ONE
DAY ONE HADITH
Diriwayatkan
oleh Ibnu Mas’ud RA, bahwasanya Nabi SAW bersabda :
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ
يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ
الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ
صِدِّيقًا
“Hendaklah
kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan
pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika
seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan
dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. [HR Muslim]
Catatan
Alvers
Berbicara
tentang kejujuran maka jujur tidak sebatas perkataan namun juga jujur dalam perbuatan.
Imam ghazali berkata : “Kejujuran itu berlaku pada enam perkara (ma’ani). Jujur
dalam perkataan, Jujur dalam niat (ikhlas), Jujur dalam perencanaan (Semisal
jika aku mendapat gaji aku akan sedekahkan separohnya), Jujur dalam merealisasikan
perencanaan tersebut, Jujur dalam perbuatan (dengan bersungguh-sungguh), Jujur
dalam mengaplikasikan maqamat (station, derajat) dalam agama (seperti takut
Allah, Mengharap Rahmat-Nya, Zuhud, Tawakkal, cinta dll). Maka barang siapa
bisa jujur dalam 6 perkara tersebut maka ia disebut dengan “shiddiq”. [Ihya
Ulumuddin]
Di
zaman akhir ini kejujuran menjadi barang langka. Banyak yang menyangka bahwa
kejujuran akan mendatangkan kerugian. Jauh hari Rasul SAW telah mengingatkan
dalam haditsnya :
تحرُّوا الصِّدْقَ، وَإِنْ رَأَيْتُمْ أنَّ فِيْهِ
الْهَلكَةَ، فَإِنَّ فِيْهِ النَّجَاةَ
“Berperangailah
selalu dengan kejujuran! Jika engkau melihatnya jujur itu mencelakakan maka
pada hakikatnya ia merupakan keselamatan” [HR Suyuthi dalam Al-Jami’us Shaghir]
Tidak
hanya itu, Jujur juga akan mendatangkan keberkahan. Rasul SAW bersabda :
الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا
فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِى بَيْعِهِمَا ، وَإِنْ كَتَمَا
وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا
Penjual
dan pembeli masing-masing memiliki hak pilih (khiyar) selama keduanya belum
berpisah. Bila keduanya berlaku jujur dan saling terus terang, maka keduanya
akan memperoleh keberkahan dalam transaksi tersebut. Sebaliknya, bila mereka menutup-nutupi
dan berlaku dusta niscaya akan hilanglah keberkahan bagi mereka pada transaksi
itu. [HR Bukhari]
Ibnu
Abbas RA berkata :
أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ فَقَدْ
رَبحَ: الصِّدْقُ وَالْحَيَاءُ وَحُسْنُ الْخُلُقِ وَالشًّكْرُ.
Empat perkara barang siapa yang memilikinya maka ia akan beruntung;
Jujur, malu, etika dan syukur. [Ihya Ulumuddin
Jujur
juga akan mendatangkan ketenangan. Rasul SAW bersabda:
دَعْ ما يَرِيبُكَ إِلَى مَا لا يَريبُكَ ،
فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمأنينَةٌ، وَالْكَذِبَ رِيبةٌ
“Tinggalkanlah apa saja yang kamu ragukan dan
beralihlah kepada yang tidak kamu ragukan,Sesungguhnya Kejujuran itu (mendatangkan)
ketenangan dan Kedustaan itu (mendatangkan) kebimbangan”[HR Tirmidzi]
Terlebih
lagi ada sloga Jujur itu Mujur. Ya, Mujur di akhirat sebagaimana hadits utama
di atas bahkan bisa jadi mujur di dunia. Ibnu Jarir ath-Thabari menceritakan kisah nyata yang terjadi pada
musim haji tahun 240 H, Seorang dari Khurasan memberi pengumuman “Wahai para
jamaah haji, Siapakah yang bersedia mengembalikan
sebuah kantong milikku yang hilang yang berisi
seribu dinar, semoga Allah melipatgandakan pahalanya”
Seorang
kakek berkata: “Wahai orang Khurasan, negeri kami ini miskin, kondisinya berat.
Boleh jadi hartamu ditemukan oleh
seorang mukmin yang miskin. Seandainya dia mengembalikannya padamu, apakah kamu
bersedia memberinya sedikit harta yang halal, sekedar 100 Dinar ?” Khurasan
berkata: “Tidak, tetapi aku menyerahkan urusannya kepada Allah”.
