ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah
RA, Rasul SAW bersabda :
السِّوَاكُ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ
(Ber) Siwak itu dapat membersihkan mulut dan mendatangkan ridla Tuhan,
Allah SWT [HR Bukhari]
Catatan Alvers
Bagaimana perasaan anda jika anda
bertemu dengan seseorang yang tidak pernah menggosok giginya dalam jangka waktu
yang lama. Anda melihat giginya yang kotor ketika ia berbicara, bahkan anda
juga mencium aroma tidak sedap dari mulutnya ketika berbisik pada anda.
Bagaimana perasaan anda? Jijik bukan? Itulah mengapa menggosok gigi bisa
mendatangkan ridla Allah Swt sebagaimana hadits di atas.
Al-Karmani berkata : Bersiwak
(menggosok gigi) adalah mukaddimah (persiapan) untuk sholat sedangkan sholat
sendiri adalah munajat (berbisik) kepada Allah dan pastinya orang yang wangi
baunya akan disenangi Shahibul Munajat. [Syarah Sunan An-Nasa’i]
Demikianlah naluri manusia, senang
akan kebersihan karena penciptanya, Allah juga demikian, senang akan kebersihan.
Rasul SAW bersabda :
إِنَّ
اللَّهَ تَعَالى طَيِّبٌ يُحِبُّ الطَّيِّبَ نَظِيفٌ يُحِبُّ النَّظَافَةَ
Sesungguhnya Allah swt Itu baik,
Dia menyukai kebaikan. Allah itu
bersih, Dia juga menyukai
kebersihan. [HR Tirmizi]
Dengan demikian, Kata “Siwak” yang
mendatangkan ridlo Allah SWt dalam hadits utama diatas lebih relevan diartikan
sebagai (ber)siwak atau aktifitas menggosok gigi, bukan kayu siwaknya itu
sendiri. [Syarah Sunan An-Nasa’i]
Rasul SAW sangat menggalakkan
kebersihan mulut sebagai alat untuk munajat (berbisik) kepada Allah SWT. Beliau
bersabda :
لَوْلَا
أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي (أَوْ عَلَى النَّاسِ) لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ
مَعَ كُلِّ صَلَاةٍ
Seandainya tidak memberatkan atas
umatku (atau; atas manusia), sungguh aku akan memerintahkan mereka untuk
bersiwak setiap hendak melaksanakan shalat.” (HR. Al-Bukhari).
Pada zaman Nabi SAW, belum ada
sikat gigi dan pasta gigi seperti lazimnya yang kita gunakan untuk gosok gigi. Maka
saat itu aktifitas menggosok gigi menggunakan alat seadanya yang bisa digunakan
untuk membersihkan gigi dan mulut.
Siwak secara etimologi berarti “dalaka”
(menggosok) dan alat untuk menggosok. Secara etimologi Syar’I, Siwak
didefinisikan sebagai aktifitas menggunakan kayu dari “arok” atau semisalnya
seperti kayu “usynan” pada gigi dan sekitarnya untuk menghilangkan bau (tidak
sedap) dan lainnya. [Al-Iqna]
Dalam Kitab
Al-Majmu’ disebutkan “Disunnahkan untuk tidak bersiwak dengan menggunakan kayu
basah yang tidak bisa mengangkat (kotoran) dan kayu kering yang bisa melukai
gusi,
(ataupun email gigi), akan
tetapi pakailah kayu di antara keduanya, dan dengan apa saja yang bisa
menghilangkan warna kuning dan bau gigi seperti sobekan kain kasar dan
selainnya bisa mencukupi karena sesuai dengan tujuan bersiwak.”[Syarah
Muhadzdzab]
Singkat kata, Alat siwak itu
tidak harus berupa kayu jenis tertentu (“Arok”) sebagaimana disalahpahami sebagian orang, namun siwak itu bisa
dilakukan dengan alat yang (1).Bisa membersihkan
kotoran pada gigi (2).Menghilangkan bau mulut dan (3).tidak membahayakan
seperti dapat melukai gusi atau lainnya. Sehingga dengan demikian Aktifitas
kita sehari-hari menggosok gigi dengan sikat gigi dan odol juga bisa disebut
sebagai bersiwak dan mendapatkan pahala bersiwak dengan diniatkan sebagai kesunnahan.
Namun demikian, kayu Arok (Salvadora
persica) yang dikenal sebagai alat pembersih mulut yang berasal dari Arab kuno ini
janganlah ditinggalkan sebab menurut beberapa penelitian, siwak (kayu Arok) memiliki
kandungan antibakteri yang berfungsi untuk membunuh bakteri yang menyebabkan
bau mulut (halitosis). Dan dalam
penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
ternyata menyimpulkan bahwa terjadi penurunan parameter halitosis (bakteri yang
menyebabkan bau mulut ) sesudah penggunaan siwak pada objek penelitian di salah satu pesantren di Jakarta.
