ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Aisyah RA, Rasul SAW
bersabda :
مَا
عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ
إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا
وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللَّهِ بِمَكَانٍ
قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنْ الْأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا
Tidak ada amalan anak adam
yang lebih dicintai Allah pada hari raya kurban kecuali menyembelih hewan kurban.
Karena ia akan datang pada hari kiamat bersama tanduk, bulu, dan kukunya.
Sesungguhnya (pahala) darah kurban lebih dulu sampai kepada Allah sebelum darah
itu jatuh ke tanah. Maka senanglah kalian berkurban. [HR Tirmidzi]
Catatan Alvers
Kurban yang dilakukan setiap hari raya Idul
Adha merupakan syariat jadul dari “man qablana” (orang-orang sebelum kita)
tepatnya dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS yang menyembelih kambing sebagai
ganti dari putanya, Nabi Ismail. Namun demikian, lebih jauh lagi ternyata
kurban telah ada pada kisah manusia pertama yakni Nabi Adam AS dan
anak-anaknya. Dan memang demikian, karena Kambing tebusan Nabi Ismail teryata
adalah kambing surgawi yang dibawa oleh malaikat jibril yang asalnya adalah
kurbannya Habil yang disambar api lalu menghilang. [Tafsir Jalalain] Allah SWT
berfirman :
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ
Ceritakanlah kepada mereka tentang kisah kedua putra
Adam dengan sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima
dari salah seorang dari mereka dan tidak diterima dari yang lainnya...[QS Al-Maidah:27]
Syeikh Ahmad
bin Muhmmad As-Shawi dalam Hasyiyah
Tafsir Jalalain menjelaskan bahwa setelah 100 tahun Nabi Adam dan Hawa
diturunkan dari surga, mereka dikaruniai anak kembar pertamanya bernama Qabil
dan saudarinya dan setahun kemudian lahirlah sepasang anak kembar yaitu Habil
dan saudarinya. Siti Hawa mengalami kehamilan sebayak 20 kali dan di setiap
kehamilan ia mengandung dua anak kembar sepasang, laki dan perempuan.
Ketika Qabil dan Habil dewasa, maka Nabi Adam
mengawinkan Qabil dengan saudarinya Habil dan sebaliknya Habil dinikahkan
dengan saudarinya Qabil. Begitulah syariat ketika itu, seorang anak lelaki dari
Nabi adam dikawinkan dengan putri dari kandungan yang berlainan.
Perjodohan ini ditentang oleh sang kakak,
Qabil karena wanita yang akan dinikahinya yaitu saudari kembarnya Habil itu
berwajah buruk sementara saudari kembarnya sendiri yang dijodohkan dengan Habil
adalah wanita yang cantik rupawan. Qabil berkilah kepada ayahnya, Adam :
“Engkau memberikan perjodohan ini berdasarkan kemauanmu sendiri bukan dari
Allah”. Nabi Adam lalu berkata :
قَرِّبَاً قُرْبَانًاً
فَأَيُّكُمَا تُقُبِّلَ مِنْهُ فَهُوَ أَحَقُّ بِالْجَمِيْلَةِ
Keluarkanlah qurban, maka siapa saja di
antara kalian berdua yang kurbannya diterima ia lebih berhak menikahi wanita
yang cantik. [Hasyiyah As-Shawi]
Habil lalu pergi untuk mengambil kambing
terbaiknya untuk dijadikan kurban sementara Qabil mengambil sekarung gandum
yang terjelek dari hasil pertaniannya. Kala itu, tanda diterimanya kurban
adalah turunnya api dari langit untuk menyambar kurban yang diterima. Dan
ternyata kurban Habil yang diterima dengan pertanda berupa api yang menyambar
kambingnya dan lenyap seketika.
