ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Syuhaib RA, Rasul SAW bersabda :
خِيَارُكُمْ مَنْ أَطْعَمَ
الطَّعَامَ وَرَدَّ السَّلَامَ
“Orang terbaik di antara kalian adalah orang yang memberi
makan dan menjawab salam.” [HR Ahmad]
Catatan Alvers
Alhamdulillah program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang di
cetuskan presiden Prabowo telah mulai di realisasikan. Menurut Badan Gizi
Nasional (BGN) program tersebut telah mencakup 730 ribu penerima manfaat di 34
provinsi Per 3 Februari 2025. Dengan target penerima manfaat MBG sebesar 82,9
juta orang pertahun 2025 ini dengan anggaran APBN sebesar Rp 71 triliun. [TEMPO
CO] Meskipun sempat mendapat penolakan ketika rencana MBG dicetuskan namun
ternyata di lapangan banyak kisah yang memilukan, yang semakin menegaskan bahwa
program ini sangatlah dibutuhkan.
Ada kisah menarik ketika program MBG mulai dijalankan.
Terdapat beberapa siswa di tanah karo SUMUT memilih untuk menyisakan makanan
dan membungkusnya untuk dibawa pulang. Sementara di SD Negeri Ketaren, tak
sedikit siswa yang makan sambil meneteskan air mata saat menikmati makanan
bergizi. Saat ditanya mengapa, dia menyatakan senang mendapatkan makanan gratis,
tetapi sedih mengingat orang tuanya di rumah. [kompas com]
Fakta semacam ini menyadarkan kita bahwa di zaman modern
sekarang ini ternyata masih ada saudara kita yang masih kesulitan untuk mencari
makan. Kelaparan boleh jadi akan terus ada sepanjang masa, karena kelaparan
merupakan salah satu ujian yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Allah
berfirman :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ
الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“Sungguh, Kami akan menguji kalian dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikan kabar
gembira bagi orang-orang yang bersabar” [QS. Al Baqarah: 155]
Keberadaan sebagian besar kita yang terjamin dalam urusan
makan namun masih merasa berat untuk ibadah bahkan bermalas-malasan dalam
bekerja sungguh merupakan suatu perilaku yang tidak baik. Hal ini sebagaimana
diungkapkan oleh Al-Bushiri yang merasa dirinya dzalim ketika melihat betapa
beratnya kehidupan Nabi SAW hingga tidak makan tiga hari namun tetap beribadah
dan melakukan pekerjaan berat. Al-Bushiri berkata dalam burdahnya :
وَشَدَّ مِنْ سَغَبٍ أَحْشَاءَهُ
وَطَوٰى ۞ تَحْتَ الْحِجَارَةِ كَشْحًا مُتْرَفَ الْاَدَمِ
“(aku dzalim kepada) Nabi SAW yang mengikat perutnya
sebab lapar dan melipatnya di bawah batu pada pinggul yang halus kulitnya”
[Burdah]
Meskipun dalam keadaan lapar, Rasul SAW tetaplah
menunaikan tugas untuk mengajar. Abu Thalhah berkata :
مَرَرْتُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يُقِرئُ أَصْحَابَ الصُّفَّةِ سُورَةَ
النِّسَاءِ، وَقَدَ رَبَطَ عَلَى بَطْنِهِ حَجَرًا مِنَ الْجُوعِ
Aku berjalan dan melihat Rasul SAW sedang mengajarkan
Surat An-Nisa kepada para sahabat Ashabus Shuffah dan saat itu beliau
mengikatkan batu ke perut beliau karena rasa lapar. [HR Thabrani]
Bahkan dalam kondisi tiga hari belum makan, beliau masih
mengangkat kapak untuk memecah batu dalam perbuatan parit. Kejadian tersebut
terjadi saat akan terjadi Perang Khandaq. Jabir bin Abdillah berkata :
"Ketika kami menggali parit pada peristiwa khandaq, sebongkah batu yang
sangat keras menghalangi kami, lalu para sahabat menemui Nabi SAW, mereka
berkata, "Batu yang sangat keras ini telah menghalangi kami dalam menggali
parit, lalu beliau bersabda: "Aku sendiri yang akan turun."
Jabir berkata :
ثُمَّ قَامَ وَبَطْنُهُ مَعْصُوبٌ
بِحَجَرٍ
“Kemudian beliau berdiri (di dalam parit), sementara
perut beliau tengah diganjal dengan batu (karena lapar)”.
