ONE DAY ONE HADITH
Dari Abu Hurairah
RA, bahwasannya kaum Anshar berkata kepada Nabi SAW ““Bagilah untuk kami dan
saudara-saudara kami kebun kurma ini”. Beliau bersabda:
“Tidak”. Lalu
Beliau bersabda:
تَكْفُونَا الْمَئُونَةَ وَنُشْرِكْكُمْ فِي الثَّمَرَةِ
“Kalian cukup memberikan
kepada kami (kaum Muhajirin) pekerjaan untuk mengurus kebun kurma tersebut lalu
kami mendapat bagian dari hasil buahnya”.
Mereka berkata:
سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا
“Kami dengar dan
kami taat”. [HR. Bukhari]
Catatan Alvers
Sering kita
mendengar orang barat berkata “Yes Sir!”. Menurut kamus Cambridge, perkataan
ini biasa digunakan untuk
menyatakan persetujuan yang kuat. [dictionary.cambridge.org] atau dalam Bahasa
kita “Siap!” yang diucapkan dengan mantap dan tegas. Kalimat ini awalnya kita
dengar dari seorang prajurit yang diperintah atasanya dimana perkataan ini
menunjukkan kesanggupan melaksanakan perintah tanpa ragu. Dan oleh remaja zaman now digubah menjadi “Assiyaap”. Dan dalam Bahasa
Arab familier dikenal dengan
istilah “sami’na wa atha’na” (Kami dengar dan kami taat) sebagaimana dalam
hadits utama di atas.
Agama Islam mewajibkan
pemeluknya untuk tunduk kepada semua ajaran dalam agama Islam, sebab islam
sendiri dikatakan oleh Ibnu Rajab Al-Hambaly :
وَالْإِسْلَامُ هُوَ اسْتِسْلاَمُ الْعَبْدِ للهِ وَخُضُوْعُهُ وَانْقِيَادُهُ
لَهُ وَذَلِكَ يَكُونُ بِالْعَمَلِ وَهُوَ الدِّيْنُ
Islam itu
pasrahnya seorang hamba kepada Allah, tunduk dan patuhnya mereka kepada
(aturan)-Nya dan diwujudkan dalam amal perbuatan. Itulah Agama. [Jami’ul Ulum
Wal Hikam]
Seorang prajurit
tidak akan membantah perintah atasannya dan segera menyatakan kesiapannya untuk
menjalankan tugas. Seorang PNS (pegawai Negeri Sipil) begitu diterima menjadi
PNS dia menyatakan siap ditugaskan dimanapun di wilayah Negara Indonesia, tanpa
memilah dan memilih mana yang sukai atau tidak. Seorang manusia semestinya
demikian pula, sanggup menjalankan apapun perintah Allah dan Nabi-Nya. Allah
SWT berfirman :
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ
أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ
36. Dan tidaklah
patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin,
apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi
mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. [QS Al-Ahzab :36]
Maka tidak ada pilihan lain bagi seorang hamba beriman melainkan menyatakan
kesanggupannya menjalankan apapun yang menjadi perintah-Nya. Allah SWT
berfirman :
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ
وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا
Sesungguhnya
jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya
agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami
patuh." [QS An-Nur : 51]
Teladan kepatuhan
ini dicontohkan sejak dahulu kala saat Nabi Ibrahim AS meninggalkan Siti Hajar
di lembah yang tandus sendiri Bersama anaknya, siti Hajarpun protes dan berkata
:
يَا
إِبْرَاهِيمُ أَيْنَ تَذْهَبُ وَتَتْرُكُنَا بِهَذَا الْوَادِي الَّذِي لَيْسَ
فِيهِ إِنْسٌ وَلَا شَيْءٌ
Wahai Ibrahim,
kemanakah kamu akan pergi meninggalkan kami di lembah ini, lembah yang tidak
ada manusia satupun dan tidak ada apa pun?
Siti Hajar
mengulang-ngulangi pertanyaan tersebut namun tidak ada satupun Nabi Ibrahim AS
tak bergeming dalam diamnya dan tidak menjawab pertanyannya. Sampai akhirnya
Siti Hajar menyampaikan pertanyaan yang berbeda, Ia bertanya :
أَاللَّهُ الَّذِي أَمَرَكَ بِهَذَا
Apakah Allah yang
memerintahkan agar engkau berbuat ini?
Barulah Nabi
Ibrahim AS menjawab “Iya”. Mendengar jawaban ini, Siti Hajar menjadi
tenang hatinya dan dengan mantap berkata :
إِذَنْ لَا يُضَيِّعُنَا
“Kalau demikian
(maka tinggalkanlah kami karena) Allah SWT tidak akan menyia -nyiakan Kami” [HR
Bukhari]
Demikianlah
perintah Allah dilaksanakan dan demikian pula larangan-Nya semestinya dijauhi.
Suatu Ketika Rasulullah SAW melihat ada seorang sahabat yang memakai cincin
emas. Beliau langsung mengambilnya dan membanting cincin itu sambil bersabda :
يَعْمِدُ أَحَدُكُمْ إِلَى جَمْرَةٍ مِنْ نَارٍ فَيَجْعَلُهَا فِي يَدِهِ
Salah seorang dari
kalian sengaja mengambil sepotong bara api dari neraka lalu ia meletakkannya di
tangannya. [HR Muslim]
Sahabat tersebut
menerima larangan tersebut dan merelakan cincin emasnya dibuang oleh beliau
bahkan ketiak ada orang yang menyarankan untuk mengambil Kembali emas tersebut
untuk dimanfaatkan dalam hal lain seperti dijual maka dalam lanjutan hadits
disebutkan bahwa ia menolak dengan tegas dan berkata :
لَا وَاللَّهِ لَا آخُذُهُ أَبَدًا وَقَدْ طَرَحَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Tidak, demi Allah
aku tidak akan mengambilnya Kembali apa yang telah dibuang oleh Rasul SAW. [HR
Muslim]
Demikian pula tatkala turun ayat yang mengharamkan khamr dan judi, yaitu:
“Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan
permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi
itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah
kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). [QS Al-Maidah : 91] Maka Sayyidina Umar RA berkata :
انْتَهَيْنَا انْتَهَيْنَا
“Kami berhenti, Kami berhenti (dari
melakukan keduanya)” . [HR Turmudzi]
Ketundukan dan kepatuhan yang
sesungguhnya itu baru akan terlihat jika objek perintahnya berupa hal yang
tidak disukai atau larangannya berupa perkara yang disenangi sebagaimana dijelaskan
oleh Allah SWT:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ
أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ
Dan di antara
manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi, jika ia memperoleh kebajikan, ia tetap berada dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu
bencana, maka ia berbalik ke belakang... [QS Al-Hajj : 11]
Wallahu A’lam Semoga Allah al-Bari membuka hati dan
fikiran kita untuk bisa mentaati semua perintah Allah dan Rasulnya dan menjauhi
semua larangan-Nya.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share
sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata :
_Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka
sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]
0 komentar:
Post a Comment