ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasul SAW berkata:
سَتَكُونُ
فِتَنٌ الْقَاعِدُ فِيهَا خَيْرٌ مِنْ الْقَائِمِ وَالْقَائِمُ فِيهَا خَيْرٌ مِنْ
الْمَاشِي وَالْمَاشِي فِيهَا خَيْرٌ مِنْ السَّاعِي وَمَنْ يُشْرِفْ لَهَا
تَسْتَشْرِفْهُ وَمَنْ وَجَدَ مَلْجَأً أَوْ مَعَاذًا فَلْيَعُذْ بِهِ
Akan terjadi banyak fitnah
dimana orang yang duduk lebih baik daripada yang berdiri, orang yang berdiri
lebih baik daripada yang berjalan, orang yang berjalan lebih baik daripada yang
berlari, barang siapa yang mendekati fitnah tersebut maka dia akan binasa dan
barangsiapa yang menjumpai tempat berlindung maka hendaknya dia berlindung. [HR Bukhari]
Catatan Alvers
Akhir-akhir ini viral berita berupa video
maupun cerita mulut ke mulut mengenai beberapa kasus keributan antara pihak
Rumah Sakit dan keluarga dari jenazah dengan status PDP Covid-19 seperti yang
viral terjadi di Rumah Sakit (RS) Stella Maris Makassar dimana jenazah diambil
paksa oleh pihak keluarga dan ratusan warga. Aksi kejar-kejaran pun antara
warga dan aparat pun tak terhindarkan. Keluarga pasien bersikukuh bahwa
penyebab kematian pasien bukan disebabkan oleh Covid-19 melainkan karena
penyakit lain yang sudah lama diderita. Begitu pula yang terjadi di Waru Sidoarjo,
dimana beberapa orang nekat membuka paksa peti jenazah yang dinyatakan positif
corona. [Kompas com]
Mengapa keluarga enggan jenazah diurus dengan
protokol corona?. Mungkin salah satu alasannya adalah anggapan hal itu akan menjadikan
jenazah terhina karena jenazah tidak diurus dengan tatacara biasanya. Sebagaimana
tertuang dalam pedoman pencegahan dan pengendalian Covid-19 dari Kementerian
Kesehatan pertanggal 16 Maret 2020 disebutkan diantaranya APD (alat pelindung
diri) lengkap harus digunakan petugas yang menangani jenazah jika pasien
tersebut meninggal dalam masa penularan. Jenazah yang sudah dibungkus tidak
boleh dibuka lagi. Jenazah hendaknya diantar oleh mobil jenazah khusus. Jenazah
sebaiknya tidak lebih dari empat jam disemayamkan di pemulasaraan jenazah.
[kompas com]
MUI telah mengeluarkan fatwa dengan Nomor 14
Tahun 2020 angka 7. Dalam fatwa tersebut ditegaskan : "Pengurusan jenazah
(tajhiz al-jana'iz) yang terpapar COVID-19, terutama dalam memandikan dan
mengafani harus dilakukan sesuai protokol medis dan dilakukan oleh pihak yang
berwenang, dengan tetap memperhatikan ketentuan syariat”. Jika atas pertimbangan ahli yang terpercaya
bahwa jenazah tidak mungkin dimandikan, maka dapat diganti dengan tayamum
sesuai ketentuan syariah, yaitu dengan cara: Mengusap wajah dan kedua tangan
jenazah (minimal sampai pergelangan) dengan debu. Dan jika ... tidak mungkin
dilakukan karena membahayakan petugas, maka berdasarkan ketentuan dlarurat
syar'iyyah, jenazah tidak dimandikan atau ditayamumkan... jenazah dikafani
dengan menggunakan kain yang menutup seluruh tubuh dan dimasukkan ke dalam
kantong jenazah yang aman dan tidak tembus air... dengan dimiringkan ke kanan
sehingga saat dikuburkan jenazah menghadap ke arah kiblat... boleh dishalatkan
di kuburan sebelum atau sesudah dimakamkan. Jika tidak dimungkinkan, maka boleh
dishalatkan dari jauh (shalat ghaib). (Penguburan) dilakukan dengan cara
memasukkan jenazah bersama petinya ke dalam liang kubur tanpa harus membuka peti,
plastik, dan kafan. [detik com]