Ibnu
Jarir mencurigai kakek tadi sehingga ia menguntitnya sampai rumahnya. Ternyata
benar, ternyata kakek itulah penemu kantong tersebut. Kakek tadi berkata: “Wahai
Lubabah, Baru saja aku berjumpa dengan pemiliki kantong itu tetapi dia tidak
mau memberi penemunya sedikit pun. Ia menyerahkan urusannya kepada Allah. Apa
yang harus aku lakukan wahai Lubabah?
Lubabah,
istrinya menjawab: “Suamiku, kita telah menderita kemiskinan selama 50 tahun.
Kamu mempunyai empat anak perempuan, dua saudara perempuan, aku istrimu dan juga
ibuku, lalu kamu yang kesembilan. Maka belikanlah makanan dan pakaian untuk
kami. Semoga Allah membuatmu kaya sesudah itu maka kamu bisa mengembalikan uang
itu setelahnya!
Kakek
itu berkata : “Aku tidak akan melakukannya , apakah aku membakar perutku (makan
akan barang haram) setelah 86 tahun?
Keesokan
harinya kakek itu berkata kepada pemiliki dinar : apakah kau sudi memberi
penemunya sepuluh dinar saja?. Orang Khurasan itu menjawab dengan jawaban
seperti kemaren : “Tidak, tetapi aku menyerahkan urusannya kepada Allah”. Keesokan
harinya, kakek itu menawar dengan 1 dinar saja namun pemiliknya tetap tak bergeming.
Akhirnya kakek itu menarik khurasani sambil berkata: “Kemarilah kamu. Ambillah
dinarmu dan biarkan aku tidur di malam hari dengan nyenyak. Aku tidak pernah
tenang sejak menemukan harta itu.”
Setelah
diserahkan, Orang Khurasan itu berkata : kakek, bapakku telah wafat dan
meninggalkan untukku tiga ribu dinar. Dia mewasiatkan kepadaku, “Ambil
sepertiganya untuk diberikan kepada orang yang paling berhak menerimanya
menurutmu”. Demi Allah, sejak aku berangkat dari Khurasan sampai di sini aku
tidak melihat seseorang yang lebih berhak untuk menerimanya kecuali dirimu.
Ambillah! [Shifatus Shafwah]
Demikianlah,
jujur itu memang berat dilakukan karena hadiahnya adalah surga. Allah SWT
berfirman :
هَذَا يَوْمُ يَنفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ
لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً
Hari
Ini adalah hari dimana kejujuran akan bermanfaat bagi orang-orang yang jujur.
Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya [QS Al-Maidah : 119]
Abu Abdillah Ar-ramli bermimpi melihat Manshur ad-daynuri mendapatkan
ampunan dan rahmat dari Allah bahkan mendapatkan sesuatu yang tak terkira. Ar-ramli
bertanya : Perangai apakah yang terbaik bagi seseorang untuk menuju Allah? ad-daynuri
menjawab :
الصِّدْقُ وَأَقْبَحُ مَا تَوَجَّهَ
بِهِ الْكَذِبُ
Kejujuran, dan yang paling jeleknya perangai adalah bohong. [Ihya
Ulumuddin]
Di sini saya teringat dengan wejangan-wejangan sayyidil walid KHM
Badruddin yang membuat para santri bisa jujur dan bertanggung jawab. Tiba-tiba
ada dua atau tiga santri menghadap, mereka membuat pengakuan pernah ambil kue
di kantin melebihi dari uang yang dibayarnya, ada yang mengaku pernah mengghasab
baju temannya, ada juga yang mengaku telah merusak infentaris dan bersedia
menggantinya bahkan ada juga yang mengaku atas kesalahan masa lalunya yaitu mencuri
uang di kantin semasa ia masih di sekolah dasar dll. Lahul Fatihah. Wallahu
A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati kita untuk senantiasa bisa istiqamah
dalam kejujuran dalam situasi apapun dan kapanpun .
Salam Satu Hadits,
Dr. H. Fathul Bari Alvers
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Sarana Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren Lho!
NB.
Hak Cipta berupa Karya Ilmiyah ini dilindungi oleh
Allah SWT. Mengubah dan menjiplaknya akan terkena hisab di akhirat kelak.
*Silahkan Share tanpa mengedit artikel ini*. Sesungguhnya orang yang copas
perkataan orang lain tanpa menisbatkan
kepadanya maka ia adalah seorang pencuri atau peng-ghosob dan keduanya adalah tercela
[Imam Abdullah Alhaddad]
0 komentar:
Post a Comment