ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, Rasul ﷺ bersabda :
أَرَأَيْتَكُمْ لَوْ أَخْبَرْتُكُمْ أَنَّ خَيْلًا بِالْوَادِي تُرِيدُ أَنْ تُغِيرَ عَلَيْكُمْ أَكُنْتُمْ مُصَدِّقِيَّ قَالُوا نَعَمْ مَا جَرَّبْنَا عَلَيْكَ إِلَّا صِدْقًا
“Bagaimana pendapat kalian (Kaum Quraisy) jika aku memberitahukan kepada kalian bahwa ada pasukan berkuda yang hendak menyerang kalian, apakah kalian mempercayaiku?” Mereka menjawab,”Ya, kami tidak pernah membuktikan sesuatu padamu, kecuali engkau pasti benar” [HR Bukhari]
Catatan Alvers
Kredibilitas dalam Kamus besar bahasa indonesia didefinisikan sebagai perihal dapat dipercaya [kbbi web id]. Saya bisa katakan bahwa “Kredibilitas adalah kunci kesuksesan dalam segala hal dan begitupun sebaliknya, tanpa kredibilitas seseorang akan mengalami kegagalan.” Mengapa demikian? Seorang pebisnis akan gagal dalam bisnisnya jika dia tidak mendapatkan kepercayaan dari kolega dan customersnya. Rasul ﷺ menjadi pedagang yang sukses karena faktor kredibilitasnya. Seorang pekerja jika bisa dipercaya maka ia akan menjadi pekerja terbaik, sebagaimana perkataan Putri Syu’aib :
يَاأَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْأَمِينُ
“Wahai ayahku, jadikanlah ia sebagai karyawan karena sesungguhnya karyawan yang terbaik itu adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”. [QS Al-Qashash: 26]
Minus kredibilitas, seorang pemimpin akan ditinggalkan pendukungnya. Rasul ﷺ sendiri mencapai kesuksesan dalam berdakwah menyebarkan ajaran agama islam karena beliau kredibel, dipercaya oleh masyarakatnya bahkan beliau digelari al-Amin (orang yang terpercaya). Gelar al-Amin ini sama sekali bukan didapatkan karena ibunya bernama Aminah sebagaimana sebagian pemahaman yang salah. Sebagaimana hadits utama di atas, ketika turun firman Allah “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat” [QS asy-Syu’ara : 214] Maka Nabi ﷺ naik ke bukit Shafa dan memanggil dengan suara keras: “Wahai Bani Fihr, wahai Bani ‘Adiy, suku-suku Quraisy!” Sehingga mereka semua berkumpul. Jika di antara mereka ada yang tidak bisa hadir, maka mereka mengirim utusan untuk melihat apa sebenarnya yang terjadi. Abu Lahab dan kaum Quraisy pun berdatangan. Kemudian Beliau berseru: “Bagaimana pendapat kalian jika aku beritahukan kepada kalian bahwa ada pasukan berkuda yang hendak menyerang kalian, apakah kalian mempercayaiku?” Mereka menjawab,”Ya, kami tidak pernah membuktikan sesuatu padamu, kecuali engkau pasti benar,” [HR Bukhari]
Begitu pula ketika terjadi perselisihan maka hanya orang yang bisa dipercaya yang dapat dijadikan penengah dan pemutus perkara. Ketika orang-orang Quraisy di Makkah merenovasi Ka'bah, mereka berseteru antar kabilah dalam mementukan siapa yang berhak mengangkat atau memasang hajar aswad. Hampir saja terjadi pertumpahan darah namun ketika mereka melihat Nabi ﷺ yang datang mereka menunjuk beliau sebagai penengah dan hakim atas perselisihan. Mereka berkata :
هَذَا الْأَمِيْنُ ... يَا مُحَمَّدُ قَدْ رَضِيْنَا بِكَ
"Ini dia, sang al-Amin! Wahai Muahmmad! Kami ridha atas keputusanmu!" [HR Al-Hakim]
Kredibilitas ini pula yang menjadikan Heraklius, Raja Romawi sangat hormat kepada beliau meskipun belum pernah bertemu. Dalam riwayat disebutkan bahwa setelah bertanya banyak kepada Abu Sufyan Shakhr bin Harb, Heraklius berkata : “aku telah tanyakan kepadamu apakah kalian pernah mendapatkan dia berdusta sebelum dia menyampaikan apa yang dikatakannya, kamu menjawabnya tidak. Sungguh aku memahami, kalau kepada manusia saja dia tidak berani berdusta apalagi berdusta kepada Allah... Aku juga sudah bertanya kepadamu apakah dia pernah berlaku curang, kamu jawab tidak pernah. Dan memang begitulah para Rasul tidak mungkin curang. Dan aku juga sudah bertanya kepadamu apa yang diperintahkannya kepada kalian, kamu jawab dia memerintahkan kalian ... untuk berkata jujur, dan menjaga harga diri. Seandainya semua apa yang kamu katakan ini benar, pasti dia akan menguasai (kerajaan) tempat kedua kakiku ini. Sungguh aku tahu bahwa dia akan keluar namun aku tidak mengira bahwa dia berasal dari kalian, Lalu ia berkata :
