا ابْتَلَيْتُ عَبْدِى
بِحَبِيبَتَيْهِ فَصَبَرَ عَوَّضْتُهُ مِنْهُمَا الْجَنَّةَ
“Sesungguhnya
Allah berfirman, “Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan dua kekasihnya (kedua
matanya), kemudian ia bersabar, niscaya Aku menggantikannya dengan surga.” [HR
Bukhari]
Catatan
Alvers
Mata adalah anggota tubuh yang amat dicintai
sehingga dalam hadits utama disebut sebagai “habibataihi” (dua perkara yang
dicintai) dan dalam hadits riwayat Ahmad disebut “karimataihi” (dua perkara
yang mulia lagi berharga). Hal itu dikarenakan mata merupakan salah satu organ
vital atau penting dalam tubuh kita. Bagaimana tidak, Keindahan dunia dengan
warna warni dan berbagai bentuknya dapat dinikmati dengan mata. Bayangkan jika
kita tidak punya mata! Betapa beratnya kehidupan kita karena tidak bisa
menikmati semua itu. Dan bayangkan pula betapa bahagianya tatkala seorang tuna
netra bisa melihat keindahan dunia ini.
Ada
sebuah kisah di sebuah kereta api terdapat seorang pemuda memandang keluar
jendela kereta, lalu berkata dengan suara nyaring pada Ayahnya. “Ayah! Itu
pohon. Ayah! Ada awan. Ayah! Lihat itu sungai-sungai dst.” Rupanya suara
berisik itu mengganggu penumpang yang berada tepat didepannya sehingga dengan
gusar berkata kepada ayah dari pemuda tersebut : “Kenapa Bapak tidak membawa putra Bapak ke
Rumah sakit?”. Sang Ayah tersenyum, lalu berkata “ Mohon maaf atas perbuatan
anak saya, sebenarnya kami baru saja pulang dari rumah sakit. Anak saya
(pemuda) ini sebelumnya buta sejak kecil, dan hari ini ia baru mendapatkan
penglihatannya.”
Sungguh
Betapa besar nikmat kedua mata, karena nikmat pandangan itu lebih besar dari
ibadah 500 tahun sebagaimana riwayat seorang hamba yang beribadah di atas
puncak gunung dan tidak pernah bermaksiat. Ia tidak mau dimasukkan ke surga
dengan rahmat Allah. Dengan keadilan Allah, maka ditimbanglah semua nikmat yang
telah ia terima di dunia dengan dimulai nikmat pandangan mata. Rasul SAW
melanjutkan sabdanya:
فتوجد نعمة البصر قد أحاطت بعبادة
خمس مائة سنة وبقيت نعمة الجسد فضلا عليه
Maka
ditemukanlah bahwa nikmat pandangan mata telah membandingi ibadah selama 500
tahun padahal nikmat jasad (anggota tubuh yang lain) belum dihitung. [HR Hakim]
Mata
tidak hanya berfungsi sebagai alat penglihatan saja, namun memiliki beberapa fungsi yang lain seperti
menjadi sumber pembelajaran. Bukankah sebagian besar ilmu kita bersumber dari
pengamatan mata?. Mata juga berfungsi sebagai isyarat; iya apa tidak dan isyarat
lainnya. Lebih dari itu, mata juga berfungsi sebagai sumber keindahan dimana
gerakan mata yang indah dikiaskan dengan bola pimpong dan “damar kanginan” (bhs
jawa; lentera yang terkena angin). Dari sisi keindahan ini, mata kemudian mengekpresikan
kecantikan bidadari yang disebut dalam bahasa arab sebagai “Hurin in” (bidadari-bidari
yang bermata lebar) [Umar Bin Sulaiman Al-Asyqar, Al-Jannah Wan Nar]
Dari
banyaknya fungsi mata, maka seseorang yang tuna netra akan kehilangan banyak
nikmat dalam hidupnya sehingga sungguh luar biasa jika ia bisa bersabar dan
ternyata balasannya pun luar biasa, yaitu surga. Dan itu artinya sama nilainya
dengan seluruh kenikmatan dunia bahkan diisyaratkan oleh Nabi SAW :
وَمَوْضِعُ سَوْطِ أَحَدِكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ
خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا عَلَيْهَا
“Satu tempat di surga (selebar) tempat tongkat saja
itu lebih baik dari dunia dan segala isinya.” [HR. Bukhari]
Boleh
jadi karena hal inilah yang membuat Sa’ad bin Abi Waqqash bersabar atas
kebutaan yang menimpanya padahal ia terkenal memiliki doa yang mustajabah. Abdullah
bin as-Saib berkata, 'Wahai pamanku, engkau telah banyak mendoakan untuk
kesembuhan orang lain, kenapa engkau tidak berdoa untuk dirimu sendiri sehingga
Allah menyembuhkanmu dari kebutaan?' Sa’ad tersenyum sambil berkata,
يا بني قضاء الله خير من بصري
“Wahai anakku, ketahuilah bahwa (kebutaan yang
merupakan) takdir Allah yang menimpa diriku jauh lebih baik daripada masalah
penglihatanku. [Madarijus Salikin]
Maka mata yang buta bukanlah suatu
kesalahan apalagi dosa sebagaimana disalah tafsirkan dari Firman Allah SWT :
وَمَنْ كَانَ
فِي هَذِهِ أَعْمَى فَهُوَ فِي الْآخِرَةِ أَعْمَى وَأَضَلُّ سَبِيلًا
Dan barangsiapa yang buta di dunia ini,
niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta dan lebih tersesat dari jalan
(yang benar). [QS Al-Isra’ : 72]
Ibnu Abbas RA menafsirkan kata A’ma (orang
yang buta) tersebut dengan buta dari hujjah Allah dan ayat-ayat yang menjadi
tanda kebesaran Allah SWT. [Tafsir Ibnu Katsir] sehingga Ayat tersebut perlu di
takwil dari makna asalnya yaitu buta mata kepala menjadi buta mata hati. Wallahu
A’lam. Semoga Allah Al-Bari memberi kesabaran bagi
para tuna netra dan memberi kita rasa syukur atas nikmat kedua mata dan tidak
memandang sebelah mata kepada mereka yang sedang diuji dengan kedua kekasihnya.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari,SS., M.Ag
Kajian Hadits
ONE DAY ONE HADITH
GROUP WA ALVERS
Sistem SPA+
✔️S Singkat
✔️P Padat
✔️A Akurat
✔️A Aktual
SEGERA MILIKI BUKUNYA
Pemesanan Hub.
CP. Ust. Muadz
0812-1674-2626
Bisa kirim ke seluruh indonesia
Ayo Mondok di
*Pesantren Wisata*
AN-NUR AL-MURTADLO Malang Jatim
Pesantren yang mengajarkan KITAB
KUNING dengan metode quantum learning,
✔️1 tahun dapat baca kitab (usia SMP)
✔️hafal fathul qarib
✔️tersedia kelas tahfidz
✔️Sekolah tinggi ilmu kitab kuning
✔️Sekolah formal di dalam pondok (MI-SMP-SMA)
dengan LOKASI yang didesain
dengan nuansa yang asri dan dilengkapi beberapa wahana layaknya wisata seperti
✔️Flying fox,
✔️rumah pohon,
✔️terapi ikan,
✔️mini zoo
✔️replika baytur rosul
✔️monumen cincin rasul
✔️dll .
Info
0341-833235
annur2 net
0 komentar:
Post a Comment