ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Mughirah RA, Rasulullah SAW
bersabda:
إِنَّ
كَذِباً عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ فَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّداً
فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
Sesungguhnya berdusta atas (nama)ku tidaklah
sama seperti berdusta atas nama orang lain. Barangsiapa berdusta atas (nama)ku
dengan sengaja, maka hendak-lah ia mengambil tempat duduknya dari Neraka. [HR.
Al-Bukhari]
Catatan Alvers
Di tengah derasnya arus informasi yang setiap hari bahkan setiap menit dan
detik membanjiri Media sosial (medsos), mulai dari WA, FB, Twitter dll dengan
info yang beragam, ada yang berupa peristiwa terkini yang lebih cepat dari pada
berita koran bahkan liputan media TV, ada yang berupa politik bahkan urusan
agama.
Diantaranya, jamak kita temukan informasi
yang tidak benar alias hoax dan anehnya tak jarang pula di antara kita ada yang
turut nge-share hoax tersebut tanpa sadar. Maka ingatlah bahwa kita diwajibkan
untuk tabayyun terlebih dahulu sebelum share. Allah SWT berfirman :
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا
قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Wahai orang- orang yang beriman, jika ada
seorang faasiq datang kepada kalian dengan membawa suatu berita penting, maka
tabayyunlah (telitilah dulu), agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya
pada suatu kaum atas dasar kebodohan, kemudian akhirnya kalian menjadi menyesal
atas perlakuan kalian. [QS al-Hujurat : 6].
Salah satu sarana tabayyun adalah kita
bertanya kepada pihak yang mengetahui benar tidaknya informasi tersebut.
فَاسْأَلُوا
أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“…
maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kalian tidak
mengetahui.” [QS an-Nahl: 43]
Beredarnya info hoax juga terjadi pada urusan
agama dan ini lebih rentan terjadi karena ada motivasi dengan menyebarkannya
akan mendapatkan kebaikan bahkan pahala. Satu contoh yang sering kita temui
adalah hadits awal bulan dan keutamaan memberi tahu kepada orang lain. Hadits
itu berbunyi :
مَن يبارك
الـناس بهذا الشهر الفضيل ... تحرم عليه النار
Barang siapa yang memberitahukan datangnya
bulan (muharram/shofar/dst) kepada yang lain, maka haram api neraka
baginya". [Tanpa disertai sumber haditsnya]
Hadits semacam ini dinilai hadits palsu oleh
Asy-Syaukani[Al-Fawaid Al-Majmu’ah] dan membuat hadits palsu semacam ini masuk
dalam ancaman “Barangsiapa berdusta atas (nama)ku dengan sengaja, maka
hendak-lah ia mengambil tempat duduknya dari Neraka”. [HR. Al-Bukhari]
Ajjaj Al-Khatib berkata ; Sebagaimana Ulama
sepakat akan haramnya membuat hadits palsu, mereka juga sepakat akan haramnya
meriwayatkan (Share) hadits palsu tersebut tanpa disertai dengan penjelasan
status kepalsuannya. Mereka melarang meriwayatkannya dengan tujuan cerita,
motivasi atau lainnya [Ushul al-Hadits] sebab Rasul SAW bersabda :
مَنْ حَدَّثَ عَنِّي بِحَدِيثٍ يرَى أَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ
أَحَدُ الْكَاذِبَيْنِ
Barang siapa yang meriwayatkan hadits dariku
yang diketahuinya bahwa hadits itu bohong (palsu) maka ia termasuk salah
seorang dari dua pendusta (1. Pembuatnya, 2.Penyebarnya).[HR Muslim]
