Friday, October 12, 2018

SHARE HADITS HOAX



ONE DAY ONE HADITH

Diriwayatkan dari Mughirah RA, Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ كَذِباً عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ فَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّداً فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
Sesungguhnya berdusta atas (nama)ku tidaklah sama seperti berdusta atas nama orang lain. Barangsiapa berdusta atas (nama)ku dengan sengaja, maka hendak-lah ia mengambil tempat duduknya dari Neraka. [HR. Al-Bukhari]

Catatan Alvers

Di tengah derasnya arus informasi  yang setiap hari bahkan setiap menit dan detik membanjiri Media sosial (medsos), mulai dari WA, FB, Twitter dll dengan info yang beragam, ada yang berupa peristiwa terkini yang lebih cepat dari pada berita koran bahkan liputan media TV, ada yang berupa politik bahkan urusan agama.


Diantaranya, jamak kita temukan informasi yang tidak benar alias hoax dan anehnya tak jarang pula di antara kita ada yang turut nge-share hoax tersebut tanpa sadar. Maka ingatlah bahwa kita diwajibkan untuk tabayyun terlebih dahulu sebelum share. Allah SWT berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Wahai orang- orang yang beriman, jika ada seorang faasiq datang kepada kalian dengan membawa suatu berita penting, maka tabayyunlah (telitilah dulu), agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar kebodohan, kemudian akhirnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan kalian. [QS al-Hujurat : 6].

Salah satu sarana tabayyun adalah kita bertanya kepada pihak yang mengetahui benar tidaknya informasi tersebut.
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“… maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kalian tidak mengetahui.” [QS an-Nahl: 43]

Beredarnya info hoax juga terjadi pada urusan agama dan ini lebih rentan terjadi karena ada motivasi dengan menyebarkannya akan mendapatkan kebaikan bahkan pahala. Satu contoh yang sering kita temui adalah hadits awal bulan dan keutamaan memberi tahu kepada orang lain. Hadits itu berbunyi :
 مَن يبارك الـناس بهذا الشهر الفضيل ... تحرم عليه النار
Barang siapa yang memberitahukan datangnya bulan (muharram/shofar/dst) kepada yang lain, maka haram api neraka baginya". [Tanpa disertai sumber haditsnya]
Hadits semacam ini dinilai hadits palsu oleh Asy-Syaukani[Al-Fawaid Al-Majmu’ah] dan membuat hadits palsu semacam ini masuk dalam ancaman “Barangsiapa berdusta atas (nama)ku dengan sengaja, maka hendak-lah ia mengambil tempat duduknya dari Neraka”. [HR. Al-Bukhari]

Ajjaj Al-Khatib berkata ; Sebagaimana Ulama sepakat akan haramnya membuat hadits palsu, mereka juga sepakat akan haramnya meriwayatkan (Share) hadits palsu tersebut tanpa disertai dengan penjelasan status kepalsuannya. Mereka melarang meriwayatkannya dengan tujuan cerita, motivasi atau lainnya [Ushul al-Hadits] sebab Rasul SAW bersabda :
مَنْ حَدَّثَ عَنِّي بِحَدِيثٍ يرَى أَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبَيْنِ
Barang siapa yang meriwayatkan hadits dariku yang diketahuinya bahwa hadits itu bohong (palsu) maka ia termasuk salah seorang dari dua pendusta (1. Pembuatnya, 2.Penyebarnya).[HR Muslim]

Lebih lanjut Ajjaj Al-Khatib menjelaskan diantara pembuat hadits palsu adalah sebagian Shalihin dan Zuhhad namun jahil dalam urusan agama. Mereka ingin memalingkan manusia dari urusan dunia dengan membuat hadits-hadits palsu. Tatkala mereka diingatkan maka mereka berkelit dengan jawaban :
نَحْنُ مَا كَذَبْنَا عَلَيْهِ إِنَّمَا كَذَبْنَا لَهُ
Kami tidak berdusta dengan dusta yang merugikan Rasul SAW namun kami Kami berdusta dengan dusta yang mendatangkan manfaat. [Ushul al-Hadits]

Maysarah Ibn ‘Abd Rabbih al-Farisi ketika ditanya darimana sumber hadits yang ia ceritakan ia berkata :
وَضَعْتُهَا أُرَغِّبُ النَّاسَ فِيْهَا
Aku membuat (sendiri) hadits tersebut untuk memotifasi masyarakat agar gemar membaca (surat al-Qur’an yang dijelaskan keutamaannya berdasarkan Hadith buatannya) [al-Atsar al-Marfu'at fi al-Akhbar al-Mawdhu’at]

Ada juga hadits palsu dibuat oleh penceramah yang ingin mendapat perhatian banyak orang. Suatu ketika Imam Ahmad ibn Hanbal (164-241) dan Yahya ibn Ma'in (158-233) menunaikan sholat di masjid al-Rashafah Baghdad. Begitu selesai sholat ada seorang penceramah berdiri dan mulai bercerita: Aku memperoleh Hadits ini dari Ahmad ibn Hanbal dan Yahya ibn Ma'in keduanya berkata kami memperoleh Hadith dari ‘Abd al-Razaq, dari Ma'mar dari Qatadah dari Anas. Ia berkata: Rasul bersabda demikian dan demikian.

Mendengar hadits aneh tadi maka Ahmad ibn Hanbal dan Yahya ibn Ma'in saling pandang keheranan karena keduanya tidak merasa pernah meriwayatkan hadith demikian tersebut. Yahya pun segera menghampiri penceramah seraya bertanya: Siapa yang memberimu Hadits ini? karena penceramah belum mengenal keduanya maka ia berkata dengan tanpa beban: “Ahmad ibn Hanbal dan Yahya ibn Ma'in”. Lalu Yahya menegaskan : Aku ini Yahya ibn Ma'in dan ini adalah Ahmad ibn Hanbal, Kami tidak pernah meriwayatkan hadits tersebut. Penceramah tadi justru berkata :
لم أزل أسمع أن يحيى بن معين أحمق ما تحققته إلا الساعة
Aku senantiasa mendengar bahwa Yahya ibn Ma'in itu orang yang bodoh dan barusan saja aku membuktikannya sendiri.
Seakan-akan didunia ini tidak ada Yahya ibn Ma'in dan Ahmad ibn Hanbal selain kalian berdua. Sungguh aku telah mencatat Hadits dari tujuh belas orang yang bernama Ahmad ibn Hanbal dan Yahya ibn Ma'in. [Ushul al-Hadits]

Uraian ini semoga menjadikan kita lebih selektif dalam nge-share info apapun utamanya hadits Rasul SAW. Namun supaya tidak salah paham, bedakanlah hadits palsu (mawdhu’) dan hadits lemah (Dho’if) karena keduanya berbeda. Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari menjauhkan diri kita dari dusta dan menyebarkannya terlebih yang berkenaan dengan kedustaan atas nama Rasul SAW.

Salam Satu Hadits,
Dr. H. Fathul Bari Alvers

Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Sarana Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani
Ayo Mondok! Nggak Mondok Nggak Keren!

NB.
Hak Cipta berupa Karya Ilmiyah ini dilindungi oleh Allah SWT. Pelanggaran terhadap hak cipta akan terkena hisab di akhirat kelak. *Demi menjaga keotentikan, Silahkan Share tanpa mengubah isi artikel ini*. Sesungguhnya orang yang copas perkataan orang  lain tanpa menisbatkan kepadanya maka ia adalah seorang pencuri atau peng-ghosob dan keduanya adalah tercela [Imam Abdullah Alhaddad]

0 komentar:

Post a Comment