Pasien yang belum keluar hasil swabnya
kemudian meninggal maka ia akan diurus dengan protokol covid karena untuk
kehati-hatian. Namun ada juga kabar di masyarakat kasus dimana pasien sudah
dinyatakan negatif corona namun tetap diurus dengan protokol covid. Hal Ini
terkadang membikin orang banyak bertanya mengapa demikian? Penulis menerka apakah
ini yang dimaksudkan dengan “pasien tersebut meninggal dalam masa penularan”
pada pedoman dari Kemenkes di atas. Kondisi ini juga menjadi fitnah tersendiri
maka wajarlah dalam hukum islam, dinyatakan bahwa orang yang meninggal di
tengah pandemi disebut syahid meskipun ia bukan wafat karena pandemi tersebut. Syekh
Sulaiman al-Jamal (w 1204 H) berkata:
(قَوْلُهُ
وَالْمَطْعُوْنُ) أَيِ الْمَيْتُ بِالطَّاعُوْنِ وَكَذَا اَلْمَيْتُ فِي زَمَنِهِ وَإِنْ
لَمْ يَطْعَنْ
(Termasuk orang yang
mati syahid akhirat adalah “Al-Math’un”) Maksdunya orang yang meninggal karena
wabah (tha’un), demikian pula orang yang meninggal di zaman wabah meskipun
tidak terkena wabah. [Hasyiyah Al-Jamal]
Hal inilah yang kami istilahkan dengan fitnah
corona. Dimana corona tidak hanya berdampak kepada jenazah akan tetapi juga
berdampak kepada keluarga. Bagaimana tidak, kematian kerabat adalah satu
musibah, efek status positif corona pada jenazah adalah musibah untuk keluarga
dimana pengurusan jenazah dilakukan tidak seperti biasanya. Belum lagi ada
pandangan negatif sebagian masyarakat seakan-akan meninggal dengan status
corona merupakan aib atau adzab dari Allah sehingga terkesan hina bahkan lebih
hina dari pengidap HIV. Kesedihan keluarga akan bertambah karena jumlah pelayat
akan minim bahkan nihil karena orang-orang takut tertular.
Fitnah disini kami artikan sebagai ujian. Al-Jauhari
berkata :
الفِتْنَةُ:
الِامْتِحَانُ وَالْاِخْتِبَارُ تَقُوْلُ فَتَنْتُ الذَّهَبَ إِذَا أَدْخَلْتَهُ
النَّارَ لِتَنْظُرَ مَا جَوْدَتُهُ
Fitnah berarti ujian dan cobaan. Engkau
berkata : Aku mem-“fitnah” emas ketika engkau memasukkan emas ke dalam api
supaya terlihat kwalitasnya. [As-Shihah Fil Lughah]
Dan karena banyaknya berita simpang siur
mengenai corona maka boleh jadi fitnah di sini juga diartikan sebagaimana kebanyakan
orang mengartikannya yaitu tuduhan tanpa bukti. Dalam KBBI, fitnah
didefinisikan sebagai perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang
disebarkan dengan maksud menjelekkan orang (seperti menodai nama baik,
merugikan kehormatan orang). [kbbi web id] dan yang jelas fitnah di sini bukan
fitnah yang dimaksudkan dalam ayat QS Al-Baqarah: 191 atau 217, “Al-fitnatu
Asyaddu atau Akbaru minal Qatl” karena dalam ayat tersebut dimaksudkan sebagai perbuatan
syirik kepada Allah, sebagaiman pendapat At-Thabari. [Tafsir At-Thabari]
Di satu desa
dimana ada seseorang yang sakit gigi kemudian berobat ke dokter dan beberapa
hari kemudian dokter tersebut dikabarkan positif corona sehingga semua pasien
yang pernah kontak dipanggil untuk di periksa. Begitu ia diperiksa langsung
tersiar kabar bahwa si fulan terkena corona sehingga desanya langsung lockdown,
barang dagangan dari desa tersebut tidak laku dan semua orang menghindari
pedagang yang berasal dari desa tersebut. Dan belakangan terdengar kabar bahwa
si fulan tersebut negatif corona namun sudah berapa hari dia dan desanya mendapat
dampak dari fitnah corona.
