ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari
kakeknya, Nabi SAW bersabda :
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ
عَرَفَةَ
“Do’a terbaik adalah do’a pada hari Arafah.” [HR. Tirmidzi]
Catatan Alvers
Setiap orang memiliki keinginan, ingin ini itu banyak sekali.
Ingin memiliki ini dan itu adalah manusiawi. Dan setiap keinginan pastilah kita
berharap akan dipenuhi oleh Allah SWT. Nabi SAW bersabda :
إِذَا تَمَنَّى أَحَدُكُمْ،
فَلْيُكْثِرْ، فَإِنَّمَا يَسْأَلُ رَبَّهُ
Jika salah seorang memiliki keinginan maka perbanyaklah
karena ia sedang meminta kepada tuhannya. [HR Thabrani]
Dalam riwayat lain disebutkan :
إِذَا سَأَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيُكْثِرْ
فَإِنَّمَا يَسْأَلُ رَبَّهُ
Jika salah seorang diantara kalian berdoa maka perbanyaklah
karena ia sedang meminta kepada tuhannya. [HR Thabrani]
Apabila kita meminta kepada manusia maka semakin banyak kita
meminta maka mereka semakin benci kepada kita. Hal ini berbeda dengan Allah SWT
karena Allah senang dimintai. Rasulullah SAW bersabda :
سَلُوا اللهَ مِنْ فَضْلِهِ فَإِنَّ
اللهَ يُحِبُّ أَنْ يُسْأَلَ
“Mintalah kepada Allah dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah
itu senang dimintai.” [HR Tirmidzi]
Bahkan sebaliknya, Allah akan murka kepada mereka yang tidak
meminta kepada-Nya. Rasulullah SAW bersabda :
مَنْ لَمْ يَسْأَلِ اللَّهَ يَغْضَبْ
عَلَيْهِ
“Barang siapa yang tidak mau meminta kepada Allah, maka Allah
akan murka kepada-Nya.” [HR Tirmidzi]
Supaya doa kita mudah terkabul maka hendaknya doa dipanjatkan
dengan penuh keyakinan akan kemahakuasaan dan kebesaran Allah SWT. Bahwa
sebesar apapun yang kita minta pastilah itu tidak ada apa-apanya dibanding
dengan besarnya kekuasaan-Nya. Nabi SAW bersabda :
ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ
بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ
غَافِلٍ لاَهٍ
“Berdo’alah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan,
dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan do’a dari hati yang lalai.” [HR
Tirmidzi]
Meskipun kita diperintahkan untuk berdoa tanpa dibatasi oleh
waktu namun demikian doa akan lebih mustajabah jika dilakukan pada waktu yang
mulia. Imam Ghazali berkata : terdapat sepuluh adab berdoa yang pertama
(diantaranya) adalah :
أَنْ يَتَرَصَّدَ لِدُعَائِهِ
الْأَوْقَات الشَّرِيْفَةَ كَيَوْمِ عَرَفَةَ مِنَ السَّنَةِ
Hendaknya mencari waktu-waktu yang mulia untuk berdoa seperti
hari Arafah dari waktu setahun (doa tahunan). [Ihya Ulumuddin]
Hari Arafah menjadi waktu yang mulia untuk berdoa mengingat
Nabi SAW bersabda dalam hadits utama : “Do’a terbaik adalah do’a pada hari
Arafah.” [HR. Tirmidzi] dan secara lengkap, hadits itu berbunyi :
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ
عَرَفَةَ وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِي لَا إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ
عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Do’a terbaik adalah do’a pada hari Arafah dan dzikir terbaik
yang aku ucapkan dan diucapkan oleh nabi-nabi sebelumku adalah tiada tuhan
selain Allah, yang maha esa, tiada sekutu baginya. Hanya milikNya kerajaan dan
pujian. Dia Maha kuasa atas segala sesuatu.” [HR. Tirmidzi]
Maksud dari doa terbaik disini, dijelaskan oleh al-Baji
al-Maliki (403-474 H) :
أَكْثَرُ الذِّكْرِ بَرَكَةً
وَأَعْظَمُهُ ثَوَابًا وَأَقْرَبُهُ إِجَابَةً
“Do’a Arafah adalah dzikir yang paling banyak berkahnya,
paling besar pahalanya dan paling berpeluang untuk dikabulkan”. [Al-Muntaqa
Syarah Muwattha’]
Lantas bagaimana jika Hari arafahnya berbeda seperti kasus
tahun 2024 ini, dimana hari ini para jemaah haji di Mekkah sudah masuk hari
Arafah sementara hari Arafah di Indonesia masih besok. Apakah kita berdoa hari
ini bersamaan dengan jemaah haji? Ataukah doa kita lakukan besok bertepatan
dengan hari Arafah di Indonesia?
