ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Amr bin Syuaib RA, Nabi SAW bersabda :
يُحْشَرُ الْمُتَكَبِّرُونَ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ أَمْثَالَ الذَّرِّ فِي صُوَرِ الرِّجَالِ يَغْشَاهُمْ الذُّلُّ مِنْ
كُلِّ مَكَانٍ
“Pada hari kiamat orang-orang yang sombong akan digiring
dan dikumpulkan seperti semut kecil dalam ukurannya yang kecil dengan bentuk wajah
manusia, kehinaan akan meliputi mereka dari berbagai sisi”. [HR Turmudzi]
Catatan Alvers
Ada seorang ilmuwan yang sombong dia naik ke atas mimbar
dan menantang para ulama untuk berdebat dengannya. Ilmuwan itu adalah seorang
dahriyah (Filosof Ateis). Kisah ini diceritakan oleh Syekh Nawawi al-Bantani dalam
kitabnya Fathul Majid. Dari bawah mimbar terdapat seorang anak kecil yang dengan
lantang berkata : “Iya, Aku akan
menjawab pertanyaanmu dengan pertolongan Allah”. Ilmuwanpun marah lalu berkata:
"Hei, siapa kamu anak kecil, betapa banyak sesepuh, bersorban besar, berpakaian
mewah, berlengan lebar namun mereka semua tak bisa menjawab pertanyaanku!”
Ilmuwan bertanya "Apakah Allah itu ada dan Dimanakah
dia?". anak kecil itu menjawab : "Iya, ada, tiada tempat baginya".
Ilmuwan bertanya: "Bagaimana mungkin disebut ada, sementara Dia tidak
bertempat?". Anak kecil menjawab : "Dalilnya ada di badan kamu, yaitu
ruh. Kalau kamu percaya ruh ada, terus di manakah ruh itu? Apakah berada di
perut, kepala, atau di mana?". Ilmuwan itu terdiam. Malu jika kalah, maka ilmuwan
terus melontarkan beberapa pertanyaan lagi namun semua pertanyaan dengan mudah bisa
dijawab oleh anak kecil tersebut. Dan pada bagian akhir ilmuwan bertanya : Sedang
apa Allah itu? Anak kecil berkata : Kau ini terbalik, mestinya yang menjawab
ada di atas mimbar dan yang bertanya ada dibawah mimbar. Aku Akan menjawab jika
engkau turun dan aku naik mimbar. Ilmuwanpun menerimanya. Ilmuwan turun dan
anak kecil naik mimbar. Lalu anak kecil dari atas mimbar menjawab :
شَأْنُ اللهِ أَلْآنَ إِسْقَاطُ الْمُبْطِلِ
مِثْلِكَ مِنَ الْأَعْلَى إِلَى الْأَدْنَى وَإِصْعَادُ الْمُحِقِّ مِثْلِي مِنَ الْأدْنَى
إِلَى الْأَعْلَى
Allah sekarang sedang menjatuhkan orang yang berbuat
kebatilan sepertimu dari atas ke bawah dan menaikkan orang yang benar sepertiku
dari bawah ke atas. [Fathul
Majid]
Kisahpun berakhir dengan kekalahan ilmuwan yang sombong
di tangan seorang anak kecil. Dan tahukah Anda saiapa anak kecil itu? Dia tidak lain adalah Imam Abu Hanifah saat ia
kecil.
Takabbur (sombong) merupakan maksiat pertama yang terjadi di kalangan
makhluk. Dialah Iblis makhluk pertama yang melakukannya saat ia enggan untuk bersujud kepada Nabi Adam karena
ia merasa lebih baik dari asal penciptaannya. [Lihat QS Al-Baqarah : 34] orang
sombong dan merasa besar di hari kiamat akan digiring dalam keadaan kecil bentuknya seperti semut
kecil sebagaimana keterangan pada
hadits utama dan Rasul SAW juga bersabda :
مَنْ تَعَظَّمَ فِي نَفْسِهِ
أَوْ اخْتَالَ فِي مِشْيَتِهِ لَقِيَ اللَّهَ وَهُوَ عَلَيْهِ غَضْبَانُ
“Barang
siapa merasa besar pada dirinya atau sombong sewaktu ia berjalan, niscaya ia
akan bertemu dengan Alloh dalam keadaan Allah murka kepadanya” [HR Ahmad]
Semua kelebihan
akan berpotensi menjadikan seseorang berprilaku sombong. Kelebihan akan semakin
tinggi berpotensi mendatangkan kesombongan sesuai dengan kelebihan yang menjadi
kebanggaan masyarakatnya. Kelebihan seperti kaya, cantik, nasab memiliki skala
prioritas berbeda di kalangan yang berbeda. Abdullah Ibnul Mubarak berkata :
“Orang Yahudi menikahkan putrinya karena faktor harta, orang nasrani menikahkan
putrinya karena faktor ketampanan dan orang arab menikahkan putrinya karena
faktor “hasab” (keturunan), adapun kaum muslimin menikahkan putrinya karena
faktor takwa. Maka nikahkanlah putrimu sesuai dengan golonganmu”. [Mawsu’atul Akhlaq Waz Zuhd War Raqaid, Yaser
Abdur Rahman]
Orang sombong
salah paham, ia mengira akan selamanya memiliki kelebihan yang dimilikinya
padahal ia terlahir tanpa membawa apa-apa dan kelak ketika mati ia juga tak
akan membawa apa-apa. Ingatlah, orang yang sombong karena memiliki harta yang
banyak maka ia bisa saja dirampok sehingga hartanya menjadi hilang dalam sekejap.
