ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari ‘Abdullah
bin ‘Amr RA, Rasul SAW bersabda :
كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ
يُضَيِّعَ مَنْ يَقُوتُ
“Cukuplah seseorang itu berdosa
dengan melalaikan orang-orang yang dinafkahi olehnya.” [HR Abu Dawud]
Catatan Alvers
Kita berada di dunia, dimana
segala sesuatu membutuhkan materi. Membicarakan materi tidak auto matre. Maka
benarlah kata orang bijak : “Memang materi bukanlah segalanya namun segalanya
butuh materi”. Untuk memenuhi kebutuhan materi itu, Allah memerintahkan kita
untuk bekerja, Allah SWT berfirman :
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاَةُ
فَانْتَشِرُوا فِي اْلأَرْضِ وَابْتَغُوا مِن فَضْلِ اللهِ وَاذْكُرُوا اللهَ
كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Apabila telah ditunaikan
shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan
ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” [QS al-Jumuah :10]
Bekerja merupakan suatu
kewajiban guna menghasilkan materi untuk mencukupi keluarga yang ditanggung.
Nabi SAW dalam hadits diatas bersabda: “Cukuplah seseorang itu berdosa dengan melalaikan
orang-orang yang dinafkahi olehnya.” [HR Abu Dawud] Rasul Juga mengajarkan doa
berikut agar kita mendapatkan rizki yang halal.
اللَّهُمَّ اكْفِنِى بِحَلاَلِكَ عَنْ
حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
Ya Allah cukupkanlah aku
dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku
dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu. [HR. Tirmidzi]
Namun demikian janganlah
mencukupkan diri dengan berdoa saja tanpa diiringi dengan usaha. Sayyidina Umar
RA berkata :
لَا يَقْعُد أَحَدُكُمْ عَنْ طَلَبِ
الرِّزْقِ يَقُوْلُ اَللَّهُمَّ ارْزُقْنِي فَقَدْ عَلِمْتُمْ أَنَّ السَّمَاءَ
لَا تُمْطِرُ ذَهَبًا وَلاَ فِضَّةً
Janganlah salah seorang kalian
duduk-duduk tidak mau mencari rizki, ia hanya berdoa “Ya Allah berilah aku
rizki” karena kalian tahu bahwa langit tidak akan menurunkan hujan emas atau
perak. [Ihya Ulumuddin]
Suatu ketika, Nabi Isa AS
pernah bertanya kepada seseorang mengenai pekerjaannya lalu orang tersebut
menjawab “aku senantiasa beribadah”. Lantas Beliau bertanya “siapa yang
menanggung kebutuhan hidupmu?”. Ia menjawab “saudaraku”. Nabi Isa lalu berkata
:
أَخُوْكَ أَعْبَدُ مِنْكَ
Saudaramu itu lebih “ber-ibadah”
daripada kamu. [Ihya Ulumuddin]
Imam Ahmad pernah ditanya :
Apa pendapatmu mengenai orang yang duduk-duduk di rumahnya atau masjid dan ia
berkata “Aku tidak akan bekerja biarlah rizqi menghampiriku.” Beliau menjawab :
Orang itu bodoh, tidakkah ia mendengar hadits Nabi :
إِنَّ اللهَ جَعَلَ رِزْقِي تَحْتَ
ظِلِّ رُمْحِي
Sesungguhnya Allah menjadikan
rizkiku dibawah bayang-bayang tombak-ku. [HR Ahmad]
Dan tatkala menceritakan
burung maka Nabi menyebutkan :
تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا
Ia pergi pagi dalam keadaan
lapar dan pulang sore dalam keadaan kenyang. [HR Turmudzi]
Beliau menyebutkan bahwa
burung itu pagi-pagi terbang untuk mencari rizki. Dan Para sahabat berdagang,
baik yang di darat maupun yang di laut dan ada yang bekerja di kebun kurma dan
mereka itu semua adalah panutan (kita). [Ihya Ulumuddin]
Urwah bin Zubar ketika ditanya
“Apakah yang paling jelek di dunia ini?”, Ia menjawab : “Al-Bithalah”
(menganggur). [Az-Zuhd Li Abi Dawud] Dan dalam hadits disebutkan :
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُؤْمِنَ
الْمُحْتَرِفَ
Sesungguhnya Allah mencintai
mukmin yang bekerja [HR Thabrani]
Dari sahabat Anas bin Malik
RA, bahwa seorang pemuda dari suku Anshar datang menemui Nabi SAW untuk
meminta-minta. Maka, beliau bertanya : "Adakah sesuatu di rumahmu?” Dia
menjawab, “Iya, aku memiliki sebuah “hilsun” (kain tebal) yang aku pakai alas
sebagiannya, dan aku buat selimut sebagian lainnya, dan gelas besar yang kami
gunakan untuk meminum air”. Beliau bersabda, “Bawalah kedua barang itu kepadaku”.
Lalu, ia membawanya kepada Nabi saw. Kemudian beliau mengambilnya seraya
bersabda :“Siapakah yang mau membeli dua barang ini?” Seseorang berkata, “Saya
mau membelinya seharga 1 dirham”. Beliau bersabda, “Siapa yang mau menambah
menjadi 2 dirham atau 3 dirham?" Seseorang berkata : “Saya mau membelinya
seharga 2 dirham.” Lalu, beliau memberikan kedua barang tersebut kepadanya dan
mengambil 2 dirham tersebut.
