Diriwayatkan
dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda :
إِنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُولُ
أَنَّى هَذَا فَيُقَالُ بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ
Sesungguhnya
seseorang akan diangkat derajatnya di surga, maka ia berkata,”Dari manakah
balasan ini?” Dikatakan,” sebab istighfar anakmu kepadamu”.[HR Ibnu Majah]
Catatan
Alvers
Memiliki
anak akan menjadikan seseorang bahagia dalam hidupnya karena anak merupakan
karunia Allah sekaligus menjadi perhiasan dunia. Allah SWT berfirman.
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ
أَمَلاً
Harta
dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal
lagi shalah adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik
menjadi harapan. [QS Al-Kahfi : 46].
Orang
yang menganggap anak sebagai perhiasan dunia tentu ia akan bangga dengan
banyaknya anak, Allah SWT berfirman :
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا
لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ
وَالْأَوْلَادِ
Ketahuilah
bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah diantara kamu serta berbangga-bangga
tentang banyaknya harta dan anak. [QS Al-Hadid : 20].
Orang
yang memiliki perhiasan tentunya ia akan menjaga perhiasan tersebut dengan sebaik-baiknya.
Jangan sampai perhiasannya rusak karena debu atau goresan sehingga ia
menyimpannya dalam tempat yang khusus. Demikian pula orang yang menganggap anak
seperti perhiasan, ia akan selalu menjaga anaknya dari debu-debu pergaulan dan
goresan-goresan maksiat. Ia akan menempatkan anaknya di tempat khusus sehingga anaknya
betul-betul menjadi penyejuk pandangan mata dengan keluhuran budi pekertinya.
Tidak
sekedar perhiasan dunia, anak yang demikian juga menjadi investasi akhirat bagi
orang tuanya. Bukankah Rasulullah SAW bersabda :
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ
عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ
يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Jika
manusia meninggal, maka terputuslah amalannya, kecuali tiga perkara; shadaqah
jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shalih yang mendo’akannya. [HR
Muslim]
Bahkan
anak akan menjadi sarana bagi orang tua untuk mendapat kedudukan yang tinggi di
surga sebagaimana hadits utama di atas.
Anak
juga menjadi sarana kebahagiaan abadi karena akan dikumpulkan bersama orang
tuanya. Allah SWT berfirman :
وَالَّذِينَ ءَامَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ
ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَآأَلَتْنَاهُم
مِّنْ عَمَلِهِم مِّن شَىْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
Dan
orang-orang yang beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam
keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan kami tiada
mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan
apa yang dikerjakannya. [QS Ath-Thur : 21]
Namun
anak juga berpotensi menjadi bencana. Misalnya ketika orang tua salah asuh, Alih-alih
bisa mengharumkan nama orang tua malah ia menjadi apa yang dikatakan oleh
pepatah jawa “anak polah bapak kepradah”. Dalam syair yang populer, Habib Syech
bersenandung “Lamun wong tuwo - Lamun wong tuwo keliru mimpine Alamat bakal -
alamat bakal getun mburine. Wong tuwo loro kundur ing ngarso pengeran Anak putune
rame-rame rebutan warisan”. Maka dari itulah Allah SWT mengingatkan kita :
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ
وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
Dan
Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan, dan
sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. [QS Al-Anfal : 28]
Ketika
Rasul SAW sedang berkhutbah tiba-tiba datanglah Hasan dan Husain mengenakan
gamis berwarna merah keduanya berjalan lalu keduanya terjatuh. Melihat hal ini,
Nabi SAW turun dari mimbar untuk menggendongnya lalu ditempatkan di depannya
kemudian beliau bersabda “Maha benar Allah (yang berfirman) bahwa hartamu dan
anak-anakmu itu hanyalah sebagai fitnah”
فَنَظَرْتُ إِلَى هَذَيْنِ الصَّبِيَّيْنِ
يَمْشِيَانِ وَيَعْثُرَانِ فَلَمْ أَصْبِرْ حَتَّى قَطَعْتُ حَدِيثِي
وَرَفَعْتُهُمَا
Ketika
aku melihat kedua anak kecil ini berjalan dan terpeleset maka aku tidak sabar
sehingga aku memotong khutbahku dan menggendongnya. [HR Turmudzi]
Bahkan
lebih celakanya, anak bisa menjadi musuh bagi orang tuanya. Allah SWT
berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ
أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ
Hai
orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu
ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka. [QS
At-Taghabun : 14]
Ayat
ini turun dalam konteks Auf bin Malik Al-Asyja`i dimana ketika ia akan
berangkat jihad, mereka menangis dan meminta belas kasihannya seraya
berkata,”Kepada siapakah kami ditinggalkan ?”. Lalu hal ini membuatnya tidak
tega meninggalkan anaknya dan akhirnya iapun tidak jadi berangkat jihad. [Tafsir
Al-Qurtubi] Itulah posisi anak sebagai musuh, karena tidak ada musuh yang lebih
berbahaya dari pada musuh yang mampu memutuskan hubungan baik antara seorang hamba
dengan tuhannya. Maka jangan sampai anak menjadikan orang tua lalai dari mengingat
Allah Sebagaimana firman-Nya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ
أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ
الْخَاسِرُونَ
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan
kamu dari mengingat Allâh. Barang siapa yang membuat demikian, maka mereka
itulah orang-orang yang merugi. [QS Al-Munafiqun : 9]
Wallahu
A’lam. Semoga Allah albari membuka hati anak-anak kita dan mengisinya dengan
hidayah-Nya sehingga mereka kelak menjadi anugerah bukan bencana bagi kita
selaku orang tuanya. Mohon doanya alvers semoga anak kami, Muhammad Badruddin
Fardan yang baru lahir menjadi anugerah dunia dan akhirat bagi kami. “Ya Tuhan
Kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai
penyejuk hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”.
[QS Al-Furqan : 74]
Salam
Satu Hadits,
Dr.
H. Fathul Bari Alvers
NB.
Hak
Cipta berupa Karya Ilmiyah ini dilindungi oleh Allah SWT. Mengubah dan
menjiplaknya akan terkena hisab di akhirat kelak. *Silahkan Share tanpa
mengedit artikel ini*. Sesungguhnya orang yang copas perkataan orang lain tanpa menisbatkan kepadanya maka ia
adalah seorang pencuri atau peng-ghosob dan keduanya adalah tercela [Imam
Abdullah Alhaddad]
Pondok
Pesantren Wisata
AN-NUR
2 Malang Jatim
Sarana
Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani
Ayo
Mondok! Mondok itu Keren!
Syukron usfadz, terus ditunggu post post selanjutnya
ReplyDelete