ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan
dari Salman RA, Rasul ﷺ bersabda :
إِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ
شِبَعًا فِي الدُّنْيَا أَطْوَلُهُمْ جُوعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Orang yang
paling sering merasakan kenyang di dunia, kelak ia menjadi orang yang paling
lama merasakan kelaparan di hari kiamat. [HR Ibnu Majah]
Catatan
Alvers
Akhir-akhir
ini banyak bermunculan konten mukbang di berbagai medsos, seperti youtube,
Instagram dan medsos lainnya. Apa itu mukbang? mukbang berasal dari bahasa
korea “Meokbang” yang merupakan gabungan kata dari kata “Meogda” yang berarti
makan dan “Bangsong” yang berarti siaran. Mukbang berarti siaran makan. Ya,
siaran makan dengan porsi jumbo dimana sang artis menyantapnya sambil
berinteraksi dengan para penontonnya. Mukbang dipopulerkan oleh para artis
ataupun influencer asal korea selatan seperti Hansol dari channel Korea Reomit,
Park Soo Yeon alias The Diva, Sof, Wang Joo, Hanna dan Shoogi. [kbbi lektur id]
Saya sendiri
sering merasa eneg melihat acara mukbang secara tak sengaja karena banyaknya
makanan yang dimakan dengan porsi yang diluar kewajaran makanan kita. Saya
teringat apa yang disampaikan oleh Nabi SAW :
الْكَافِرُ يَأْكُلُ فِي
سَبْعَةِ أَمْعَاءٍ، وَالْمُؤْمِنُ يَأْكُلُ فِي مِعًى وَاحِدٍ
“Orang-orang
kafir makan dengan tujuh perut, manakala orang-orang beriman makan dengan satu
perut.” [HR Bukhari]
Janganlah
kita sebagai muslim ikut-ikutan mukbang baik sebagai konten maupun sebagai
kebiasaan sehari-hari karena Nabi SAW bersabda :
مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً
شَرًّا مِنْ بَطْنٍ بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ
كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ
لِنَفَسِهِ
“Tidaklah seseorang memenuhi tempat yang lebih
jelek daripada perutnya. Cukuplah ia mengkonsumsi beberapa suap makanan yang
dapat menegakkan tulang punggungnya. Kalau memang terpaksa lebih, maka (isilah
perut itu dengan) sepertiga untuk makan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga
untuk nafas.” [HR Ahmad]
Jangan
membiasakan makan dalam porsi yang banyak. Athiyyah bin Amir Al-Juhani
menceritakan bahwa suatu ketika Salman RA dipaksa (menambah) makanannya maka ia
berkata : cukup, sesungguhnya aku mendengar Nabi SAW bersabda sebagaimana
hadits utama di atas yaitu : “Orang yang paling sering merasakan kenyang di
dunia, kelak ia menjadi orang yang paling lama merasakan kelaparan di hari
kiamat”. [HR Ibnu Majah]
Makan dengan
porsi yang banyak merupakan perilaku yang tak terpuji. Imam Ghazali berkata :
Kekenyangan meskipun dari makanan yang halal dan baik, hal itu bisa menguatkan
syahwat sementara syahwat itu merupakan salah satu senjata setan untuk mengalahkan
manusia. Suatu Ketika iblis menampakkan dirinya di hadapan Nabi Yahya AS dan
ternyata ia memiliki segala macam pengait. Nabi Yahya As bertanya apakah fungsi
pengait itu? Ia menjawab bahwa semua pengait tersebut adalah syahwat yang aku
gunakan untuk menjerat anak adam. Jika seseorang kekenyangan maka aku
menjadikannya berat untuk melakukan shalat dan dzikir. Nabi Yahya As bertanya
apakah ada yang lain? Ia menjawab : tidak. Nabi Yahya As berkata :
ِللهِ عَلَيَّ أَنْ لَا
أَمْلَأَ بَطْنِي مِنَ الطَّعَامِ أَبَدًا
“Demi Allah
aku tidak akan memenuhi perutku dengan makanan selamanya”.