Kemudian beliau memberikan
uang tersebut kepada pemuda tadi, seraya bersabda : “Belilah makanan dengan 1
dirham lalu berikan kepada keluargamu. Dan belilah sebuah kapak dengan satu
dirham yang lain. Lalu, bawalah kemari.” Lalu dia datang dengan membawa kapak
tersebut dan Beliau memasangkan gagang dari kayu pada kapak itu dengan tangan
beliau sendiri. Kemudian beliau bersabda :
اذْهَبْ فَاحْتَطِبْ وَبِعْ وَلَا
أَرَيَنَّكَ خَمْسَةَ عَشَرَ يَوْمًا
“Pergilah, cari kayu bakar dan
juallah. Dan, sungguh aku tidak mau melihatmu selama 15 hari”.
Ia pun melaksanakan perintah
beliau. Dan, ia datang dengan memperoleh 10 dirham. Kemudian, sebagian uang itu
ia belikan kain dan sebagian yang lain ia belikan makanan. Maka, Rasulullah saw
bersabda :
هَذَا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ تَجِيءَ
الْمَسْأَلَةُ نُكْتَةً فِي وَجْهِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ الْمَسْأَلَةَ لَا
تَصْلُحُ إِلَّا لِثَلَاثَةٍ لِذِي فَقْرٍ مُدْقِعٍ أَوْ لِذِي غُرْمٍ مُفْظِعٍ
أَوْ لِذِي دَمٍ مُوجِعٍ
“Ini lebih baik bagimu daripada kamu datang dan meminta-minta
yang menjadi noda hitam di wajahmu pada Hari Kiamat. Sesungguhnya meminta-minta
itu tidaklah pantas kecuali bagi tiga orang: Bagi orang sangat-sangat fakir,
orang yang menderita kerugian yang sangat berat atau orang yang menanggung
diyat (denda akibat pembunuhan) diluar kemampuannya. [HR Abu Dawud]
Dalam hadits tersebut, Rasul
SAW tidak memberikan uang kepada pemuda tadi sehingga ia terus berpangku tangan
namun beliau memberikan arahan agar ia bisa bekerja dan mendapatkan uangnya
sendiri. Ibarat pepatah , beliau memberikan kail bukan ikan.
Dengan bekerja, seseorang bisa
memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya sendiri. sebaliknya jika malas bekerja
maka hidupnya akan tergantung kepada orang lain dan terus akan menjadi beban
orang lain dan ini akan menjadi aib buat dirinya. Lukman Al-Hakim pernah
berpesan kepada anaknya :
يَا بُنَيَّ اِسْتَغْنِ بِالْكَسْبِ
الْحَلَالِ عَنِ الْفَقْرِ فَإِنَّهُ مَا افْتَقَرَ أَحَدٌ قَطُّ إِلاَّ أَصَابَهُ
ثَلَاثُ خِصَالٍ : رِقَّةٌ فِي دِيْنِهِ وَضُعْفٌ فِي عَقْلِهِ وَذَهَابُ
مُرُوءَتِهِ وَأَعْظَمُ مِنْ هَذِهِ الثَّلَاثِ اِسْتِخْفَافُ النَّاسِ بِهِ
Wahai Anak kesayanganku,
Jauhkan dirimu dari kefakiran dengan pekerjaan yang halal karena tidaklah
seseorang tertimpa kefakiran melainkan ia tertimpa pula 3 perkara, Lemah agama,
Lemah akal dan hilangnya harga diri. Dan lebih besar dari dari 3 perkara
tersebut adalah diremehkan oleh orang lain. [Ihya Ulumuddin]
Terakhir, Janganlah menganggur
apapun kondisinya. Abdullah Ibnu Mas’ud RA berkata :
إِنِّي لَأَكْرَهُ أَنْ أَرَى
الرَّجُلَ فَارِغًا لَا فِي أَمْرِ دُنْيَاهُ وَلَا فِي أَمْرِ آخِرَتِهِ
Sungguh Aku benci melihat
seseorang yang menganggur, ia tidak bekerja dalam urusan dunianya dan ia tidak
beribadah untuk mendapatkan akhiratnya. [Ihya Ulumuddin]
So, jika kondisi tidak
memungkinkan untuk bekerja seperti saat ini maka sibukkan dirimu dalam urusan
akhirat. Beribadahlah dengan sistem lembur. Jangan biarkan kondisi “menganggur”
berlarut-larut dan akhirnya terbiasa
bermalas-malasan lalu “menikmati” kemalasan. Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati untuk
bertanggung jawab atas orang-orang yang wajib dinafkahi dengan pekerjaan halal
dan Allah melimpahkan rizki yang berkah untuk kita semua.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
Hak cipta berupa karya ilmiyah ini dilindungi
oleh Allah SWT. Dilarang mengubahnya tanpa izin tertulis. Silahkan Share tanpa
mengedit artikel ini. Sesungguhnya orang yang copas perkataan orang lain tanpa menisbatkan kepadanya maka ia
adalah seorang pencuri atau peng-ghosob dan keduanya adalah tercela [Imam Alhaddad]
0 komentar:
Post a Comment