Lebih lanjut Ajjaj Al-Khatib menjelaskan
diantara pembuat hadits palsu adalah sebagian Shalihin dan Zuhhad namun jahil
dalam urusan agama. Mereka ingin memalingkan manusia dari urusan dunia dengan
membuat hadits-hadits palsu. Tatkala mereka diingatkan maka mereka berkelit
dengan jawaban :
نَحْنُ مَا كَذَبْنَا
عَلَيْهِ إِنَّمَا كَذَبْنَا لَهُ
Kami tidak berdusta dengan dusta yang
merugikan Rasul SAW namun kami Kami berdusta dengan dusta yang mendatangkan
manfaat. [Ushul al-Hadits]
Maysarah Ibn ‘Abd Rabbih al-Farisi ketika
ditanya darimana sumber hadits yang ia ceritakan ia berkata :
وَضَعْتُهَا
أُرَغِّبُ النَّاسَ فِيْهَا
Aku membuat (sendiri) hadits tersebut untuk
memotifasi masyarakat agar gemar membaca (surat al-Qur’an yang dijelaskan
keutamaannya berdasarkan Hadith buatannya) [al-Atsar al-Marfu'at fi al-Akhbar
al-Mawdhu’at]
Ada juga hadits palsu dibuat oleh penceramah
yang ingin mendapat perhatian banyak orang. Suatu ketika Imam Ahmad ibn Hanbal
(164-241) dan Yahya ibn Ma'in (158-233) menunaikan sholat di masjid al-Rashafah
Baghdad. Begitu selesai sholat ada seorang penceramah berdiri dan mulai
bercerita: Aku memperoleh Hadits ini dari Ahmad ibn Hanbal dan Yahya ibn Ma'in
keduanya berkata kami memperoleh Hadith dari ‘Abd al-Razaq, dari Ma'mar dari
Qatadah dari Anas. Ia berkata: Rasul bersabda demikian dan demikian.
Mendengar hadits aneh tadi maka Ahmad ibn
Hanbal dan Yahya ibn Ma'in saling pandang keheranan karena keduanya tidak
merasa pernah meriwayatkan hadith demikian tersebut. Yahya pun segera
menghampiri penceramah seraya bertanya: Siapa yang memberimu Hadits ini? karena
penceramah belum mengenal keduanya maka ia berkata dengan tanpa beban: “Ahmad
ibn Hanbal dan Yahya ibn Ma'in”. Lalu Yahya menegaskan : Aku ini Yahya ibn
Ma'in dan ini adalah Ahmad ibn Hanbal, Kami tidak pernah meriwayatkan hadits
tersebut. Penceramah tadi justru berkata :
لم أزل أسمع
أن يحيى بن معين أحمق ما تحققته إلا الساعة
Aku senantiasa mendengar bahwa Yahya ibn
Ma'in itu orang yang bodoh dan barusan saja aku membuktikannya sendiri.
Seakan-akan didunia ini tidak ada Yahya ibn
Ma'in dan Ahmad ibn Hanbal selain kalian berdua. Sungguh aku telah mencatat
Hadits dari tujuh belas orang yang bernama Ahmad ibn Hanbal dan Yahya ibn
Ma'in. [Ushul al-Hadits]
Uraian ini semoga menjadikan kita lebih selektif
dalam nge-share info apapun utamanya hadits Rasul SAW. Namun supaya tidak salah
paham, bedakanlah hadits palsu (mawdhu’) dan hadits lemah (Dho’if) karena
keduanya berbeda. Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari menjauhkan diri kita dari
dusta dan menyebarkannya terlebih yang berkenaan dengan kedustaan atas nama
Rasul SAW.
Salam Satu Hadits,
Dr. H. Fathul Bari Alvers
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Sarana Santri ber-Wisata Rohani Wisata
Jasmani
Ayo Mondok! Nggak Mondok Nggak Keren!
NB.
Hak Cipta berupa Karya Ilmiyah ini dilindungi
oleh Allah SWT. Pelanggaran terhadap hak cipta akan terkena hisab di akhirat
kelak. *Demi menjaga keotentikan, Silahkan Share tanpa mengubah isi artikel
ini*. Sesungguhnya orang yang copas perkataan orang lain tanpa menisbatkan kepadanya maka ia
adalah seorang pencuri atau peng-ghosob dan keduanya adalah tercela [Imam
Abdullah Alhaddad]
0 komentar:
Post a Comment