Wednesday, January 8, 2025

PAHALA WISATA KULINER

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Anas Bin Malik RA, Rasul SAW bersabda :

إِنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنِ الْعَبْدِ يَأْكُلُ الْأَكْلَةَ أَوْ يَشْرَبُ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدُهُ عَلَيْهَا

“Sesungguhnya Allah ridla (sangat suka) kepada hamba-Nya yang makan atau minum lalu ia memuji-Nya. [HR Muslim]

 

Catatan Alvers

 

Makan makanan yang enak atau dalam bahasa keseharian dikenal dengan kuliner kini menjadi tren sehingga warung-warung, stand makanan hingga resto berjejer di sepanjang jalan di berbagai tempat. Bahkan tempat wisata dengan pemandangan yang indah tidak akan lengkap jika disana tidak ada tempat makan yang enak pula.

 

Bagi sebagian orang, kegiatan wisata kuliner dianggap hal yang negatif karena dianggap sebagai perilaku memperturutkan hawa nafsu. Namun ternyata kuliner dalam artian makan makanan yang enak bisa mendatangkan pahala? Kok bisa? Simak ulasan odoh kali ini.

 

Manusia merupakan makhluk yang diistimewakan oleh Allah. Allah SWT berfirman :

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam... [QS Al-Isra : 70]

At-Thabari berkata : “Allah memuliakan manusia dengan diberikannya “taslith” (kuasa) atas makhluk yang lain dan “taskhir” (ditundukkannya) mereka untuk manusia”. [Fathul Qadir]

 

Allah juga menegaskan bahwa semua yang ada di bumi ini disediakan untuk manusia. Allah SWt berfirman :

هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ لَكُمْ مَّا فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا

Dialah (Allah) yang menciptakan segala yang ada di bumi untuk kalian. [QS Al-Baqarah : 29]

 

Dari banyaknya anugerah Allah, terkadang manusia lupa sehingga Allah memerintahkan manusia untuk merenungkan apa yang ia makan setiap hari. Allah SWT berfirman :

 فَلْيَنظُرِ الإِنسَانُ إِلَى طَعَامِه

“Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya”. [QS Abasa 24]

“Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran, zaitun dan kurma, kebun-kebun (yang) lebat, dan buah-buahan serta rumput-rumputan”, [QS Abasa : 25-31]

Lalu Allah menjelaskan tujuan itu semua, yaitu :

مَّتَاعًا لَّكُمْ وَلِأَنْعَامِكُمْ

“sebagai kesenangan untuk kalian dan untuk binatang-binatang ternak kalian”. [QS Abasa : 32]

 

Dalam ayat ini ditegaskan bahwa Allah menciptakan makanan sebagai “Mata’an” (kesenangan) untuk manusia. Dan dalam ayat lain Allah memerintahkan kita memakan makanan dan mensyukurinya. Allah SWT berfirman :

كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ

Makanlah rezeki (yang dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. [QS Saba : 15]

 

Dengan demikian, jika seseorang memakan makanan yang disenanginya lalu ia bersyukur maka hal itu wujud menjalankan perintah Allah dan itu adalah perbuatan terpuji. Lihatlah Nabi Nuh, Ia digelari sebagai Hamba yang banyak bersyukur sebagaimana Allah SWT berfirman :

إِنَّهُ كَانَ عَبْدًا شَكُورًا

Sesungguhnya Nuh itu adalah hamba yang banyak bersyukur. [QS ]

 

Mengapa demikian? Sa’d bin Mas’ud berkata :

لِأَنَّهُ كاَنَ إِذَا أَكَلَ أَوْ شَرِبَ حَمِدَ اللهَ

Karena Nabi Nuh tatkala makan atau minum, ia memuji Allah. [Tafsir Ibnu Katsir]

 

Maka mensyukuri makanan adalah sifat yang terpuji. Seorang yang disebut memiliki derajat kewalian dan sirr yang setara dengan Syekh Abdul Qadir al-Jailani, Syekh Abul Hasan As-Syadzili berpesan kepada muridnya :

كُلُوا مِنْ أَطْيَبِ الطَّعَامِ وَاشْرَبُوا مِنْ أَلَذِّ الشَّرَابِ وَنَامُوا عَلَى أَوْطَأِ الْفِرَاشِ وَالْبَسُوا أَلْيَنَ الثِّيَابِ

