ONE
DAY ONE HADITH
Diriwayatkan
oleh Ibnu Abbas RA, bahwasanya Nabi SAW bersabda, Allah berfirman :
الْكِبْرِيَاءُ رِدَائِي وَالْعَظَمَةُ
إِزَارِي فَمَنْ نَازَعَنِي وَاحِدًا مِنْهُمَا أَلْقَيْتُهُ فِي النَّارِ
Kesombongan
itu adalah selendang-Ku dan keagungan adalah pakaian-Ku maka barangsiapa yang
mencabutnya dari-Ku salah satu dari keduanya, maka Aku akan melemparkannya ke
neraka. [HR Ibnu Majah]
Catatan
Alvers
Takabbur
atau sombong adalah maksiat pertama yang terjadi dan menjadi sumber dari semua perangai
yang tercela. Iblis awal mula takabbur kemudian iri dengki kepada Nabi Adam AS
sehingga ia enggan untuk bersujud kepadanya. Allah SWT berfirman :
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا
لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ
الْكَافِرِينَ
Dan
(ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah[36] kamu
kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur
dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir [QS Al-Baqarah : 34]
Karena
takabbur pula, Kaum kuffar dahulu tidak mau beriman kepada keabsahan risalah Nabi
Muhammad SAW dan memilih tetap dalam kesesatan daripada hidayah. Allah SWT
berfirman :
إِنَّهُمْ كَانُواْ إِذَا قِيلَ لَهُمْ لا إلهَ
إِلاَّ اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ
Sesungguhnya
mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illallah"
(Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri
[QS As-Shaffat : 35]
Orang
bijak mengatakan :
من اعتز بمنصبه فليتذكر فرعون ومن اعتز بماله
فليتذكر قارون ومن اعتز بنسبه فليتذكر أبى لهب إنما العزة لله وحده
سبحانه
“Barang
siapa yang menyombongkan tahtanya maka hendaklah ia berkaca kepada Fir’aun. Barang
siapa yang menyombongkan hartanya maka hendaklah ia berkaca kepada Qarun. Barang
siapa yang menyombongkan nasabnya maka hendaklah ia berkaca kepada abu jahal.
Maka Kemuliaan hanyalah milik Allah semata”.
Ketika
menceritakan Nabi-Nya, Allah tidak menyebut nasabnya, kedudukanya, hartanya,
rupanya akan tetapi Allah menyebutkan akhlaknya dalam firman-Nya :“Sungguh
engkau berada pada akhlak yang luhur”[QS Al-Qalam : 4]. Maka kemuliaan yang sesungguhnya
terdapat dalam ketinggian akhlak.
Ingatlah
bahwa “Di atas langit, masih ada langit”. Allah swt berfirman :
وَفَوْقَ كُلِّ ذِي عِلْمٍ عَلِيمٌ
Dan
di atas setiap orang yang berpengetahuan itu ada yang lebih mengetahui. [QS Yusuf:
76]
Tentunya
alvers ingat tentang kisah Nabi Musa as. Betapa Nabi Musa merasa dirinya paling
pintar di antara kaumnya, ditegur oleh Allah dengan cara dipertemukan dengan
Nabi Khidir. Dan ternyata, Nabi Musa tidak dapat mengikuti jalan pikiran Nabi
Khidir as. Sampai akhirnya Nabi Khidir sendiri menjelaskan semua peristiwa yang
dilalui bersamanya.
Pada
hakikatnya, orang sombong itu tertipu ketika melihat dirinya besar dan melihat
orang lain kecil. Orang bijak berkata :
المتكبر كالصاعد فوق الجبل يرى الناس صغارا
ويرونه صغيرا
Orang
yang sombong itu seperti orang yang naik ke atas gunung, ia melihat orang lain
kecil sementara (tidak disadarinya bahwa) orang lainpun melihatnya kecil.
[Arsyif Multaqa Ahlil hadits]
Untuk
menyadarkan akan keadaan orang sombong yang tertipu dengan dirinya sendiri, Allah
swt berfirman :
وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ
لَنْ تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا
Dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya
kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan
sampai setinggi gunung. [QS Al-Isra : 37]
Sebagaimana
Allah demikian, maka kitapun harus berupaya menghentikan kesombongan orang yang
sombong dengan segala daya upaya dan cara. Mulai dengan memberinya nasehat atau
kalo seseorang memiliki kemampuan di atasnya maka hendaklah ia menunjukkan
kekayaan/pangkat dll yang berada di atas orang sombong tersebut sehingga ia
tersadar. Hal ini sebagaimana dilakukan oleh Nabi Sulaiman untuk menaklukkan
kesombongan ratu bilqis. Allah SWT menceritakan surat Nabi Sulaiman :
أَلاَّ تَعْلُواْ عَلَيَّ وَأْتُونِي
مُسْلِمِينَ
Bahwa
janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku
sebagai orang-orang yang berserah diri." [QS An-Naml : 31]
Inilah
yang dikenal dengan istilah :
التكبر على المتكبر صدقة
“Takabbur” atas orang yang
takabbur adalah sedekah (dalam redaksi lain, hasanah ; kebaikan).