Orang yang sombong karena jabatan maka jabatan itu akan berpindak kepada orang
lain saat masanya habis. Orang yang sombong karena ketampanan dan kecantikan
maka hal itu akan berangsur-angsur hilang seiring dengan bertambahnya usia. Maka
sungguh merupakan kebodohan yang nyata jika seseorang menjadi sombong
karenanya. Imam Ghazali berkata :
وَكُلُّ
مُتَكَبِّرٍ بِأَمْرٍ خَارِجٍ عَنْ ذَاتِهِ فَهُوَ ظَاهِرُ الْجَهْلِ
Setiap orang yang sombong karena faktor eksternal maka
perilaku tersebut adalah kebodohan yang tampak jelas. [Ihya Ulumiddin]
Dengan demikian sebenarnya mudah bagi seseorang yang
sombong (karena faktor eksternal) untuk menyadari kekeliruannya lalu berhenti
dari sifat takabburnya. Dan yang sulit itu adalah mengatasi sombong karena
faktor intrinsik (kelebihan yang terdapat dalam diri seseorang) seperti sombong
karena dia punya ilmu mengingat ilmu itu agung dihadapan manusia dan juga agung
di hadapan Allah sehingga berpotensi besar bagi orangnya untuk merasa lebih
baik dari orang lain. Terlebih lagi, orang yang memiliki kelebihan seperti harta,
jabatan, wajah rupawan jika tidak dibarengi dengan ilmu maka hal itupun tidak
begitu dipedulikan di mata masyarakat sehingga kemuliaan ilmu itu lebih tinggi
daripada kemuliaan yang didapat dari harta taupun jabatan. Maka Wahb ibnu
Munabbih mengingatkan akan besarnya risiko dari ilmu. Ia berkata :
إِنَّ لِلْعِلْمِ
طُغْيَاناً كَطُغْيَانِ الْمَالِ
“Sesungguhnya ilmu itu dapat
mendatangkan perbuatan melampaui batas (angkuh, sombong) sebagaimana harta”. [Hilyatul
Awliya]
Dan Sahabat Umar RA berkata :
وَمَا أَسْرَعَ الْكِبْرَ
إِلَى الْعُلَمَاءِ
Betapa cepatnya kesombongan itu
menjangkiti orang yang memiliki ilmu. [Ihya]
Maka Imam ghazali
memberikan nasehat : Sealim apapun seseorang maka janganlah ia merasa lebih
mulia dari para sahabat Nabi RA, yang mana sebagian dari mereka berkata “Aduhai
seandainya aku tidak dilahirkan oleh ibuku”, sebagian lain mengambil batu bata
lalu berkata : “seandainya aku menjadi batu bata ini”, sebagian lain berkata :
“seandainya aku menjadi burung yang dimakan”,
Dan sebagian lainnya berkata : “aduhai seandainya aku menjadi sesuatu
yang tak dianggap apa-apa”. Itu semua dikatakan karena mereka sangat takut
dengan akibat (efek negatif ilmu yang dimiliki) sehingga mereka menganggap
dirinya lebih jelek keadaannya daridapada burung dan debu. [Ihya’]
Ilmu itu sangat luas sekali sementara manusia hanya
mengetahui sedikit saja. Allah SWT berfirman :
وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ
إِلَّا قَلِيلًا
“ … dan tidaklah kalian diberi ilmu melainkan sedikit
saja“ [QS Al-Isra: 85]
Maka sebanyak apapun seseorang menguasai ilmu maka
sesungguhnya ia menguasai hal yang banyak dari yang sedikit. Jadi janganlah
seorang berilmu tertipu dengan ilmu yang banyak yang ia miliki. Asy-Sya’bi
berkata:
اَلْعِلْمُ
ثَلَاثَةُ أَشْبَارٍ فَمَنْ نَالَ مِنْهُ شِبْرًا شَمَخَ بِأَنْفِهِ وَظَنَّ أَنَّهُ
نَالَهُ . وَمَنْ نَالَ الشِّبْرَ الثَّانِيَ صَغرَتْ إِلَيْهِ نَفْسُهُ وَعَلِمَ أَنَّهُ
لَمْ يَنَلْهُ ، وَأَمَّا الشِّبْرُ الثَّالِثُ فَهَيْهَاتَ لَا يَنَالُهُ أَحَدٌ أَبَدًا
Ilmu itu ada tiga level. Barang siapa mencapai level pertama
maka ia akan menganggap dirinya besar dan ia menyangka ia telah mendapat semua
ilmu. Barang siapa mencapai level kedua maka ia merasa kecil dan ia baru mengetahui
bahwa ia belum mendapatkan semua ilmu. Dan pada level ketiga, seseorang akan merasa
sangat jauh bahkan ia yakin bahwa tidak ada seorangpun yang bisa mendapatkan
semua ilmu selamanya. [Adabud
Dunya waddin]
Senada dengan hal tersebut, Al-Munawi berkata : “Jarang
sekali seseorang itu sombong dengan pencapaian ilmunya melainkan orang yang
minim ilmu lagi sembrono karena ia tidak mengerti jatidirinya dan ia menyangka dengan
baru memasuki ilmu bahwa ia telah memiliki ilmu yang lebih banyak dari orang
lain. Adapun orang yang berilmu maka ia tahu betapa luasnya ilmu itu dan semua ilmu
itu tidak akan tidak mungkin bisa dikuasai sehingga hal membuat dirinya tidak sombong
dengan ilmu yang dimilikinya”. [Faidlul
Qadir]
Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka
hati dan fikiran kita untuk selalu rendah hati dengan apapun kelebihan yang
diberikan Allah kepada kita khususnya ilmu. Semoga Ilmu kita semakin
mendekatkan kita kepada Allah SWT.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share
sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada supaya sabda Nabi SAW menghiasi dunia maya dan menjadi amal jariyah
kita semua.
0 komentar:
Post a Comment