ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari
Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda :
لَا يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لَا يَشْكُرُ
النَّاسَ
“Tidaklah dianggap
bersyukur kepada Allah seorang yang tidak berterima kasih kepada manusia” [HR
Abu Daud]
Catatan Alvers
Terdapat seorang
istri yang menggantikan tugas suaminya mencari nafkah. Setiap hari ia bekerja
sangat keras untuk bisa memenuhi kebutuhan dan membayar uang kuliah suaminya.
Tak hanya mengasuh anak, sang istri juga membuka salon di rumah, setelahnya ia
mencari tambahan kerja di luar. Meski berat dan lelah, namun sang istri tak
pernah mengeluh. Ia berharap saat sang suami lulus menjadi sarjana, ia bisa
mendapat pekerjaan bagus dan membuat kehidupan keluarga mereka menjadi lebih
baik. Namun betapa kagetnya sang istri, ia mendapat surat gugatan cerai dari
suaminya saat ia hendak wisuda kelulusannya. Sang suami beralasan ingin
memiliki istri yang berpendidikan yang selevel dengannya, bukan buruh lepas
seperti istrinya. Itulah kejadian yang menimpa pasangan suami istri di tiongkok
[tribuntrends com]
Kejadian seperti
ini boleh jadi menimpa kita. Orang yang sudah dibantu namun ia tidak membalas
kebaikan yang telah kita berikan bahkan ia membalas kita dengan kejelekan. Kata
pepatah “air susu dibalas dengan air tuba”. Sebenarnya perilaku seseorang yang
demikian itu semakin membuka jadi dirinya yang sebenar-benarnya. Al-Mutanabbi
berkata :
إِذَا أَنْتَ أَكْرَمْتَ الْكَرِيْمَ
مَلَكْتَهُ :: وَإِنْ أَنْتَ أَكْرَمْتَ اللَّئِيْمَ تَمَرَّدَ
Jika engkau
memuliakan orang yang mulia maka engkau akan menguasainya namun jika engkau
memuliakan orang hina maka ia akan semakin berbuat semena-mena. [Syarah Diwan
Al-Mutanabbi]
Islam menganjurkan
kita untuk bersyukur kepada Allah SWT dan syukur tersebut tidak bisa hasil
tanpa kita berterimakasih kepada manusia yang menjadi perantara Allah dalam
memberikan nikmat-Nya kepada kita. Dalam hadits utama di atas, Nabi SAW
bersabda : “Tidaklah dianggap bersyukur kepada Allah seorang yang tidak
berterima kasih kepada manusia” [HR Abu Daud]
Al-Khattabi
berpendapat bahwa hadits tersebut bisa diartikan dalam dua makna. Pertama,
Orang yang yang tidak tahu berterimakasih atas perbuatan baik manusia itu
biasanya ia juga tidak mau bersyukur kepada Allah. Dan makna kedua, Allah SWT
tidak akan menerima syukur seorang hamba atas satu nikmat yang telah
dianugerahkan kepadanya jika ia tidak mau berterimakasih kepada orang (yang
menjadi perantara) dan iapun tidak mau mengakui perbuatan baik orang lain
kepadanya, hal ini dikarenakan dua perkara tersebut saling berkaitan. [‘Aunul
Ma’bud]
Rasul SAW sangat
menganjurkan kita untuk membalas setiap kebaikan orang lain kepada kita dengan
kebaikan sesuai yang kita mampu. Jika terpaksa tidak bisa membalas kebaikan
maka minimal kita membalasnya dengan memuji
kebaikannya. Beliau bersabda :
مَنْ صُنِعَ إِلَيْهِ مَعْرْوُفٌ
فَلْيُجْزِئْهُ، فَإِنْ لَمْ يُجْزِئْهُ فَلْيُثْنِ عَلَيْهِ؛ فَإِنَّهُ إِذَا
أَثْنَى عَلَيْهِ فَقَدْ شَكَرَهُ، وَإِنْ كَتَمَهُ فَقَدْ كَفَرَهُ
“Barang siapa
memperoleh kebaikan dari orang lain maka hendaklah dia membalasnya. Jika tidak
menemukan sesuatu untuk membalasnya, maka hendaklah dia memujinya, karena jika
dia memujinya maka dia telah terhitung berterimakasih kepadanya. Namun jika dia
menyembunyikannya, maka itu artinya dia telah mengingkari kebaikannya.
[HR Tirmidzi]
Dan dalam hadits
lain disebutkan bahwa jika kita tidak bisa membalas kebaikan dengan yang
sepadan maka kita bisa membalasnya dengan doa. Nabi SAW bersabda :
وَمَنْ صَنَعَ إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ
فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ
قَدْ كَافَأْتُمُوهُ
“Barang siapa yang
berbuat baik kepada kalian maka balaslah kebaikannya. Jika kalian tidak mampu,
maka doakanlah ia sampai ia tahu bahwa kalian telah membalas kebaikannya.” [HR
Abu Dawud]
Dalam hal ini
terkadang manusia kalah dengan binatang. Allah SWT berfirman :
أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
“Mereka seperti
binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat. Mereka itulah orang-orang yang
lalai” [QS Al-A`raf :179].
Saya jadi teringat
kisahnya Abu Nawas. Kisah yang penuh hikmah, unik namun masuk akal sehingga
bisa menjadi bahan pelajaran. Satu ketika Abu nawas berbuat kesalahan keapada
sang raja sehingga raja memvonis hukuman mati kepada Abu Nawas dengan
dimasukkan ke kandang singa. Abu nawaspun hanya bisa pasrah namun ia mengajukan
permintaan sebelum ia dihukum mati. Agar Ia diberikan waktu selama tiga bulan
untuk beribadah di penjara sebagai upaya mendapatkan Husnul Khatimah dan ia diperbolehkan
untuk memberi makan singa sebagai aktifitas mengusir kebosanan selama di
penjara. Permintaannyapun dikabulkan.
Hari demi hari
berlalu sehingga tibalah saatnya ia dimasukkan dalam kandang singa. Ketika ia
dimasukkan ternyata singa itu bukan menerkamnya namun ia malah menjilati
kakinya. Melihat keanehan ini maka sang raja membebaskan dari vonisnya. Lalu
raja bertanya mengenai rahasianya. Abu nawas menjawab : "Begini Paduka
yang mulia, selama tiga bulan ini hamba rutin memberi singa itu makan dan
minum, dan hamba juga memperlakukan dia dengan baik, oleh sebab itulah hamba
tidak dimangsanya, sebab dia pikir hamba adalah orang yang berjasa bagi dia,
padahal hanya tiga bulan hamba memperlakukan dia dengan baik. Dia memang seekor
singa yang buas, tapi dia tahu balas budi. Buktinya dia tidak memangsa hamba,
sedangkan Paduka sendiri bertahun-tahun hamba mengabdi kepada Paduka dan
berjasa bagi istana ini tapi hanya karena satu kesalahan Paduka begitu tega
menjatuhkan hukuman mati kepada hamba." [rbtv disway id]
Wallahu A’lam Semoga Allah al-Bari membuka hati dan
fikiran kita untuk senantiasa membalas kebaikan orang lain yang menjadi perantara
turunnya nikmat Allah kepada kita serta memuji kebaikannya dan mendoakan kebaikan
baginya.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share
sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata :
_Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka
sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]
0 komentar:
Post a Comment