“Makanlah makanan yang paling enak, minumlah minuman yang paling nikmat, tidurlah di atas kasur yang paling empuk, pakailah pakaian yang paling lembut. [Al-Minahus Saniyyah]

 

Banyak orang menganggap aneh dengan pesan tersebut sebab dalam benak mereka tertanam bahwa perbuatan baik itu meninggalkan kesenangan dunia yaitu menjauhi

makanan yang enak, minuman yang nikmat, tidur di atas kasur yang empuk, pakaian yang lembut. Pesan tersebut sangatlah kontras dengan keyakinan mereka selama ini. Namun pesan di atas adalah pesan seorang sufi ternama yang tidak bisa diabaikan begitu saja setiap perkataannya. Apakah tujuan dari pesan tersebut? Beliau menjelaskan :

فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا فَعَلَ ذَلِكَ وَقَالَ الْحَمْدُ للهِ يَسْتَجِيْبُ كُلَّ عُضْوٍ فِيْهِ لِلشُّكْرِ

“Karena jika seseorang di antara kalian melakukan hal itu (makan yang paling enak dst) lalu mengucapkan ‘alhamdulillah’, maka itu akan menjadikan setiap anggota tubuhnya bersyukur” [Al-Minahus Saniyyah]

 

Ya demikian alasan yang disampaikan dan memang benar demikian. Jika seseorang makan makanan yang lezat maka tidak diragukan ketika ia mengucap “Alhamdulillah” dipastikan bahwa hati dan lisannya kompak bersyukur kepada Allah sehingga ia benar-benar bersyukur.

 

Syekh Abul Hasan As-Syadzili melanjutkan pesannya : “Hal ini berbeda dengan seseorang yang makan roti gandum dengan garam (tanpa lauk), memakai pakaian dengan bahan karung, tidur beralas tanah, mimun air yang agak asin dan agak panas, lalu ia mengucap ‘alhamdulillah’ maka ia mengucap hamdalah dengan perasaan ketidaksudian dan dongkol atas takdir Allah. Jika saja ia melihat dengan mata batin maka ia akan mendapati bahwa ketidaksudian dan kedongkolan tersebut lebih condong ke dosa daripada mereka yang sungguh-sungguh menikmati dunia. Karena, mereka yang menikmati dunia itu melakukan hal yang mubah, sementara orang yang merasa tidak sudi dan dongkol itu melakukan sesuatu yang haram di sisi Allah SWT” [Al-Minahus Saniyyah]

 

Maka dalam hadits utama di atas, Rasul SAW menyatakan bahwa Allah senang kepada orang yang makan lalu mensyukuri nikmat makanan tersebut dan tentunya dalam hal ini ia memuji dengan sebenar-benarnya, bukan hanya dibibir saja. Rasul SAW bersabda : “Sesungguhnya Allah ridla (sangat suka) kepada hamba-Nya yang makan atau minum lalu ia memuji-Nya. [HR Muslim]

 

Orang yang makan lalu ia memuji Allah maka ia akan mendapat ampunan. Rasul SAW bersabda :

مَنْ أَكَلَ طَعَامًا فَقَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَطْعَمَنِي هَذَا وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي وَلَا قُوَّةٍ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barang siapa yang makan lalu ia mengucapkan “Segala puji bagi Allah yang telah memberikan makanan ini kepadaku dengan tanpa daya dan kekuatan dariku” maka diampunilah dosanya yang telah lalu. [HR Tirmidzi]

 

Disamping itu, orang yang makan dan mensyukurinya itu berpahala seperti orang yang berpuasa. Dahsyat sekali bukan? Rasul SAW bersabda :

إِنَّ لِلطَّاعِمِ الشَّاكِرِ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلَ مَا لِلصَّائِمِ الصَّابِرِ

“Sesungguhnya pahala bagi orang yang bersyukur saat makan itu seperti pahala orang yang bersabar saat berpuasa.” [HR Al-Hakim]

 

Namun demikian yang perlu diingat janganlah sampai makannya berlebih lebihan “Wala Tusrifu” sampai perut penuh dengan makanan dan minuman sehingga tidak tersisa ruang untuk bernafas. Kata orang jawa “Ngono yo ngono tapi ojo ngono”

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka fikiran kita untuk mensyukuri semua nikmat yang diberikan Allah kepada kita sehingga kita tergolong hamba-Nya yang bersyukur.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

0 komentar:

Post a Comment