ONE
DAY ONE HADITH
Diriwayatkan
oleh Abud Darda’ RA, Nabi SAW bersabda:
إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ
إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا
وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
Sesungguhnya
ulama itu adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan
dirham. Mereka hanya mewariskan ilmu. Barang siapa mengambil warisan tersebut
maka ia telah mengambil bagian yang sempurna.” [HR Tirmidzi]
Catatan
Alvers
Ulama
adalah pewaris para nabi. Ini bukanlah perkataan biasa namun ini adalah ucapan
Nabi yang tak lain adalah wahyu yang selaras dengan firman Allah swt :
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ
اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا
Kemudian
Al-Kitab (Al-Qur’an) itu Kami wariskan
kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba kami... [QS Fathir:
32]
Al-Hafizh
Ibnu Hajar berkata : Ayat ini sebagai syahid (penguat) terhadap hadits yang menyatakan
bahwa ulama adalah pewaris para nabi. [Fathul Bari]
Rasul
SAW tidak mengatakan bahwa para ulama adalah mentri, raja, atau istilah lainnya
namun beliau mengatakan bahwa para ulama adalah pewaris para nabi. Derajat
manakah yang lebih utama di atas pewaris? Sehingga ada hadits (meskipun dinilai
lemah sanadnya) yang menyatakan :
أَقْرَبُ النَّاسِ مِنْ دَرَجَةِ النُبُوَّةِ أَهْلُ
الْجِهَادِ وَأَهْلُ الْعِلْمِ
Manusia
yang paling dekat dengan derajat kenabian adalah ulama dan mujahid. [HR Dailami
dalam Jamiul Ahadits]
Mengapa
demikian? dalam lanjutan hadits disebutkan “karena mujahid itu membela untuk
mempertahankan apa yang di bawa oleh para Rasul sementara Ulama itu menunjukkan
manusia kepada apa yang di bawa oleh para Nabi. [HR Dailami]
Ada
kisah menarik mengenai keutamaan para ulama dari kalangan ummat nabi SAW yang
diceritakan oleh Ismail Haqqi (1725 M) seorang mufassir dari kalangan shufi dalam
tafsirnya “Ruhul-Bayan Fi Tafsiril Qur’an.” Beliau menukil kisah dimana Abul
Hasan as-Syadzili bercerita : Aku tertidur (miring) di Masjid al-Aqsha lalu aku
bermimpi melihat di luar masjid didirikan panggung di tengah tanah haram dan
orang-orangpun berduyun-duyun datang. Aku lalu bertanya ada apa ini?
Orang-orang menjawab : ini perkumpulan para nabi dan rasul.... Aku melihat ke
arah panggung di sana ada Nabi Muahmmad SAW sendiri. sedang para nabi yang lain
duduk di atas lantai tanah seperti nabi ibrahim, Musa, Isa, Nuh AS. Dll. Aku menyimak
perbincangan dimana Nabi Musa as bertanya kepada Nabi Muhammad saw. “Engkau
pernah menyatakan bahwa
عُلَمَاءُ أُمَّتِي كَأَنْبِيَاءِ بَنِي إِسْرَائِيْلَ
ulama
umatku setara dengan para nabi Bani Israil.
Maka
tolong datangkan kepada kami salah satu dari mereka.
Lalu
Nabi Muhammad saw menunjuk kepada Imam al-Ghazali. Nabi Musa as. Langsung melontarkan
kepada al-Ghazali satu pertanyaan. Namun al-Ghazali menjawabnya dengan 10
jawaban. Nabi Musa-pun menentang jawaban tersebut dan berkata : seyogyanya
jawaban itu cocok dengan pertanyaannya. Pertanyaannya satu kok dijawab dengan
10 jawaban?. Imam Ghazali menjawab : Bukankah hal itu yang telah engkau
lakukan? yakni ketika engkau ditanya :
وَمَا تِلْكَ بِيَمِينِكَ يَامُوسَى
apa
yang ada di tangan kananmu wahai Musa [QS Thaha : 17].
Dan
engkau menjawab ini adalah tongkatku, bla bla bla engkau menyebutkan beberapa
sifatnya yang banyak. [Tasir Haqqi] Yakni :
هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ
بِهَا عَلَى غَنَمِي وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ أُخْرَى
"Ini
adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk
kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya." [QS Thaha :
18]
Dengan
demikian kita wajib memuliakan para ulama sebagai pewaris para nabi. Menghina mereka
berarti menghina pula kedudukan yang mereka dapat dari Rasulullah SAW. Jika
seseorang menghina mereka tentulah
mereka akan lebih mudah meremehkan kaum muslimin. Rasul SAW bersabda :
لَيْسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ لَمْ يُجِلَّ
كَبِيرَنَا وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ
Bukanlah
bagian dari ummatku, orang yang tidak menghormati orang tua diantara kami, tidak
menyayangi yang muda orang tua diantara kami, dan tidak mengerti haknya ulama. [HR
Ahmad]
Jika
Ulama sudah diremehkan lantas kepada siapakah kaum muslimin mengembalikan semua
urusan mereka?. Abdullah bin ‘Amr ibnul ‘Ash, meriwayatkan bahwa Rasul SAW bersabda :
إِنَّ اللهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ
انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ
الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا
جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
“Sesungguhnya
Allah subhanahu wa ta’ala tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari
hamba-hamba. Akan tetapi Dia mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama
sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang
mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya,
mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.” [HR Bukhari]
Maka
meremehkan para ulama merupakan bagian tanda dekatnya akhir zaman. Abdullah bin
‘Amr RA meriwayatkan hadits :
إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُوْضَعَ
الْأَخْيَارُ ، وَيُرْفَعَ الْأَشْرَارُ
“Sesungguhnya
termasuk tanda-tanda datangnya hari kiamat adalah direndahkannya “Akhyar” (orang-orang
baik ; para ulama) dan dimuliakannya orang-orang jahat.” [Jami’ul Ulum wal
Hikam] Pada edisi berikutnya insyaAllah kami mengulas tipologi ulama. Wallahu
A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati kita untuk terus memuliakan para ulama
dan menjaga kemuliaan mereka serta menghindarkan diri dari menghina para pewaris
nabi.
Salam
Satu Hadits,
Dr.
H. Fathul Bari Alvers
Pondok
Pesantren Wisata
AN-NUR
2 Malang Jatim
Sarana
Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani
Ayo
Mondok! Mondok Itu Keren Lho!
NB.
Hak
Cipta berupa Karya Ilmiyah ini dilindungi oleh Allah SWT. Mengubah dan
menjiplaknya akan terkena hisab di akhirat kelak. *Silahkan Share tanpa
mengedit artikel ini*. Sesungguhnya orang yang copas perkataan orang lain tanpa menisbatkan kepadanya maka ia
adalah seorang pencuri atau peng-ghosob dan keduanya adalah tercela [Imam
Alhaddad]
0 komentar:
Post a Comment