Semenjak tiga hari lalu kami tidak menemukan makanan yang
dapat kami rasakan, lalu Nabi SAW mengambil kapak dan memukulkan pada batu
tersebut hingga ia menjadi pecah berantakan atau hancur. [HR Bukhari]
Kelaparan pernah menimpa para sahabat dan merekapun
mengadukan kepada Nabi SAW. Abu Thalhah berkata :
شَكَوْنَا إِلَى رَسُولِ اللهِ صلى
الله عليه وسلم الْجُوْعَ ، وَرَفَعْنَا عَنْ بُطُوْنِنَا حَجَرًا حَجَرًا ،
فَرَفَعَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَنْ بَطْنِهِ حَجَرَيْنِ
Kami mengadukan kelaparan yang menimpa kami kepada Rasul
SAW dan kami mengangkat dari perut kami satu batu satu batu. Kemudian Rasulpun
mengangkat dari perut beliau sebanyak dua batu. [HR Thabrani]
Al-Mulla Al-Qari berkata :
فَيُفِيدُ أَنَّ شَدَّ الْحَجَرِ
عَلَى قَدْرِ أَلَمِ الْجُوعِ فَكُلَّمَا زِيدَ زِيدَ
Hadits tersebut memberikan pengertian bahwa mengikat batu
itu sesuai kadar lapar seseorang, jika laparnya bertambah maka batunyapun
ditambah. [Jam’ul Wasa’il Fi Syarhis Syama’il]
Ada beberapa catatan mengenai mengikat batu pada perut.
(1) Hal itu berlaku khusus bebatuan kota madinah yang disebut dengan “musbi’ah”
(yang dapat mengenyangkan). Para sahabat ketika lapar mereka mengikat batu di
perut mereka. Dengan dinginnya batu itu Allah meringankan rasa lapar dan
panasnya perut karenanya. (2) Sebagian ulama berkata : ketika menasehati orang
untuk bersabar maka dikatakan kepadanya
ارْبُطْ عَلَى قَلْبِكَ حَجَرًا
“Ikatlah batu pada hatimu”.
Seakan-akan Nabi SAW berpesan untuk bersabar. Beliau
memerintah umatnya agar bersabar baik dalam ucapan maupun tingkah laku. [Jam’ul
Wasa’il]
Ada pernyataan yang sering di share di medsos yaitu
khutbah Syeikh Abdul Qadir Al-Jilani yang merupakan khitbah terpendek dalam
sejarah. yaitu :
لُقْمَةٌ فِي بَطْنِ جَاِئِعٍ
خَيْرٌ مِنْ بِنَاءِ أَلْفِ جَامِعٍ
“Satu suap kau masukkan dalam perut orang yang lapar
lebih baik dari membangun seribu Masjid jami’.
Dan lebih baik dari memberi Ka’bah dengan kiswah dari
kain sutera. Dan lebih baik dari orang yang ruku’ untuk qiyamul lail. Dan lebih
baik dari berjihad dengan pedang yang terhunus. Dan lebih baik dari berpuasa
sepanjang tahun yang panas. Jika tepung itu masuk ke dalam perut orang yang
lapar, maka ia akan bercahaya seperti cahaya matahari yang terang benderang.
Sungguh beruntung bagi orang yang memberi makan orang yang lapar.” [Tanpa
rujukan]
Namun ternyata kisah tersebut tidak ditemukan datanya
dalam berbagai referensi, ia hanya beredar di medsos tanpa disertai rujukan
yang jelas. Maka cukuplah keterangan berikut menjelaskan keutamaan memberi
makan kepada orang yang lapar. Dikalangan sahabat ada yang suka memberi makan,
ia bernama syuhaib. Iapun ditanya mengenai motivasinya maka ia menjawab dengan
sabda Nabi SAW : “Orang terbaik di antara kalian adalah orang yang memberi
makan dan menjawab salam.” Itulah yang membuatku suka memberi makanan. [HR
Ahmad] sebagaimana tersebut dalam hadits utama di atas.
Demikian pula. Rasul SAW bersabda : “Sesungguhnya di
surga terdapat kamar-kamar yang bagian luarnya bisa dilihat dari dalamnya dan
bagian dalamnya terlihat dari luarnya.” Orang badui bertanya, “Untuk siapa itu
ya Rasul?” Beliau menjawab,
لِمَنْ أَطَابَ الْكَلَامَ
وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ
“Untuk orang yang berbicara baik, memberi makan, dan
melaksanakan shalat malam sementara orang-orang sedang tidur.” [HR Ahmad]
Maka dari itu mari kita memberi makan atau mendukung orang
untuk memberi makan dan jangan sebaliknya karena hal itu akan membuat kita
masuk dalam kategori firman Allah :
أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ
بِالدِّينِ . فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ . وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ
الْمِسْكِينِ
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang
yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
[QS Al Ma’un: 1-3]
Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka fikiran kita
untuk memberi makan kepada orang yang lapar atau mendukung mereka yang memberi
makan dan jangan sampai kita menjadi orang yang mendustakan agama.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share
sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata :
_Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka
sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]