ONE
DAY ONE HADITH
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda :
مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى
الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
Tiada
anak yang lahir melainkan ia terlahir dalam keadaan suci, dan orangtuanyalah
yang membuatnya menjadi Yahudi, nasrani atau Majusi. [HR Bukhari]
Catatan
Alvers
Kelahiran
seorang anak merupakan kabar gembira sehingga kita dianjurkan untuk mengucapkan
selamat (tahn’iah) kepada orang tua atau keluarganya dengan semisal doa :
بَارَكَ اللهُ لَكَ فِي المَوهُوبِ لَكَ
, وَشَكَرْتَ الوَاهِبَ , وَبَلَغَ أَشُدَّهُ , وَرُزِقْتَ بِرَّهُ
“Semoga
Allah memberkahi anak yang dianugerahkan kepadamu, semoga kamu bisa mensyukuri
Sang Pemberi (Allah), semoga cepat besar dan dewasa, dan engkau mendapatkan
baktinya si anak.” [Al-Adzkar]
Lalu
orang tuanya dianjurkan untuk membalas dengan doa seperti : “Barakallahu Laka
wa baraka alayka wa jazakallah khairan wa razaqakallah mislahu” (Semoga Allah
memberkatimu, membalasmu dengan kebaikan dan memberikan rizki yang sama). [Al-Adzkar]
Agar
anak terpelihara fitrahnya sebagaimana hadits utama di atas, maka ada 5
Tatacara terkait kelahiran bayi (Adabul Wiladah) yang disampaikan Imam Ghazali
dalam Ihya Ulumuddin. Yaitu : Pertama, Orang tua seyogyanya tidak terlalu
mengharap jenis kelamin tertentu dari bayi yang akan dilahirkan. Janganlah
terlalu mengharap-harap anak laki-laki dan membenci anak perempuan atau
sebaliknya. Mengapa demikian? Karena ia tidak akan tahu manakah yang terbaik
buatnya, apakah anak laki-laki ataukah perempuan?. Betapa banyak orang yang
memiliki anak laki-laki namun di kemudian hari ia menyesal dan berandai-andai
anaknya adalah perempuan.
Dahulu
kala, Orang jahiliyah merasa malu bahkan menganggap aib besar jika memiliki
anak perempuan. Maka mereka berusaha menutupi aib tersebut dengan mengubur bayi
perempuan hidup-hidup. Allah swt berfirman :
وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَى ظَلَّ
وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ (58) يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ
مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلَا
سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ (59)
“Dan
apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan,
hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan
dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan
kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah
akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya
apa yang mereka tetapkan itu.” [QS An-Nahl: 58-59]
Bahkan
anak perempuan memiliki keutamaan yang sangat besar. Rasulullah SAW Bersabda :
مَنْ كاَنَ لَهُ ثَلاَثُ بَناَتٍ فَصَبَرَ
عَلَيْهِنَّ وَأَطْعَمَهُنَّ وَسَقاَهُنَّ وَكَساَهُنَّ مِنْ جِدَتِهِ كُنَّ لَهُ
حِجاَباً مِنَ النّاَرِ يَوْمَ الْقِياَمَةِ
“Barangsiapa
memiliki tiga anak perempuan kemudian ia sabar atas (merawat dan mendidik)
mereka serta ia memberi makan dan minum mereka dari apa-apa yang ia dapatkan
maka anak-anak perempuan tersebut akan menjadi penghalang baginya dari api
neraka di hari kiamat.” [HR Ahmad]
Dalam
riwayat lain disebutkan “....Niscaya orang tuanya akan masuk surga. Lantas ada
orang bertanya “Bagaimana dengan dua
anak perempuan” maka Rasul SAW menjawab : “(demikian pula) dua anak perempuan”.
