Friday, January 31, 2025

MOTIVASI DARI IMAM NAWAWI

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Muawiyah bin Abi Sufyan RA, Rasul SAW bersabda :

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ

“Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan membuatnya faham tentang agamanya.” [HR Bukhari Muslim]

 

Catatan Alvers

 

Imam Nawawi, adalah salah seorang ulama besar mazhab Syafi'i, ahli di bidang fiqih dan hadits. Nama lengkap beliau adalah Al-Imam al-Allamah Abu Zakaria Muhyi ad-Din Yahya bin Syaraf bin Muri bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Jam'ah bin Hizam an-Nawawi ad-Dimasyqi. Ia lahir di desa Nawa, dekat kota Damaskus, pada tahun 631 H dan wafat pada tahun 24 Rajab 676 H.

 

Imam Nawawi berbeda orang dengan Syeikh Nawawi, yaitu Al-Imam Al-'Allaamah Asy-Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi al-Bantani at-Tanari asy-Syafi'i atau lebih dikenal Syekh Nawawi al-Bantani yang lahir di Tanara, Serang, sekitar tahun 1230 Hijriyah atau 1813 Masehi - wafat di Mekkah, Hijaz, sekitar tahun 1314 Hijriyah atau 1897 Masehi) yang familier dengan kitabnya Nashaihul Ibad, Uqudul Lujain, Kasyifatu Saja.

 

Imam Nawawi terkenal dengan kitabnya, Al-Majmu’ yang merupakan kitab terbesar yang menjadi rujukan dan referensi terbesar dan terpenting didalam madzhab Asy-Syafi’i. Kitab Al-Majmu’ merupakan syarah dari  kitab Al-Muhadzab karya imam Asy-Syirazi (476 H) yang tebalnya sekitar 140 lembar. Kitab Al-Majmu’ sebanyak 9 jilid (edisi cetakan menjadi 23 jilid) ini ditulis oleh Iman An-Nawawi hanya sampai bab riba, Lalu diteruskan oleh Imam Taqiyuddin As-Subki (756 H) sampai pada bab Ar-Radd Bi Al-‘Aib. Kemudian sempurnakan oleh Al-'Alim Al-Faqih As-Syeikh Muhammad Najib bin Ibrahim Al-Muthi' atau  Imam Al-Muthi’.

 

Imam Nawawi dalam mukaddimahnya berkata : “Meskipun kitab ini merupakan penjelasan dari kitab Al-Muhaddzab namun kitab ini juga merupakan penjelasan madzhab Syafii bahkan semua madzhab ulama, dan juga penjelasan mengenai bahasa, sejarah dan nama-nama ulama serta merupakan dasar-dasar yang agung untuk mengetahui hadits shahih, hasan dan dlaif, dan bagaimana cara mengkompromikan hadits hadits yang tampaknya kontradiktif, mentakwil lafadz yang samar dan mengambil kesimpulan hukum dari perkara-perkara yang penting”. [Al-Majmu’]

 

Disamping hadits utama di atas, beliau menyampaikan beberapa hadits dan atsar sebagai motivasi mempelajari ilmu agama dalam mukaddimah kitab Al-Majmu ini.  Diantaranya adalah Rasul SAW bersabda :

لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٍ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَسَلَّطَهُ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ وَرَجُلٍ آتَاهُ اللَّهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا

“Tidak boleh iri (ghibtah) kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri karunia ilmu lalu ia menunaikan dan mengajarkannya.” [HR Bukhari]

 

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, Rasul SAW bersabda :

فَقِيهٌ وَاحِدٌ أَشَدُّ عَلَى الشَّيْطَانِ مِنْ أَلْفِ عَابِدٍ

 

Seorang yang ahli agama itu lebih berat bagi setan melebihi 1000 Ahli ibadah. [HR Tirmidzi]

 

Di antara Atsar adalah perkataan Muadz bin Jabal RA : “Pelajarilah ilmu (syariat) karena mempelajarinya merupakan “khasyah” (takut kepada Allah), Menuntut ilmu adalah ibadah, mengulang-ngulanginya adalah tasbih, membahasnya adalah jihad, mengajarkannya adalah sedekah dan memberikannya kepada orang yang tepat adalah “qurbah” (mendekatkan diri kepada Allah).