Iblispun
berkata : Demi Allah, Aku tidak akan memberitahukan hal ini kepada seorangpun
selamanya. [Ihya Ulumiddin]
Kita
diperbolehkan makan dan yang dilarang adalah berlebihan. Allah SWT berfirman:
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا
تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
“Makan dan
minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang
berlebih-lebihan.” [QS Al-A’raf : 31]
Lantas
bagaimanakah Batasan berlebihan dalam makan? Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani
berkata :
مَرَاتِبُ الشِّبَعِ
تَنْحَصِرُ فِي سَبْعَةٍ
“Kenyang itu
ada tujuh tingkatan”.
“Pertama,
kenyang yang sekedar untuk bertahan hidup. Kedua, kenyang melebihi tingkatan
pertama, dengan tujuan agar seseorang mampu berpuasa dan mendirikan sholat. Dan
keduanya ini adalah kenyang yang wajib. Ketiga, kenyang melebihi tingkatan
kedua, dengan tujuan agar seseorang mampu melaksanakan amalan-amalan sunnah.
Keempat, kenyang melebihi tingkatan ketiga, yang menjadikannya mampu bekerja.
Kedua tingkatan ini (ketiga dan keempat) hukumnya sunnah. Kelima, kenyang yang
memenuhi sepertiga perut, dan ini hukumnya mubah. Keenam, kenyang yang melebihi
sepertiga perut sehingga menyebabkan badan menjadi berat dan banyak tidur. Dan
ini hukumnya makruh. Dan yang ketujuh, kenyang yang melebihi tingkatan keenam.
Yaitu kenyang yang menyebabkan sakit perut dan kenyang seperti ini hukumnya
haram.” [Fathul Bari]
Makan secara
berlebihan akan mendatangkan berbagai efek negatif. Imam Syafi’i tidak
merasakan kenyang semenjak 16 tahun terkahir dan beliau memberikan alasannya :
لِأَنَّ الشِّبَعَ يُثْقِلُ
الْبَدَنَ وَيُقَسِّي الْقَلْبَ وَيُزِيْلُ الْفِطْنَةَ وَيَجْلِبُ النَّوْمَ
وَيُضْعِفُ صَاحِبَهُ عَنِ الْعِبَادَةِ
karena
kenyang akan menjadikan badan terasa berat, menyebabkan hati keras, mengurangi
kecerdasan, menyebabkan tidur, melemahkan seseorang dari ibadah. [Ihya
Ulumiddin]
Dan ternyata,
mukbang dan semacamnya telah dikabarkan jauh hari oleh Nabi SAW dalam sabdanya
:
سَيَكُونُ رِجَالٌ مِنْ
أُمَّتِي يَأْكُلُونَ أَلْوَانَ الطَّعَامِ، وَيَشْرَبُونَ أَلْوَانَ الشَّرَابِ،
وَيُلْبِسُونَ أَلْوَانَ اللِّبَاسِ، وَيَتَشَدَّقَونَ فِي الْكَلامِ، أُولَئِكَ
شِرَارُ أُمَّتِي
“Kelak akan
muncul orang-orang dari kalangan umatku yang makan dengan pelbagai jenis
makanan, minum dengan pelbagai jenis minuman, berpakaian dengan pelbagai jenis
pakaian, dan suka omong besar. Mereka adalah seburuk-buruk umatku.” [HR
Thabrani]
Wallahu A’lam.
Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk bisa makan secukupnya
sehingga kita ringan beribadah dan jauh dari berbagai resiko penyakit.
Salam Satu
Hadits
Dr.H.Fathul
Bari.,SS.,M.Ag
Pondok
Pesantren Wisata
AN-NUR 2
Malang Jatim
Ngaji dan
Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok!
Mondok Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada
semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin
amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._
[At-Tadzkirah Wal Wa’dh]
0 komentar:
Post a Comment