Terdapat beberapa
istilah yang boleh jadi oleh orang awam disamakan sehingga rentan mengalami
kesalah pahaman, diantaranya adalah ODP dan PDP. Pasien dalam
pengawasan (PDP) disebut pula suspek, adalah mereka yang memiliki gejala panas
badan dan gangguan saluran pernapasan serta pernah berkunjung ke atau tinggal
di daerah yang diketahui merupakan daerah penularan Covid-19. Serta pernah
berkontak dengan langsung dengan kasus yang terkonfirmasi atau probabel
Covid-19. Isolasi PDP seharusnya dilakukan di rumah sakit.
Sedangkan orang dalam pemantauan (ODP) adalah mereka yang memiliki gejala panas badan atau (sekali lagi atau) gangguan saluran pernapasan ringan, dan pernah mengunjungi atau tinggal di daerah yang diketahui merupakan daerah penularan virus tersebut. Selain itu, bisa juga orang sehat yang pernah kontak erat dengan kasus terkonfirmasi Covid-19. ODP harus melakukan isolasi diri dengan berdiam di rumah selama 14 hari atau disebut dengan karantina mandiri. [kompas com]
Sedangkan orang dalam pemantauan (ODP) adalah mereka yang memiliki gejala panas badan atau (sekali lagi atau) gangguan saluran pernapasan ringan, dan pernah mengunjungi atau tinggal di daerah yang diketahui merupakan daerah penularan virus tersebut. Selain itu, bisa juga orang sehat yang pernah kontak erat dengan kasus terkonfirmasi Covid-19. ODP harus melakukan isolasi diri dengan berdiam di rumah selama 14 hari atau disebut dengan karantina mandiri. [kompas com]
Ada juga di satu
desa dimana seseorang positif corona dan menjalani perawatan di satu RS rujukan
dan Alhamdulilah akhirnya dia dinyatakan sembuh dan negatif corona. Namun apa yang
terjadi? Warga di desanya tetap enggan menerima kembalinya orang tadi ke
desanya karena takut tertular corona. Bahkan dikabarkan ada lembaga pendidikan
di dekat desa orang tersebut yang nihil pendaftar siswa baru sebagai dampaknya.
Di probolinggo, ada sebuah pesantren dimana ada 5 santri menderita demam, namun
belum dites dengan rapid atau swab ternyata berita telah menyebar bahwa santri
tersebut terkena corona.
Di sisi lain,
banyak orang yang tidak mempercayai adanya corona bahkan sampai menantang untuk
dimasukkan virus corona ke dalam tubuhnya seperti yang dilakukan oleh seorang drummer
dari grup band ternama. Ia memberikan persyaratakan jika dirinya selamat maka
semua dokter dan awak media harus bersedia dibui karena telah melakukan
konspirasi. [insertlive com] Ini juga termasuk fitnah corona. Az-Zabidi berkata
:
وَالْفِتْنَةُ
اِخْتِلَافُ النَّاسِ فِي الْاَرَاءِ
Fitnah adalah
berbeda-bedanya pendapat dikalangan masyarakat. [Tajul Arusy]
Lantas apakah
fitnah corona ini merupakan fitnah yang disabdakan oleh Nabi SAW pada hadits
utama di atas? Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati kita
untuk berhati-hati dalam berkomentar dan bersikap serta terus jalankan protokol
kesehatan sehingga kita terhindar dari semua fitnah akhir zaman termasuk fitnah
corona ini.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada
semua grup yang ada supaya sabda Nabi SAW menghiasi dunia maya dan semoga
menjadi amal jariyah kita semua.
0 komentar:
Post a Comment