 

Sayyidina Ali KW berkata :

اَلْعَالِمُ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ الْغَازِي فيِ سَبِيْلِ اللهِ

Orang berilmu itu lebih besar pahalanya daripada orang yang berpuasa, lagi qiyamul lail lagi Jihad di jalan Allah.

 

Abu Hurairah dan Abu Dzar RA berkata :

بَابٌ مِنَ الْعِلْمِ نَتَعَلَّمُهُ أَحَبُّ إِلَيْنَا مِنْ أَلْفِ رَكْعَةِ تَطَوُّعٍ

“Mempelajari satu bab dai ilmu lebih kami sukai daripada mengerjakan shalat sunnah 1000 rekaat”.

 

Dan keduanya pernah mendengar Nabi SAW bersabda :

إِذَا جَاءَ الْمَوْتُ طَالِبَ الْعِلْمِ وَهُوَ عَلَى هَذِهِ الْحَالِ مَاتَ وَهُوَ شَهِيْدٌ

Jika kematian datang kepada penuntut ilmu ketika ia berada dalam kondisi ini (menuntut ilmu) maka ia mati syahid.

 

Abu Hurairah RA berkata :

لَأَنْ أُعَلِّمَ بَابًا مِنَ الْعِلْمِ فِي أَمْرٍ وَنَهْيٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ سَبْعِيْنَ غَزْوَةً فِي سَبِيْلِ اللهِ

Mengajar satu bab dari ilmu mengenai perintah Allah dan larangan-Nya itu lebih aku sukai daripada 70 kali perang di jalan Allah.

 

Abud darda’ berkata :

مُذَاكَرَةُ الْعِلْمِ سَاعَةً خَيْرٌ مِنْ قِيَامِ لَيْلَةٍ

“Mempelajari ilmu (syariat) selama satu jam itu lebih baik dari pada mendirikan ibadah satu malam”.

 

Atha’ (bin Abi Rabah, wafat 114 H) berkata : “Yang dimaksud dengan majelis dzikir (yang dalam hadits disebut sebagai taman surga) adalah majelis dimana disitu dijelaskan mengenai halam dan haram, tatacara jual beli, tatacara shalat dan puasa, menikah dan thalak serta tatacara iabadah haji dan semisalnya”.

 

Imam Syafi’i (w 204 H) berkata :

طَلَبُ الْعِلْمِ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاةِ النَّافِلَةِ

“Mencari ilmu itu lebih utama daripada Shalat sunnah”.

Dan beliau juga berkata : “Tidak ada perkara yang lebih utama setelah ibadah fardlu daripada menuntut ilmu”. “Orang yang tidak suka kepada ilmu maka tidak ada kebaikan baginya maka jangan sampai antara kamu dengannya ada hubungan perkenalan dan pertemanan”. “Ilmu itu akan menjadi harga diri bagi orang yang tidak memiliki harga diri”. “Barang siapa yang menginginkan dunia maka hendaknya ia mempelajari ilmu dan barang siapa yang menghendaki akhirat maka hendaknya ia mempelajari ilmu”. “Jika para ahli ilmu agama yang mengamalkan ilmunya itu tidak menjadi wali maka tidak ada lagi orang yang menjadi Waliyullah”.

 

Imam Bukhari (w 256 H) menjelaskan perkataan Uqbah bin Amir RA :

تَعَلَّمُوا قَبْلَ الظَّانِّيْنَ

“Belajarlah sebelum (datangnya) orang-orang yang mengira-ngira”

Maksudnya adalah belajarlah ilmu dari ahlinya, yang ahli tahqiq (meneliti kebenaran) dan wara’ (menjauhi perkara syubhat) sebelum mereka meninggal lalu digantikan oleh orang-orang yang berbicara ilmu dengan pendapat pribadinya dan dengan persangkaan-persangkaan yang tidak memiliki sandaran syariat.

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka fikiran kita untuk menjauhi senantiasa mempelajari ilmu agama sehingga kita memahaminya dan semoga kita termasuk orang-orang yang dikehendaki kebaikan oleh Allah SWT.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

0 komentar:

Post a Comment