ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah
SAW bersabda :
الْمَرْءُ
عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلْ
“Seseorang itu (biasanya) mengikuti agama
teman dekatnya, maka hendaklah setiap orang melihat siapa yang ia jadikan
teman” [HR Ahmad]
Catatan Alvers
Salah satu meme viral tentang hakikat teman
berbunyi "Teman itu adalah 1000 orang yang datang saat kamu senang,
sementara pacar adalah satu orang yang membuat kamu lupa 1000 orang. Sementara
sahabat adalah satu orang yang selalu ada di saat 1001 orang melupakan
anda" . [Meme Gus Miftah] Sahabat atau teman yang baik bahkan terkadang
diistilahkan sebagai saudara, ia akan tetap dekat denganmu meskipun di saat
banyak teman lain menjauh di saat kau jatuh. M Khalaf At-Taymi berkata :
وَلَيْسَ أَخِي مَنْ وَدَّنِي
بِلِسَانِهِ :: وَلَكِنْ أَخِي مَنْ وَدَّنِي
فِي النَّوَائِبِ
Bukanlah saudaraku, orang yang mengasihi
hanya dengan lisannya akan tetapi saudaraku adalah orang yang mengasihiku ketika
musibah melanda. [Al-Uzlah lil Khatthabi]
Keliru jika engkau menyangka bahwa sahabat
atau teman sejati itu adalah orang yang senantiasa cocok dengan pendapatmu dan
terus memujimu, ketahuilah teman sejati adalah orang yang jujur padamu, jika
kamu benar ia akan mendukungmu namun jika kamu salah maka ia akan
menyalahkanmu, menegurmu dan meluruskanmu. Sebagaimana dikatakan :
صَدِيْقُكَ
مَنْ صَدَقَكَ لَا مَنْ صَدَّقَكَ
Temanmu adalah orang yang meluruskanmu, bukan
orang yang selalu membenarkanmu.
Teman dalam bahasa arab disebut dengan
“shadiq” yang berasal dari kata “shidq” yang berarti jujur, bisa dipercaya,
baik dan sungguh-sungguh. Kiranya demikianlah adanya, bukankah pertemanan itu
akan langgeng bila sang “shadiq” (teman) itu berlaku “shidq” yaitu jujur, bisa
dipercaya, baik dan sungguh-sungguh.
Jadi janganlah keliru, jika salah seorang
dari temanmu menergurmu itu bukan berarti ia membencimu, justru sebaliknya kau
harus berterima kasih kepadanya karena sesungguhnya dialah teman sejatimu yang
sedang menunaikan tugasnya. Amirul Mukminin, Umar bin Khattab RA berkata :
اَلْحَمْدُ
للهِ الَّذِي جَعَلَ فِيْكُمْ أَصْحَابَ مُحَمَّدٍ مَنِ الَّذِي إِذَا رَأَى
مِنِّي أَمْرًا يُنْكِرُهُ قَوَّمَنِي
Segala puji bagi Allah yang menjadikan di
antara kalian khususnya para sahabat Nabi; orang yang tatkala melihat perkara
yang diingkarinya dariku maka ia meluruskanku (menegurku). [Mushannaf Ibnu Abi
Syaibah]
Bukanlah teman yang baik, mereka yang tidak mau
menegur kita secara pribadi malahan membicarakan kesalahan kita di hadapan orang
lain. Penyair berkata :
لَيْسَ
الْكَرِيْمُ الَّذِي إِنْ زَلَّ صَاحِبُهُ :: أَفْشَى وَقَالَ عَلَيْهِ كُلَّ مَا
كَتَمَا
Bukanlah orang yang mulia, orang yang tatkala
temannya berbuat salah maka ia menyebarkan kesalahnnya dan membuka aib yang
disimpannya. [Kasyful Khafa’]
Maka dalam perihal “shidq” yaitu jujur, bisa
dipercaya, baik dan sungguh-sungguh haruslah sama-sama ada di antara seseorang
dan temannya. Jadi kitapun harus berprilaku baik seperti dia, jangan hanya
menuntut kebaikan dari teman kita. Dalam hadits lain disebutkan :
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ
خَلِيلِهِ، وَلَا خَيْرَ فِي صُحْبَةِ مَنْ لَا يَرَى لَكَ مِنَ الْحَقِّ مِثْلَ
الَّذِي تَرَى لَهُ
Seseorang itu (biasanya) mengikuti agama
teman dekatnya, Tidak ada kebaikan dalam berteman dengan seseorang yang tidak
melihat (adanya) kebenaran pada dirimu sebagaimana engkau melihat (adanya) kebenaran pada dirinya. [Musnad
As-Syihab Al-Qadla’i]
Maka tidak dipungkiri
betapa teman itu akan mempengaruhi hidup kita bahkan agama kita sehingga kita
harus berhati-hati dalam memilih teman. Abdullah Ibnu Mas’ud berkata :
وَلَا
عَلَيْكَ أَنْ لَا تَصْحَبَ أَحَدًا إِلَّا مَنْ أَعَانَكَ عَلَى ذِكْرِ اللهِ
عَزَّ وَجَلَّ
Janganlah berteman kecuali orang yang dapat
membantumu untuk mengingat Allah Azza Wa Jalla [Syuabul Iman]
Dan Seorang penyair,
‘Ady bin Zaid berkata :
عَنِ الْمَرْءِ لاَ
تَسْأَلْ وَسَلْ عَنْ قَرِيْنِهِ :: فَكُلُّ قَرِيْنٍ بِالْمُقَارِنِ يَقتَدِيْ
إذَا كُنْت فِي قَوْمٍ
فَصَاحِبْ خِيَارَهُمْ :: وَلاَ تَصْحَبْ اْلأَرْدَى فَتَرْدَى مَعَ الرَّدِي
Jangan tanyakan
identitas kepada orangnya, akan tetapi tanyakanlah siapa teman karibnya; sebab
seseorang itu akan mengikuti (perilaku) temannya.