ada yang bertanya lagi “Bagaimana dengan
satu anak perempuan” maka Rasul SAW menjawab : “(demikian pula) satu anak
perempuan”. [HR Al-Baihaqi]
Kedua,
adzan pada telinga bayi sebagaimana Rasul SAW ber-adzan ditelinga Al Hasan dan
Al Husain ketika dilahirkan, dan memerintahkannya” [HR Thabrani] Rasul SAW
bersabda :
مَنْ وُلِدَ لَهُ مَوْلُودٌ فَأَذَّنَ فِي
أُذُنِهِ الْيُمْنَى، وَأَقَامَ فِي أُذُنِهِ الْيُسْرَى رُفِعَتْ عَنْهُ أُمُّ
الصَّبِيَّاتِ
“Barangsiapa
yang baru lahir bayinya lalu ia beradzan di telinga kanannya dan iqamah di
telinga kirinya, maka ummu shabiyyat (jin) tidak akan berbahaya baginya“ [HR
Baihaqi]
Dan
Al-Ghazali berkata : dianjurkan pula ketika balita mulai bisa bicara untuk
mengajarkannya mengucapkan “Lailaha Illallah” sehingga kalimat tahlil menjadi awal
pembicaraannya. [Ihya]
Ketiga,
memberi nama yang baik karena itu adalah hak anak. Pemberian nama ini juga
berlaku untuk bayi yang keguguran. Abdurrahman bin Yazid bin Muawiyah berkata :
“telah sampai kepadaku keterangan bahwa bayi yang keguguran akan menjerit di
hari kiamat di belakang bapaknya dan berkata “Engkau menyia-nyiakan aku dan
membiarkan aku tanpa memiliki nama”. Umar bin Abdul Aziz bertanya : “bagaimana
kita memberinya nama padahal belum diketahui jenis kelaminnya?”. Abdurrahman
menjawab : (berilah) nama dengan nama yang umum yang bisa belaku untuk laki
maupun perempuan seperti nama Hamzah, Imarah, Thalhah, Utbah. [Ihya] Rasul SAW
bersabda :
إِنَّكُمْ تُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
بِأَسْمَائِكُمْ وَأَسْمَاءِ آبَائِكُمْ فَأَحْسِنُوا أَسْمَاءَكُمْ
Sungguh
kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama kalian dan nama ayah kalian
maka berikanlah nama yang baik [HR Abu Daud]
Jika
terlanjur memiliki nama yang jelek maka dianjurkan untuk menggantinya. Rasul SAW
pernah mengganti nama orang “Al-Ash” dengan “Abdullah”, nama “Barrah” dengan “Zainab”.
Keempat,
Aqiqah. (Baca Serial ODOH sebelumnya). Disunnahkan menimbang rambut bayi yang dicukur,
misalnya beratnya 1 Gram kemudian dinilai dengan emas atau perak. Sehingga dianjurkan
bersedekah senilai 500 ribu Rupiah Jika pakai kurs emas atau 60 Ribu jika pakai
kurs perak.
Kelima, Tahnik (Nyetha’i; jawa) dengan kurma
atau manisan sebagaimana dilakukan oleh Rasul kepada Abdullah bin zubair. Ibnu
Hajar berkata : Tahnik adalah mengunyah sesuatu kemudian meletakkan/
memasukkannya ke mulut bayi lalu menggosok-gosokkan ke langit-langit mulut. [Fathul
Bari] Hal ini bertujuan agar sesuatu yang pertama kali masuk ke dalam perut
bayi adalah ludah Rasul SAW/Orang shalih. [Ihya] Dan selanjutnya diikuti dengan
mendoakan keberkahan kepada bayi tersebut dengan doa semisal “Barakallahu Fih”
(Semoga Allah memberkatinya). [Fathul Bari] Wallahu A’lam. Semoga Allah
albari membuka hati kita untuk mendidik anak-anak kita dengan tuntungannya. Mohon
doanya alvers semoga anak kami, Muhammad Badruddin Fardan mendapat keberkahan dari
Allah swt.
Salam
Satu Hadits,
Dr.
H. Fathul Bari Alvers
NB.
Hak
Cipta berupa Karya Ilmiyah ini dilindungi oleh Allah SWT. Mengubah dan
menjiplaknya akan terkena hisab di akhirat kelak. *Silahkan Share tanpa
mengedit artikel ini*. Sesungguhnya orang yang copas perkataan orang lain tanpa menisbatkan kepadanya maka ia
adalah seorang pencuri atau peng-ghosob dan keduanya adalah tercela [Imam
Abdullah Alhaddad]
Pondok
Pesantren Wisata
AN-NUR
2 Malang Jatim
Sarana
Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani
Ayo
Mondok! Mondok itu Keren!
Syukron ustadz, mantab, selalu ditunggu post2 berikutnya.
ReplyDelete