الحمد لله الذي علم بالقلم علم الانسان ما لم يعلم اللهم صل على النبيِّ الأكرَم، سيدنا ومولانا محمد مصباح الظلام ومسك الختام و أشرف الأنام وعلى آله وصحبه وسلم تسليما كثيرا, أما بعد.
Alhamdulillah, saya sangat bersyukur melihat buku yang berjudul KOPIKU MASIH HANGAT yang ditulis oleh santri bernama Syahrizal yang merupakan catatan-catatan menarik selama penulis mengikuti pengajian Kitab Tafsir Jalalain dan Kitab Ihya Ulumuddin.
Sejak awal tahun 2000-an saya mengampu kedua kitab tersebut meneruskan “wadzifah” Sayyidil Walid KHM Badruddin Anwar, baru kali ini ada santri yang membukukan keterangan-keterangan selama pengajian sampai menjadi satu karya tulis. Inipun merupakan inisiatif sang penulisnya sendiri bahkan saya baru mengetahuinya setelah catatan tersebut sudah berbentuk buku sebagaimana yang ada pada tangan anda sekarang ini. Ia mengaku termotivasi oleh temannya yang membukukan keterangan selama pengajian online pada periode liburan covid yang lalu.
Sebenarnya saya melihat banyak santri yang mencatat keterangan di sela-sela pengajian berlangsung yang ditulis dalam buku tulisnya atau lembaran yang diselipkan dalam kitabnya namun karena tidak dibukukan maka catatan-catatan tersebut hanya bisa dinikmatinya sendiri atau bahkan hilang terbengkalai begitu saja. Sayang sungguh sayang, ilmu jika tidak dicatat ia akan menghilang. Maka dari itu Sayyidina Umar RA memerintahkan untuk mencatatnya. Beliau berkata :
قَيِّدُوا الْعِلْمَ بِالْكِتَابِ
“Ikatlah ilmu dengan tulisan” [Mushannaf Ibni Abi Syaibah]
Manusia itu bertabiat lupa “mahallul khata’ wan nisyan”. Al-Munawi berkata : Orang yang pertama kali lupa adalah Nabi Adam maka anak cucunya pun menjadi pelupa... Maka menulis ilmu itu hukumnya sunnah bahkan ada yang berpendapat hukum menulis itu adalah wajib. [At-Taysir Bi Syarhil Jami’ As-Shagir] Jangankan urusan ilmu, orang bisa lupa. Urusan hutang saja banyak yang lupa sehingga seringkali orang yang berhutang tidak membayar hutangnya ketika jatuh tempo bahkan mengingkarinya ketika ditagih. Itulah mengapa Allah memerintahkan untuk menulis hutang piutang. Allah SWT berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى فَاكْتُبُوهُ
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.” [QS Al-Baqarah : 282]
Apa jadinya dunia kita tanpa tulisan. Tidak ada mushaf, tidak ada kitab-kitab hadits, tidak ada kitab-kitab tafsir, tidak ada kitab-kitab fiqih dan seterusnya. Betapa sulitnya mendapatkan ilmu agama yang menjadi “way of life” tanpa adanya tulisan. Maka dari pentingnya menulis, Asy-Sya’bi Rahimahullah berkata :
إِذَا سَمِعْتَ شَيْئًا فَاكْتُبْهُ وَلَوْ فِي الْحَائِطِ
“Apabila engkau mendengar satu ilmu, maka (segera) tulislah meskipun pada dinding”. [Umdatul Qari]
Jika seorang penuntut ilmu tidak menulis ilmu yang ia terima niscaya ia tidak akan mendapatkan ilmu kecuali sedikit dari apa yang ia dapatkan pada hari-hari terakhir saja meskipun ia telah menuntut ilmu belasan tahun lamanya. Imam Malik Rahimahullah berkata :
الْعِلْمُ صَيْدٌ وَالْكِتَابَةُ قَيْدُهُ :: قَيِّدْ صُيُوْدَكَ بِالْحِبَالِ الْوَاثِقَهْ
فَمِنَ الْحَمَاقَةِ أَنْ تَصِيْدَ غَزَالَةً :: وَتَفُكَّهَا بَيْنَ الْخَلاَئِقِ طَالِقَهْ
Ilmu bagaikan binatang buruan dan tulisan adalah pengikatnya :: Ikatlah hasil buruanmu dengan tali yang kuat. Karena termasuk kebodohan jika engkau memburu kijang :: Namun setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja. [I’anatut Thalibin]
Menulis itu bukan tujuan akhir, namun ia menjadi sarana kita dalam memelihara ilmu dan menjaga hafalan karena ilmu itu “Fis Shudur la Fis Sutur”. Abu Hatim Ar-Razi berkata :
اُكْتُبْ أَحْسَنَ مَا تَسْمَعُ وَاحْفَظْ أَحْسَنَ مَا تَكْتُبُ وَذَاكِرْ بِأَحْسَنِ مَا تَحْفَظُ
Catatlah sebaik-baik apa yang kau dengar, hapalkan sebaik-baik yang kau tulis dan lakukan muraja’ah terhadap sebaik-baik apa yang kau hafal. [Tahdzibul Kamal]
Saya membayangkan, jika setiap semester terbit satu buku yang merupakan catatan-catatan menarik dari setiap kitab yang dikaji maka berapa banyak buku yang terbit dalam setiap tahunnya dan akan semakin banyak manfaatnya. Maka dari itu saya berharap pasca terbitnya buku ini akan ada buku-buku lain baik dari penulis yang sama maupun dari teman-temannya atau santri lainnya. Dan saya juga berharap aktifitas menulis dan membuat buku bisa menjadi budaya santri dari generasi ke generasi berikutnya di pesantren wisata ini.
Bululawang, 18 Januari 2021
Dr.H.Fathul Bari, SS.,M.Ag
http://www.onedayonehadith.net/2021/01/kopiku-masih-hangat-kata-sambutan.html
0 komentar:
Post a Comment