Jika engkau berada di
tengah-tengah suatu kaum, maka bertemanlah dengan orang-orang terbaik di antara
mereka; dan janganlah berteman dengan yang paling buruk, sehingga engkau akan jatuh
bersama mereka [Adabud Dunya wad Din]
Jika engkau sudah
punya teman yang baik maka jagalah pertemanan tersebut. Sayyidina Umar RA
berkata :
مَا أُعْطِيَ عَبْدٌ بَعْدَ
الْإِسْلَامِ خَيْراً مِنْ أَخٍ صَالِحٍ إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ وُدّاً مِنْ
أَخِيْهِ فَلْيَتَمَسَّكْ بِهِ، فَقَلَّمَا تُصِيْبُ ذَلِكَ
“Tidaklah seseorang
diberikan kenikmatan setelah Islam, yang lebih baik daripada kenikmatan memiliki
saudara (teman) yang shalih (baik). Apabila engkau mendapati pertemanan sejati dari
sahabatnya maka pegang lah erat-erat karena karena itu sedikit sekali
ditemukan.” [Qutul Qulub]
Ternyata teman yang baik
itu tidak hanya dapat memberikan pertolongan di dunia, bahkan ia akan
memberikan pertolongan di akhirat kelak. Sayyidina Ali KW berkata :
عَلَيْكُمْ بِالْإِخْوَانِ
فَإِنَّهُمْ عُدَّةُ الدُّنْيَا وَعُدَّةُ الْآخِرَةِ؛ أَلَا تَسْمَعُ إِلَى
قَوْلِ أَهْلِ النَّارِ : فَمَا لَنَا
مِنْ شَافِعِينَ وَلاَ صَدِيقٍ حَمِيمٍ
Peganglah erat-erat teman-teman kalian sebab
mereka itu menjadil “bekal” baik di dunia maupun di akhirat. Tidakkah engkau
mendengar ucapan ahli neraka “Maka kami tidak mempunyai pemberi syafaat
seorang pun, dan tidak pula mempunyai teman yang akrab (yang dapat memberi
pertolongan). [QS As-Syu’ara : 100-101] [Tafsir Qurthubi]
Dalam hadits yang panjang,
Rasul SAW bersabda : “...tidaklah salah
seorang dari kalian lebih gigih memohon kepada Allah di dalam menuntut hak pada
hari kiamat melebihi orang-orang mukmin yang memintakan pertolongan untuk
teman-temannya yang berada di dalam neraka, mereka berseru ;
رَبَّنَا
كَانُوا يَصُومُونَ مَعَنَا وَيُصَلُّونَ وَيَحُجُّونَ
wahai rabb kami, mereka selalu berpuasa
bersama kami, salat bersama kami, dan berhaji bersama kami.”
Maka dikatakan kepada mereka;
أَخْرِجُوا
مَنْ عَرَفْتُمْ
“keluarkanlah (dari neraka) orang-orang yang
kalian kenal.”
Maka ahli neraka itu sulit dikenali karena lama
terpanggang di neraka, kemudian mereka mengeluarkan begitu banyak orang yang
telah di bakar neraka sampai pada pertengahan betisnya dan sampai kedua
lututnya. Kemudian mereka berkata;
رَبَّنَا
مَا بَقِيَ فِيهَا أَحَدٌ مِمَّنْ أَمَرْتَنَا بِهِ
“wahai rabb kami tidak tersisa lagi seseorang
pun yang telah engkau perintahkan kepada kami.” [HR Muslim]
Wallahu A'lam.
Semoga Allah Al-Bari membuka hati kita untuk terus menjaga hubungan dengan teman-teman
yang baik yang bisa memberi pertolongan dunia dan akhirat.
Salam Satu Hadits,
Dr. H. Fathul
Bari, S.S.,M.Ag
Pondok Pesantren
Wisata
AN-NUR 2 Malang
Jatim
Ngaji dan Belajar
Serasa Wisata Setiap Hari
Ayo Mondok! Mondok
Itu Keren Lho!
NB.
Hak cipta berupa
karya ilmiyah ini dilindungi oleh Allah SWT. Dilarang mengubahnya tanpa izin
tertulis. Silahkan Share tanpa mengedit artikel ini. Sesungguhnya orang yang
copas perkataan orang lain tanpa
menisbatkan kepadanya maka ia adalah seorang pencuri atau peng-ghosob dan
keduanya adalah tercela [Imam Alhaddad]
0 komentar:
Post a Comment