ONE
DAY ONE HADITH
Diriwayatkan
dari Abdullah Ibnu Mas’ud RA, Rasul SAW bersabda :
وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ
يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَمَا
يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ
اللَّهِ كَذَّابًا
Dan
jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta mengantarkan seseorang kepada
kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang
senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allah
sebagai pendusta. [HR Muslim]
Catatan
Alvers
Ada
sebuah kisah menarik saya temukan dalam buku “Al-Arabiyyah Lin Nasyi’in” dengan
judul “Ar-Ra’i Wad Di’b wa Ahlul Qaryah” (Anak gembala, Serigala dan orang-orang
kampung). Seorang anak gembala menggembalakan domba milik tuannya di dekat
hutan yang tidak jauh dari kampungnya. Tak jarang ia merasa bosan dan bete sehingga
tampak bermain-main dengan anjingnya dan memainkan serulingnya untuk mengusir
rasa bosannya.
Suatu
hari ketika terlintas di benaknya untuk mengusir rasa bosan itu dengan perbuatan
iseng. Iapun naik ke atas pohon lalu berteriak dengan keras "Serigala,
serigala!" Seperti yang dia duga, orang-orang kampung segera berlari ke
arah hutan dengan membawa berbagai macam senjata untuk mengusir srigala namun
sesampainya di sana orang-orang kampung tidak menemukan srigala dan kesalnya anak
gembala itu tertawa terbahak-bahak sambil berkata “kalian tertipu, aku bohong
tadi”. Orang-orang kampung lalu meninggalkan hutan dengan perasaan kesal karena
dikerjai penggembala tadi namun seiring berlalunya waktu merekapun melupakan
kejadian tersebut.
Beberapa
hari kemudian, anak gembala itu kembali berteriak, "Serigala!
serigala!", dan kembali orang-orang kampung berlarian datang untuk
menolongnya, namun lagi-lagi mereka menemukan anak gembala itu tertawa
terbahak-bahak. Dan di lain waktu di siang hari yang terik, anak gembala itu
kembali berteriak, "Serigala! serigala!", namun kali ini orang-orang
kampung tidak ada yang pergi ke hutan karena meyakini bahwa penggembala itu
adalah anak yang suka bohong dan mempermainkan mereka.
Pada
sore harinya, orang-orang kampung tidak melihat si penggembala pulang ke kampungnya
dan akhirnya merekapun memutuskan untuk mencarinya ke hutan. Betapa kagetnya, mereka
menemukan pakaian si penggembala dalam keadaan sobek-sobek dan berlumuran darah.
Ternyata hari itu serigala benar-benar datang dan menerkam si penggembala serta
memangsa beberapa kambingnya.
Itulah
sad ending dari cerita si anak penggembala pembohong yang terkena batunya. Ia
tertimpa kesialan karena kebohongannya yang biasa dilakukannya. Seseorang yang
berdusta lalu sering mengulanginya maka akan di cap sebagai pendusta tidak
hanya oleh orang lain namun juga menurut Allah SWT sebagai mana hadits utama di
atas. Orang bijak mengatakan “Pembohong tidak bisa dipercaya walaupun ia berkata
benar”.
Masih
segar di benak kita, kebohongan dipertontonkan layaknya sinetron dengan
melibatkan para pembesar negeri ini. Rakyatpun dibuat bingung, apakah
kebohongan itu terjadi tidak sengaja atau direkayasa. Wallahu A’lam, Kita harus
husnudzon terhadap apapun yang terjadi di sekitar kita.
Bohong
itu akan merugikan orang lain baik berupa moril maupun materiel. Bohong tidak
hanya merupakan dosa menurut pandangan agama namun juga menurut pandangan negara.
Bahkan di awal negara kita merdeka di era bung karno, UU telah disusun untuk
menjerat pelaku kebohongan yang menimbulkan keonaran seperti apa yang terjadi
baru-baru ini. UU Tersebut adalah Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang
Hukum Pidana. Pasal 14 Undang-undang a quo menegaskan: ayat 1 “Barang siapa,
dengan menyiarkan berita atau pemberitahuan bohong, dengan sengaja menerbitkan
keonaran dikalangan rakyat, dihukum dengan hukuman penjara setinggitingginya
sepuluh tahun; ayat 2 “Barang siapa menyiarkan suatu berita atau mengeluarkan
pemberitahuan, yang dapat menerbitkan keonaran dikalangan rakyat, sedangkan ia
patut dapat menyangka bahwa berita atau pemberitahuan itu adalah bohong,
dihukum dengan penjara setinggi-tingginya tiga tahun.”[negarahukum com] Wallahu
A’lam. Semoga Allah Al-Bari meneguhkan hati kita untuk senantiasa mampu berkata
jujur dan menjauhi bohong dalam kondisi apapun.
Salam
Satu Hadits,
Dr.
H. Fathul Bari Alvers
NB.
Hak
Cipta berupa Karya Ilmiyah ini dilindungi oleh Allah SWT. Mengubah dan
menjiplaknya akan terkena hisab di akhirat kelak. *Silahkan Share tanpa
mengedit artikel ini*. Sesungguhnya orang yang copas perkataan orang lain
tanpa menisbatkan kepadanya maka ia adalah seorang pencuri atau peng-ghosob dan
keduanya adalah tercela [Imam Abdullah Alhaddad]
Pondok
Pesantren Wisata
AN-NUR
2 Malang Jatim
Sarana
Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani
Ayo
Mondok! Nggak Mondok Nggak Keren!
0 komentar:
Post a Comment