ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Abud Darda’ RA, Rasul SAW berkata :
إِنَّكُمْ تُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَسْمَائِكُمْ وَأَسْمَاءِ آبَائِكُمْ فَأَحْسِنُوا أَسْمَاءَكُمْ
Sesungguhnya kalian akan dipanggil kelak di hari kiamat dengan nama-nama kalian dan nama-nama bapak kalian maka baguskanlah nama-nama kalian. [HR Abu Dawud]
Catatan Alvers
Pepatah mengatakan “apalah arti sebuah nama”. Pepatah tersebut merupakan cuplikan dialog dalam novel Romeo dan Julliet karya William Shakespeare. “What’s in a name? That which we call a rose. By any other name would smell as sweet.” (apalah arti sebuah nama? bunga mawar itu kalaupun diberi nama selain mawar maka bau wanginya akan tetap sama).
Mungkin karena terpengaruh dengan pepatah di atas, sebagian orang tua memberi nama anak dengan nama asal-asalan seperti sempat viral anak bernama Satria Baja Hitam, Pajero Sport, Honda Suzuki, Royal jelly, Jas Hujan. Bahkan di belakangan ini banyak beredar daftar nama yang berkaitan dengan pandemi covid 19 Tina Karantina, Rona Corona, Covida Ataka, Handi Sanitiza, Karantinawati, Detolina, Maskerina, Sosio Distanto, Thermo Gunawan dan nama lelucon lainnya.
Tidak demikian dalam Islam, orang tua dianjurkan agar memberi nama yang baik karena nama seseorang tidak hanya digunakan di dunia akan tetapi juga akan digunakan di akhirat kelak sebagaimana hadits utama di atas. Rasul SAW sendiri sering mengubah nama yang jelek menjadi nama yang baik. Sayyidah ‘Aisyah RA berkata :
أَنَّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يُغَيِّرُ الاِسْمَ الْقَبِيحَ
“Nabi SAW biasa mengganti nama yang jelek (dengan nama yang baik) .” [HR Tirmidzi]
Salah satu putri dari Umar bin Khattab RA bernama “Ashiyah” (wanita ahli maksiyat) lalu diganti oleh Nabi SAW dengan nama Jamilah (wanita cantik).” [HR Muslim] Rasul SAW juga pernah mengganti nama “Ashiy” (tukang maksiyat) dengan nama Muthi’ (ibnul Aswad), “Syaithan” dengan nama Abdullah, “Ghurab” (burung gagak) dengan nama Muslim, “Harb” (perang) dengan nama Al-Hasan (bin Aly), Syihab (obor) dengan nama Hisyam. [Fathul Bari]
Tidak diragukan lagi bahwa nama akan membawa dampak secara psikologis kepada anak ketika itu bahkan sampai ia dewasa. Para ahli pendidikan mengukuhkan bahwa anak yang memiliki nama yang jelek atau menjadi bahan lelucon akan berkurang semangatnya bahkan ia akan cenderung menjauhi permainan dengan banyak peserta dan akan timbul perasaan takut menjadi bahan ejekan ketika bergaul dengan mereka. [alukah net]
Diceritakan dari Al-Musayyab :
أَنَّ أَبَاهُ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَا اسْمُكَ قَالَ حَزْنٌ قَالَ أَنْتَ سَهْلٌ
Bahwasannya ayahnya mendatangi Nabi SAW dan beliau berkata : “Siapa Namamu?” Lalu Ayah menjawab “Namaku Hazn (kesedihan)” Lalu Nabi berkata “(Nama) kamu adalah Sahl (kemudahan)” [HR Bukhari]
Namun sayangnya sang ayah bersikukuh tidak mau mengganti nama tersebut dengan alasan bahwa namanya itu adalah pemberian orang tuanya. Ibnul Musayyab berkata : (oleh karena itu) kesedihan senantiasa menyelimuti kami.
Maka nama yang baik itu merupakan hak seorang anak, dalam hadits disebutkan :
إِنَّ مِنْ حَقِّ الْوَلَدِ عَلىَ وَالِدِهِ أَنْ يُعَلِّمَهُ الْكِتَابَةَ وَأَنْ يُحْسِنَ اِسْمَهُ وَأَنْ يُزَوِّجَهُ إِذَا بَلَغَ
Sesungguhnya sebagian haknya anak yang wajib ditunaikan oleh orang tuanya adalah orang tua mengajarinya menulis, memberikan nama yang baik dan menikahkannya ketika sudah baligh. [Al-Jami’ As-Shagir]
Adapula nama yang baik kedengarannya namun tidak dianjurkan untuk dibuat nama anak. Rasulullah SAW bersabda :
و لا تُسَمِّيَنَّ غُلَامَكَ يَسَارًا وَ لاَ رَبَاحًا وَ لاَ نَجِيحًا وَ لاَ أَفْلَحَ, فَإِنَّكَ تَقُولُ : أَثَمَّ هُوَ؟ فَلاَ يَكُونُ فَيَقُولُ : لاَ
“Jangan kau namai anakmu ) dengan nama Yasaar (kemudahan), Rabaah (keuntungan), Najiih (orang yang sabar) dan Aflaha (beruntung). Sebab apabila kamu bertanya, “Apakah dia ada?” Jika ternyata tidak ada maka akan dijawab, “dia tidak ada.” [HR Muslim]
Maka dimakruhkan nama-nama tersebut agar tidak menimbulkan ganjalan dalam hati ketika nama tersebut dipanggil lalu tidak berada di tempat sehingga akan dikatakan “Tidak ada”, sehingga seakan-akan mengatakan bahwa “tidak ada Keberuntungan”, “tidak ada kemudahan” dll dan boleh jadi akan menimbulkan “thiyarah” (perasaan akan tertimpa sial). [Syarah An-Nawawi]
So, ada baiknya jika kita minta nama kepada para kyai dan ahli ilmu atau paling tidak men”tashih”kan nama yang kita pilih supaya nama anak kita sesuai dan tidak bertentangan dengan anjuran Nabi SAW.
Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati kita agar senantiasa berusaha mengikuti semua uswah Hasanah dan terus belajar sehingga hidup kita sesuai dengan ajaran Islam.
Salam Satu Hadits,
Dr. H. Fathul Bari Alvers
NB.
Hak Cipta berupa Karya Ilmiyah ini dilindungi oleh Allah SWT. Mengubah dan menjiplaknya akan terkena hisab di akhirat kelak. *Silahkan Share tanpa mengedit artikel ini*. Sesungguhnya orang yang copas perkataan orang lain tanpa menisbatkan kepadanya maka ia adalah seorang pencuri atau peng-ghosob dan keduanya adalah tercela [Imam Abdullah Alhaddad]
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Sarana Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani
Ayo Mondok! Mondok itu Keren!
0 komentar:
Post a Comment