فَلَوْ أَنِّي أَعْلَمُ أَنِّي أَخْلُصُ إِلَيْهِ لَتَجَشَّمْتُ لِقَاءَهُ وَلَوْ كُنْتُ عِنْدَهُ لَغَسَلْتُ عَنْ قَدَمِهِ
seandainya aku tahu cara untuk bisa menemuinya, tentu aku akan berusaha keras menemuinya hingga bila aku sudah berada di sisinya pasti aku akan basuh kedua kakinya. [HR Bukhari]
Orang bijak mengatakan : “Kredibilitas adalah aset termahal sepanjang masa.” Ya termahal bahkan lebih mahal dari harta itu sendiri. Dari Abdullah bin Amr, Rasul ﷺ bersabda :
أَرْبَعٌ إِذَا كُنَّ فِيْكَ فَلاَ عَلَيْكَ مَا فَاتَكَ مِنَ الدُّنْيَا : حِفْظُ أَمَانَةٍ، وَصِدْقُ حَدِيْثٍ، وَحُسْنُ خُلُقٍ، وَعِفَّةُ طُعْمَةٍ
“Empat hal jika dia ada pada dirimu maka engkau tidak merugi walaupun kehilangan harta dunia. Yaitu menjaga kepercayaan, berkata dengan jujur, berakhlaq mulia dan menjaga makanan (dari yang haram).” [HR Al-Hakim]
Tak terkecuali dalam dunia hadits, seorang perawi akan diabaikan periwayatannya jika ia tidak memiliki kredibilitas. Al-Mubarakfuri mengisahkan bahwa pada suatu hari Imam Al-Bukhari naik di sebuah kapal laut dengan membawa uang sebesar 1000 dinar. Lalu seorang lelaki dari awak kapal mendekati beliau dan memperlihatkan kecondongan kepada beliau. Imam Al-Bukharipun merasa dekat dengannya sehingga beliau menceritakan perihal uang dinar itu.
Suatu hari, lelaki itu bangun dari tidurnya lau menangis histeris, merobek-robek bajunya, menampari wajahnya dan meratap sampai semua penumpang kapal mengelilinginya dan menanyakan penyebabnya. "Aku memiliki kantong berisi uang sebanyak 1000 dinar dan sekarang hilang!" katanya. Maka mulailah orang-orang memeriksa semua penumpang kapal satu persatu. Mengetahui kejadian ini, Imam Al-Bukhari diam-diam membuang uang dinarnya ke dalam laut.
Setelah selesai memeriksa seluruh penjuru kapal, orang-orang kembali dengan tangan hampa, nihil. Mereka lalu mulai mencerca lelaki tersebut dan menyebutnya sebagai pembual. Ketika perjalanan usai, lelaki tersebut bertanya : "Engkau kemanakan uang-uang dinar tersebut?". Al-Bukhari menjawab : "Aku membuangnya ke laut." Lelaki itu keheranan "Bagaimana bisa kamu sabar kehilangan uang sebanyak itu?". Al-Bukhari menjawab :
يَاجَاهِلُ أَتَدْرِي أَنَّنِي أَفْنَيْتُ حَيَاتِي كُلَّهَا فِي جَمْعِ حَدِيْثِ رَسُوْلِ اللهِ ﷺ وَعَرَفَ الْعَالَمُ ثِقَتِي ، فَكَيْفَ كاَنَ يَنْبَغِي لِي أَنْ أَجْعَلَ نَفْسِي عُرْضَةً لِتُهْمَةِ السَّرِقَةِ وَهَلِ الدُّرَّةُ الثَّمِيْنَةُ (الثِّقَةُ وَالْعَدَالَةُ) الَّتِي حَصَلْتُ عَلَيْهَا فِي حَيَاتِي أُضَيِّعُهَا مِنْ أَجْلِ دَنَانِيْرَ مَعْدُوْدَةٍ.
Wahai orang bodoh, tahukah kamu bahwa aku telah menghabiskan seluruh hidupku untuk mengumpulkan hadits Rasulullah ﷺ dan seluruh dunia telah mengenal kredibilitasku. Bagaimana bisa aku akan membiarkan diriku menjadi sasaran tuduhan mencuri? Tidaklah mutiara mahal (yaitu kepercayaan dan kredibilitas) yang telah aku dapatkan sepanjang hidupku akan aku korbankan demi uang beberapa dinar saja??” [Sirah Al-Imam Al-Bukhari]
Paparan di atas menunjukkan betapa berharganya kredibilitas itu dan memang demikianlah adanya sampai-sampai Rasulullah ﷺ bersabda:
لَا إِيمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ وَلَا دِينَ لِمَنْ لَا عَهْدَ لَهُ
“Tidak ada iman bagi orang yang tidak bisa dipercaya (Amanah) dan tidak ada agama bagi orang yang tidak memegang janji (komitmen).” [HR Ahmad]
Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk senantiasa menjaga kredibilitas kita sehingga kita mendapatkan kesuksesan baik dalam urusan pekerjaan maupun dalam urusan dakwah Islam.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada supaya sabda Nabi ﷺ menghiasi dunia maya dan menjadi amal jariyah kita semua.
0 komentar:
Post a Comment