[researchgate net]
Jika gigi bersih, gusi sehat, nafas
segar maka tentunya akan senang orang disekeliling kita untuk bergaul dan
bercengkarama dengan kita. Demikian pula malaikat senang melihat orang yang
demikian. Rasul SAW bersabda :
إِنَّ
الْعَبْدَ إِذَا تَسَوَّكَ ، ثُمَّ قَامَ يُصَلِّي قَامَ الْمَلَكُ خَلْفَهُ ،
فَتَسَمَّعَ لِقِرَاءَتِهِ فَيَدْنُو مِنْهُ أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا حَتَّى
يَضَعَ فَاهُ عَلَى فِيهِ فَمَا يَخْرُجُ مِنْ فِيهِ شَيْءٌ مِنَ الْقُرْآنِ ،
إِلاَّ صَارَ فِي جَوْفِ الْمَلَكِ ، فَطَهِّرُوا أَفْوَاهَكُمْ لِلْقُرْآنِ
“Sesungguhnya jika seorang hamba
bersiwak, kemudian melakukan shalat, maka ada seorang malaikat yang berdiri di
belakangnya untuk mendengarkan bacaannya. Malaikat itu akan mendekat kepadanya
hingga meletakkan mulutnya (berhadapan tepat) pada mulut orang tersebut. Sehingga
tidaklah keluar dari mulut orang tersebut berupa bacaan al-Qur‘an kecuali akan langsung
masuk ke dalam perut malaikat, maka bersihkanlah mulut kalian bila hendak
membaca al-Qur‘an.” [HR Ibnul Mubarak dalam Kanzul Ummal]
Jika orang yang sholat nafasnya
segar disukai Allah dan para malaikat maka wajarlah sholat yang demikian akan
berpahala lebih besar. Nabi SAW bersabda :
رَكْعَتَانِ
بِسِوَاكٍ خَيْرٌ مِنْ سَبْعِيْنَ رَكْعَةً بِغَيْرِ سِوَاك
Dua rakaat yang dilakukan dengan bersiwak
(membersihkan gigi terlebih dahulu) lebih baik dari 70 rakaat tanpa siwak. [HR Daruqutni]
Tidak hanya ketika hendak berwudlu,
shalat dan membaca Qur’an, Siwak sangat dianjurkan (muakkadah) ketika akan membaca
hadits, mempelajari Ilmu Syar’I (Fikih, Nahwu Sharaf dll), ketika Bau mulut
berubah atau warna gigi berubah sebab tidur atau makan makanan yang berbau
menyengat atau mengandung warna pekat, Bangun dari tidur (siang maupun malam
hari) maupun hendak tidur, Masuk masjid
atau rumah (sendiri atau bertamu), ketika sahur dan ketika menghadapi naza’
(kematian). [Fathul Mu’in]
Dan sebaiknya ketika hendak
bersiwak awali
dengan membaca doa. Tiada Lafadz doa tertentu
yang dicontohkan Nabi SAW dalam hal ini namun tidak mengapa
jika membaca doa berikut :
اَللَّهُمَّ
بَيِّضْ بِهِ أَسْنَانِيْ وَشُدَّ بِهِ لِثَّتِيْ وَثَبِّتْ بِهِ لَهَاتِي وَبَارِكْ
لِيْ فِيْهِ وَأَثِبْنِيْ عَلَيْهِ يَآ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Ya Allah putihkan gigiku dan
kuatkan gusiku, serta kuatkan lahatku (daging yang tumbuh di atas langit-langit
mulut) serta berikanlah keberkahan dan pahala bagiku karenanya wahai Dzat yang
maha pengasih diantara para pengasih.[Al-Majmu’] Wallahu A’lam.
Semoga Allah Al-Bari membuka hati kita agar selalu menjaga kebersihan diri terutama mulut dengan bersiwak pada saat yang dianjurkan.
Salam Satu Hadits,
Dr.
H. Fathul Bari Alvers
NB.
Hak
Cipta berupa Karya Ilmiyah ini dilindungi oleh Allah SWT. Mengubah dan menjiplaknya akan terkena hisab di akhirat
kelak. *Silahkan Share tanpa mengedit artikel ini*. Sesungguhnya orang yang
copas perkataan orang lain tanpa
menisbatkan kepadanya maka ia adalah seorang pencuri atau peng-ghosob dan
keduanya adalah tercela [Imam Abdullah Alhaddad]
Pondok
Pesantren Wisata
AN-NUR
2 Malang Jatim
Sarana
Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani
Ayo
Mondok! Mondok itu Keren!
0 komentar:
Post a Comment