Menurut
Ar-Razi, perkataan ini adalah kalam ulama bukan hadits namun demikian, maknanya
ma’tsur. [Kasyful Khafa]
Mengapa
demikian? Bukankah semua takabbur itu tercela?. Ya, memang demikian. Namun
dalam perkataan tersebut lafadz “takabbur” yang pertama bukan diartikan
sebenarnya tapi bermakna majaz atau kiasan. Dalam ilmu balaghah disebut
musyakalah Yaitu :
ذكر الشيء بلفظ غيره لوقوعه صحبته تحقيقا أو
تقديرا
Menyebutkan
sesuatu dengan lafadz lainnya karena jatuh (pada satu kalimat) bersamaan dengannya
baik secara nyata atau kira-kiranya. [Syarh Al-Jawhar Al-Maknun]
Sebagaimana
ucapan syair :
قالوا اقترح شيئاً نُجدْ لك طبخه :: قلت اطبخوا
لي جبة وقميصا
Mereka
berkata “Usulkan sesuatu (makanan), niscaya akan masakkan dengan baik. Aku
menjawab: “Tolong masakkan untukku sebuah jubah dan gamis”.
Kata
“masakkan” yang kedua adalah bukan makna sebenarnya sebab ia mermaksan “jahitkan”.
Namun disebutkan dengan kata “masakkan” karena menyesuaikan dengan kata “masakkan”
yang pertama.
Hal
ini sebagaimana dalam firman Allah:
وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ
الْمَاكِرِينَ
Orang-orang
kafir itu membuat makar (tipu daya), dan Allah juga membuat makar (tipu daya), Dan
Allah sebaik-baik pembuat tipu daya. [QS Ali Imran : 54]
Kata
“makar” yang berkonotasi negatif yang dinisbatkan kepada Allah pada ayat di
atas adalah bermakna kiasan, bukan makna makar sebenarnya. Maksud makar Allah adalah
membalas makar mereka. Penggunaan makar untuk Allah itu disebut musyakalah sebagaimana di atas.
Maka
makar orang kafir adalah makar dalam artian negatif sementara makarnya Allah
adalah bermakna positif. Seperti itu pula makna yang berlaku pada perkataan “Takabbur”
atas orang yang takabbur adalah sedekah.
Takabbur
atas orang yang takabbur itu adalah sedekah dikarenakan :
لأنه
إذا تواضعت له تمادى في ضلاله وإذا تكبرت عليه تنبه
karena
jika kau tawadlu kepada orang yang takabbur maka ia akan semakin menjadi-jadi
dalam kesesatan (takabburnya)nya. Namun jika engkau ber-takkabur kepadanya
(dengan memperlihatkan hartamu yang lebih banyak dari kepunyaannya) maka ia
akan menjadi sadar. [Bariqah Mahmudiyah]
Maka
Imam Ghazali menukil perkataan : Terkadang takabbur itu bukan untuk
menyombongkan diri, akan tetapi untuk menyadarkan orang yang sombong. Maka hal
ini adalah perbuatan yang terpuji seperti takabbur atas orang-orang bodoh dan
orang-orang kaya. Yahya bin Muadz berkata:
التكبر على ذي التكبر عليك بماله تواضع
Takabbur
atas orang yang sombong dengan hartanya kepadamu adalah tawadlu’ [Ihya]
Imam
Ghazali menukil Hadits, Rasul SAW bertanya : “Mengapa aku tidak melihat
manisnya ibadah atas kalian?” Para sahabat bertanya : apakah manisnya ibadah
itu? Rasul SAW menjawab : Tawadlu’. Rasul SAW juga bersabda :
إذا رأيتم المتواضعين من أمتي فتواضعوا لهم
وإذا رأيتم المتكبرين فتكبروا عليهم فإن ذلك مذلة لهم وصغار .
Jika
kalian melihat orang-orang yang tawadlu maka tawadlu’lah kalian kepada mereka
namun jika kalian menemukan orang-orang yang takabbur maka takabburlah atas
mereka, karena hal itu menjadikan mereka (mereka) merasa hina dan kecil
(sehingga bertaubat). [Ihya Ulumuddin]. Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari
membuka hati kita untuk menjauhkan diri dari kesombongan dan orang yang sombong.
Salam
Satu Hadits,
Dr.
H. Fathul Bari Alvers
Pondok
Pesantren Wisata
AN-NUR
2 Malang Jatim
Sarana
Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani
Ayo
Mondok! Mondok Itu Keren Lho!
NB.
Hak
Cipta berupa Karya Ilmiyah ini dilindungi oleh Allah SWT. Mengubah dan
menjiplaknya akan terkena hisab di akhirat kelak. *Silahkan Share tanpa
mengedit artikel ini*. Sesungguhnya orang yang copas perkataan orang lain tanpa menisbatkan kepadanya maka ia
adalah seorang pencuri atau peng-ghosob dan keduanya adalah tercela [Imam
Alhaddad]
alhamdulillah setelah beberapa waktu tidak tayang kini akhirnya tayang lagi, syukron katsir ustadz, selalu ditunggu post post terupdate selanjutnya
ReplyDelete