Menjawab masalah ini, kita harus mengetahui bahwa penentuan
Hari arafah atau tanggal 9 Dzulhijjah itu mengikuti awal bulannya. Dan awal
bulan ditentukan dengan rukyat hilal sementara rukyat hilal itu bisa
berbeda-beda di setiap negara. Imam Muslim membuat judul satu bab dalam Kitab
Shahih Muslim :
بَاب بَيَانِ أَنَّ لِكُلِّ بَلَدٍ
رُؤْيَتَهُمْ وَأَنَّهُمْ إِذَا رَأَوْا الْهِلَالَ بِبَلَدٍ لَا يَثْبُتُ
حُكْمُهُ لِمَا بَعُدَ عَنْهُمْ
Bab menerangkan bahwasannya setiap negara memiliki rukyah
sendiri-sendiri dan jika penduduk di satu negeri telah melihat hilal maka hukum
rukyatnya tidak dapat ditetapkan untuk penduduk (negeri lain) yang jauh.
Dengan judul ini, Beliau menegaskan bahwa setiap negara itu
memiliki rukyat yang bisa jadi berbeda dengan negara lain yang jauh sehingga
tidak harus satu tanggal itu bersamaan seluruh dunia sebagaimana terjadi
perbedaan dalam penetapan hari arafah dan idul adha tahun ini antara Indonesia
dan Mekkah.
Selanjutnya, kita pahami bahwa waktu mustajabah itu bisa
berbeda dengan berbedanya tempat. Coba perhatikan pada kasus doa mustajabah
pada hari jum’at yaitu waktu khutbah jumat. Imam Ramli berkata :
وَاعْلَمْ أَنَّ وَقْتَ الْخُطْبَةِ يَخْتَلِفُ
بِاخْتِلَافِ أَوْقَاتِ الْبُلْدَانِ بَلْ فِي الْبَلْدَةِ الْوَاحِدَةِ،
فَالظَّاهِرُ أَنَّهَا سَاعَةُ الْإِجَابَةِ فِي حَقِّ كُلِّ أَهْلِ مَحَلٍّ مِنْ
جُلُوسِ خَطِيْبِهِ إِلَى آخِرِ الصَّلَاةِ
Ketahuilah bahwa waktu khutbah (jum’at) itu berbeda-beda
dengan berbeda-bedanya waktu antar negara bahkan dalam satu negara. Maka yang
jelas bahwasannya waktu khutbah adalah mustajabah bagi setiap penduduk
setempat, yaitu dimulai dari duduknya khatib hingga akhir shalat. [Nihayatul
Muhtaj]
Maka jika kita qiyaskan pelaksanan waktu doa Arafah dengan
pelaksanaan doa hari jumat tersebut yang berbeda-beda maka doa hari Arafah kita
adalah mengikuti hari dimana kita berada. Jika kita sedang berada di Indonesia
maka doa Arafahnya dilaksanakan besok namun jika kita saat ini sedang berhaji
atau berada di saudi maka kita laksanakan doa Arafahnya pada hari ini.
Namun demikian jika doa Arafahnya kita lakukan pada hari ini
juga tidaklah mengapa. Karena berdasar kepada “Ikhtiyath” kehati-hatian siapa
tahu hakikatnya hari ini adalah hari Arafah. Sikap seperti ini adalah seperti
alasan dianjurkannya kita berpuasa Tarwiyah (hari ke 8 Dzulhijjah). Sayyid
Bakri berkata :
(وَالْأَحوَطُ صَوْمُ الثَّامِنِ) أَيْ
لِأَنَّهُ رُبَّمَا يَكُوْنُ هُوَ التَّاسِعَ فِي الْوَاقِعِ
Yang lebih hati-hati adalah berpuasa juga pada hari ke 8
Dzulhijjah (bersama puasa arafah), karena boleh jadi hari ke 8 itu ternyata
hari ke 9 (arafah) pada kenyatannya. [I’anatut Thalibin]
Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran
kita untuk tidak bingung dalam menjalankan ibadah dengan mengikuti petunjuk
para Ulama yang merupakan pewaris para Nabi.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya
kepada semua grup yang ada supaya sabda Nabi SAW menghiasi dunia maya dan menjadi amal jariyah
kita semua.
0 komentar:
Post a Comment