Melihat kejadian ini Qabil marah kepada
adiknya. Marah karena kurbannya tidak diterima dan itu artinya ia gagal
menikahi saudarinya yang cantik. Iapun naik pitam dan hendak membunuh adiknya
yang dianggap biang keladi dari semua kesialannya. Habil memberikan penjelasan
bahwa penyebab diterima atau ditolaknya kurban bukanlah dirinya, akan tetapi
karena ketaqwaan seseorang yang berkurban.
Allah SWT berfirman :
قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
Ia (Qabil) berkata: “Aku akan membunuhmu!”. Habil
menjawab: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang
bertakwa.” [QS
Al-Maidah:27]
Habil berkata
benar karena yang sampai kepada Allah bukan dzatiyah kurbannya melainkan
ketaqwaan dari seseorang yang berkurban. Maka pahala berkurban telah sampai
kepada Allah sebelum darah jatuh ke tanah sebagaimana keterangan hadits utama
di atas. Dan Allah SWT berfirman :
لَنْ
يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى
مِنْكُمْ
"Daging-daging
unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah,
tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya". [QS Al-Hajj: 37]
Dengan demikian
sampai di sini, Qabil dinilai tidak bertaqwa karena telah melakukan dua
kesalahan, yaitu menentang perintah orang tua mengenai perjodohan di atas dan
kedua ketidak-ikhlasannya dalam berkurban yaitu dengan mengeluarkan kurban
berupa harta yang terjelek dari yang dimilikinya. [Hasyiyah As-Shawi]
Mendengar rencana
pembunuhan ini, Habil tidak bergeming. Ia tidak ingin meladeni rencana
pembunuhan tersebut. Ia berkata :
لَئِن
بَسَطْتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِي مَآأَنَا بِبَاسِطٍ يَدِيَ إِلَيْكَ
لأَقْتُلَكَ إِنِّي أَخَافُ اللهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ
"Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku
untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu
untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian
alam." [QS Al-Maidah:28]
Lebih lanjut Habil
memperingatkan kakaknya akan akibat niat jahatnya :
إِنِّي
أُرِيدُ أَن تَبُوأَ بِإِثْمِي وَإِثْمِكَ فَتَكُونَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ
وَذَلِكَ جَزَآؤُا الظَّالِمِينَ
"Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan
(membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni
neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang dzalim." ." [QS Al-Maidah:29]
Namun ia telah
dibutakan oleh hawa nafsunya. Allah SWT berfirman :
فَطَوَّعَتْ
لَهُ نَفْسُهُ قَتْلَ أَخِيهِ فَقَتَلَهُ فَأَصْبَحَ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah
membunuh saudaranya, sebab itu ia membunuhnya, maka jadilah ia seorang diantara
orang-orang yang merugi. [QS Al-Maidah:30]
Maha benar Allah, sungguh merugi orang yang dikuasai oleh hawa nafsurnya. Maka dari itu, hatiAl-Bushiri
memberikan nasehatnya :
فَاصْرِفْ
هَوَاهَا وَحَاذِرْ أَنْ تُوَلِّيَهُ # إِنَّ الْهَوَى مَا تَوَلَّى يُصْمِ أَوْ
يَصِمِ
Jangan pedulikan keinginan
hawa nafsu dan waspadalah, jangan sampai hawa nafsu menguasaimu karena sesungguhnya
hawa nafsu bila berkuasa ia bisa membunuh atau mendatangkan aib bagimu.
[Burdah]
Dan orang yang menuruti hawa nafsunya semata adalah orang
yang paling sesat. Allah SWT berfirman :
وَمَنْ
أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ
Dan tiadalah yang lebih sesat daripada orang
yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah
sedikitpun. [QS Al-Qashash : 50]
Wallahu A’lam.
Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk semakin termotivasi untuk
berkurban di hari raya kali ini dengan disertai jiwa yang taqwa dan jauh dari rayuan
hawa nafsu.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul
Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren
Wisata
AN-NUR 2 Malang
Jatim
Ngaji dan Belajar
Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok
Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan
Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi
berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka
sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]
0 komentar:
Post a Comment