ONE
DAY ONE HADITH
Diriwayatkan
oleh Abdullah Ibn Mas’ud RA, Nabi SAW bersabda:
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا وَقَدْ
وُكِّلَ بِهِ قَرِينُهُ مِنْ الْجِنِّ
Setiap
orang di antara kalian telah diutus untuknya seorang qorin (pendamping) dari
golongan jin. [HR Muslim]
Catatan
Alvers
“Jailangkung,
jailangkung, di sini ada pesta kecil-kecilan, datang tak dijemput, pulang tak
diantar". Itulah mantra yang biasa dibaca dalam permaian jailangkung asal
indonesia untuk mendatangkan makhluk halus ke dalam buah batok kelapa yang
disanggah tongkat kayu dan diberikan kain putih sehingga berbentuk layaknya
boneka.
Mendatangkan
makhluk halus bahkan arwah telah lazim dilakukan oleh dukun dan “orang-orang
pintar”. Namun belakangan ada klaim menghebohkan jagad maya karena bukan arwah
atau makhluk ghaib yang didatangkan, tapi malaikat dan para Nabi yang didatangkan.
Orang
yang mengklaim hal tersebut adalah Ningsih Tinampi, Wanita yang berprofesi sebagai
praktisi pengobatan alternatif fenomenal asal Desa Karangjati, Kecamatan
Pandaan, Kabupaten Pasuruan. Dengan menggunakan media orang lain. Ia dapat
menjadi saksi bahwa malaikat dan nabi benar-benar datang saat ia panggil. Dalam
vlog Ningsih Tinampi yang tayang pada 9 Januari 2020 lalu mendadak menitikkan
air mata karena melihat kehadiran malaikat. “Saya tidak bohong dan saya juga
tidak mengada-ada. Ini para malaikat yang aku undang. Biar semua tahu, yang
saya undang sekarang adalah para nabi, Ini yang datang para nabi, saya tidak
bohong, demi Allah!," tegasnya. [tribunnews com]
Pasca
viralnya statemen dalam vlog tersebut akhirnya ia banyak mendapat komentar
negatif dan menuai banyak kontroversi. Alhamdulilah, akhirnya ia meminta maaf
terkait klaimnya yang bisa memanggil malaikat dan nabi. Ia menganggap klaim
tersebut sebagai kecerobohan dan kebodohannya. Hal ini diliput dalam laman web
berjudul : Ningsih Tinampi Minta Maaf, Berjanji Tak Akan Ulangi [faktualnews co]
Kontroversi
tersebut adalah hal yang wajar, bagaimana tidak? mendatangkan roh secara umum
saja merupakan hal yang mustahil apalagi mendatangkan roh para nabi. Mengapa
demikian?, karena mendatangkan orang yang sudah meninggal itu artinya
mendatangkah roh, karena dalam diri manusia terdapat dua bagian yaitu roh dan jasad
sementara jasad sudah berkalang tanah maka yang tersisa adalah roh. roh atau
arwah adalah perkara ghaib, perkara yang tidak diketahui secara detail bahkan
oleh seorang nabi sekalipun. Allah SWT berfirman :
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ
مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
Dan
mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakan: “Roh itu adalah bagian dari urusan
Tuhanku dan kamu tidak diberikan ilmu pengetahuan melainkan sedikit saja.[QS
Al-Isra : 85]
Maka
para ulama berkata mengenai ruh :
لَا تُعْرَفُ حَقِيْقَتُهُ وَلَا يَصِحُّ وَصْفُهُ
وَهُوَ مِمَّا جَهِلَ الْعِبَادُ عِلْمَهُ
Ruh
itu tidak diketahui hakikatnya dan tidak sah untuk mendiskripsikannya karena
hal itu adalah perkara yang tidak diketahui manusia. [Syarah An-Nawawi Li
Muslim]
Lebih
lanjut mengenai arwah orang yang meninggal, Allah SWT berfirman:
اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ
مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَى
عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى إِنَّ فِي
ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Allah
memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum
mati di waktu tidurnya. Maka Dia menahan jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan
kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi
kaum yang berfikir.” [QS Az-Zumar : 42]
Maka
ruh dari orang yang sudah meninggal ditahan oleh Allah di alam barzakh sampai
datangnya hari kiamat sehingga tidak bisa kembali ke dunia. Allah SWT berfirman
:
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ
رَبِّ ارْجِعُونِ ؛ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا
كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
“(Demikianlah
keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang
dari mereka, dia berkata, “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia).” Agar aku
berbuat amal yang shalih terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak.
Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka
ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” [QS Al-Mu’minun: 99-100]
Begitu
pula arwah para syuhada’, mereka sebenarnya juga ingin kembali ke dunia namun hal
itu tidak pernah dijinkan oleh Allah swt. Rasul SAW bersabda : “Ruh-ruh mereka
di perut burung hijau. Burung ini memiliki sarang yang tergantung di bawah
‘Arsy. Mereka bisa terbang kemanapun di surga yang mereka inginkan. Kemudian
mereka kembali ke sarangnya. Kemudian Allah memperhatikan mereka, dan
berfirman: ‘Apakah kalian menginginkan sesuatu?’ Mereka menjawab: ‘Apa lagi
yang kami inginkan, sementara kami bisa terbang di surga ke manapun yang kami
inginkan.’ Namun Allah selalu menanyai mereka 3 kali. Sehingga ketika mereka
merasa akan selalu ditanya, mereka meminta:
يَا رَبِّ نُرِيدُ أَنْ تَرُدَّ أَرْوَاحَنَا
فِي أَجْسَادِنَا حَتَّى نُقْتَلَ فِي سَبِيلِكَ مَرَّةً أُخْرَى
Ya
Allah, kami ingin Engkau mengembalikan ruh kami di jasad kami, sehingga kami
bisa berperang di jalan-Mu untuk kedua kalinya.
Ketika
Allah melihat mereka sudah tidak membutuhkan hajat apapun lagi maka mereka
ditinggalkan.” [HR Muslim]
Inilah
gambaran kehidupan ruh para syuhada pasca kematian mereka yang difirmankan
Allah swt :
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ
اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
Janganlah
kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan
mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki. [QS Ali Imran: 169]
Dengan
demikian, jika ruh itu di tahan di alam barzakh di sisi Allah lantas bisakah ia
kabur melarikan diri karena dipanggil oleh dukun atau orang pintar?.
Adapun
keterangan hadits yang terdapat dalam kitab Matholi’ud Daqaiq yaitu “Roh orang
mukmin pada tiap-tiap malam Jum’at, Hari Raya, Hari Asyura atau malam Nisfu
Sya’ban, datang dan berdiri di muka pintu rumah keluarganya dengan berkata,
“Wahai anakku, belas kasihanilah aku, maka Allah akan memberikan rahmat
kepadamu, aku tinggal di dalam kuburan yang sempit dan dalam keadaan susah yang
lama sekali” Maka menurut Bahtsul Masail Diniyah Keputusan Muktamar Nahdatul
Ulama Ke 5 Di Pekalongan Tahun 1930. No. 101 dijawab bahwa Hadits dan atsar
tersebut tidak boleh digunakan sebagai dalil, karena terdapat tanda-tanda yang
menunjukkan kedustaannya (maudhu’) dan tidak terdapat dalam kitab-kitab yang
shahih, bahkan tidak ada kitab yang dinamakan Matholi’ud Daqaiq.
Maka
jelaslah apa yang merasuki jasad seseorang yang menjadi media bukanlah arwah
orang yang sudah meninggal. Lantas apa yang merasukinya, hingga tahu banyak
tentang watak orang yang sudah meninggal?
Maka tiada lain ia adalah dari bangsa jin
yang disebutkan oleh baginda Nabi SAW dalam hadits utama di atas : “Setiap orang di antara kalian telah diutus
untuknya seorang qorin (pendamping) dari golongan jin”. [HR Muslim] dalam
lanjutan hadits, Para sahabat bertanya, “Termasuk Anda, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab :
وَإِيَّايَ إِلاَّ أَنَّ اللَّه أَعَانَنِي
عَلَيْهِ فَأَسْلَمَ فَلا يَأْمُرنِي إِلاَّ بِخَيْرٍ
Termasuk
saya, hanya saja Allah membantuku untuk menundukkannya, sehingga dia masuk
Islam. Karena itu, dia tidak memerintahkan kepadaku kecuali yang baik.” [HR Muslim]
Karena
ia terus mendampingi seseorang maka wajarlah ia tahu mengenai watak orang yang tersebut
psca meninggalnya sehingga disalah pahami bahwa ia adalah arwah dari orang yang
sudah meninggal itu tadi. Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati kita
untuk terus percaya kepada-Nya dan terhindar dari tipu muslihat makhluk-Nya.
Salam
Satu Hadits,
Dr.
H. Fathul Bari Alvers
Pondok
Pesantren Wisata
AN-NUR
2 Malang Jatim
Sarana
Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani
Ayo
Mondok! Mondok Itu Keren Lho!
NB.
Hak
Cipta berupa Karya Ilmiyah ini dilindungi oleh Allah SWT. Mengubah dan
menjiplaknya akan terkena hisab di akhirat kelak. *Silahkan Share tanpa mengedit
artikel ini*. Sesungguhnya orang yang copas perkataan orang lain tanpa menisbatkan kepadanya maka ia
adalah seorang pencuri atau peng-ghosob dan keduanya adalah tercela [Imam
Alhaddad]
0 komentar:
Post a Comment