ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasul SAW bersabda :
إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ
وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا
“Sesungguhnya
agama ini mudah. Tidak ada seorang pun yang memperberat (amalan) agama
melainkan dia akan kalah. Maka lakukanlah ibadah dengan jalan tengah, atau dekatilah
(tingkat kesempurnaan, jika tidak mampu melakukan dengan sempurna), dan
bergembiralah (dengan amalan yang istiqamah).” [HR Bukhari]
Catatan Alvers
Kita diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya. Tentunya
jika seseorang semakin banyak ibadahnya maka akan semakin baik, namun bagaimana
jika ibadah yang dilakukan menjadi beban berat untuk pelakunya. Dahulu, Nabi
SAW beribadah dengan sungguh-sungguh sehingga Aisyah kasihan sama beliau. Aisyah
berkata :
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله
عليه وسلم- إِذَا صَلَّى قَامَ حَتَّى تَفَطَّرَ رِجْلاَهُ
“Rasulullah SAW ketika melaksanakan shalat maka beliau
berdiri (lama) hingga kedua kakinya bengkak”.
Maka Aisyah RA bertanya : “Wahai Rasulullah, Apa engkau masih
melakukan (ibadah seperti) sedangkan dosamu yang telah lalu dan yang akan
datang telah diampuni.”
Lalu beliau menjawab,
يَا
عَائِشَةُ أَفَلاَ أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا
“Wahai Aisyah, bukankah seharusnya aku menjadi hamba yang
banyak bersyukur?”. [HR Muslim]
Kisah di atas diabadikan oleh Al-Bushiri di dalam
burdahnya, ia berkata :
ظَلَمْتُ سُنّةَ مَنْ أَحْيَا
الظَّلَامَ إِلىٰ ۞ أَنِ اشْتَكَتْ قَدَمَاهُ الضّرّ مِنْ وَرَمِ
“Aku dzalim terhadap sunnah seorang yang menghidupkan (shalat)
malam hingga bengkak kedua kakinya” [Burdah]
Syeikh As-Shawy berkata : Dahulu Nabi SAW
bersungguh-sungguh dalam shalat tahajjudnya. Beliau shalat semalaman full
dengan berdiri dengan bertumpu di atas satu kaki, sementara kaki lainnya
diistirahatkan karena kelelahan. [Tafsir As-Shawy]
Kondisi beliau yang seperti ini menjadikan beliau sebagai
bahan olok-olokan dari orang-orang kafir sehingga mereka (Abu Jahal dan An-Nadlr
ibnul Harits) berkata kepada beliau : Sungguh engkau payah sebab meninggalkan agama
kami,
إِنَّكَ لَتَشْقَى بِتَرْكِ دِيْنِنَا وَإِنَّ الْقُرْآنَ أُنْزِلَ
عَلَيْكَ لِتَشْقَى بِهِ
Sungguh engkau payah sebab meninggalkan agama kami, dan
sesungguhnya Al-Qur’an diturunkan kepadamu supaya kamu kepayahan. [Tafsir As-Shawy]
Mendengar perkataan mereka, maka Allah SWT menurunkan Surat
Thaha, Yaitu :
طه. مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ
الْقُرْآنَ لِتَشْقَى. إِلَّا تَذْكِرَةً لِمَنْ يَخْشَى
Thaha. Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar
kamu menjadi susah (berat dan payah). Tetapi sebagai peringatan bagi orang yang
takut (kepada Allah). [QS Thaha : 1-3]
Syeikh As-Shawy berkata : Maka dengan ayat ini, Allah
memerintahkan beliau agar meringankan ibadahnya atas dirinya sendiri sehingga
mulai saat itu beliau tidak lagi shalat semalaman akan tetapi beliau shalat dan
juga tidur di malam hari dan kalau berdiri ketika shalat beliau bertumpu di
atas dua kaki. [Tafsir As-Shawy]
Maka dengan demikian agama ini menjadi mudah. Dan Allah
SWT berfirman :
يُرِيدُ
اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
Allah menghendaki kemudahan bagi kamu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu. [QS al-Baqarah :185].
Dalam hadits utama beliau bersabda : “Sesungguhnya agama
ini mudah. Tidak ada seorang pun yang memperberat (amalan) agama melainkan dia
akan kalah. Maka lakukanlah ibadah dengan jalan tengah, atau dekatilah (tingkat
kesempurnaan, jika tidak mampu melakukan dengan sempurna), dan bergembiralah
(dengan amalan yang istiqamah).” [HR Bukhari]
Menurut Imam Ibnu Hajar Al-Asqalany bahwa “Tidaklah
seseorang mempersulit agama” maksudnya seseorang melakukan satu amalan agama dengan
diberat-beratkan kecuali ia akan lemah, tidak mampu melaksanakan dan akhirnya
ia meninggalkan amalan tersebut sehingga ia kalah. Bukan berarti seseorang
dilarang untuk melakukan satu ibadah dengan cara yang lebih paling sempurna
akan tetapi yang dilarang adalah berlebih-lebihan yang mendatangkan bosan atau bersungguh-sungguh
di dalam ibadah sunnah yang menyebabkan ia kehilangan ibadah yang afdhal
seperti kasus ada orang yang qiyamul lail semalaman lalu di akhir malam ia
ketiduran dan bangunnya telat sehingga ia ketinggalan shalat subuh berjamaah
atau bahkan kesiangan. [Fathul Bari]
Dan Nabi SAW juga bersabda:
إِنَّكُمْ لَنْ تَنَالُوا
هَذَا الْأَمْرَ بِالْمُغَالَبَةِ إِنَّ خَيْرَ دِينِكُمْ أَيْسَرُهُ
Sungguh kalian tidak akan mendapatkan agama ini dengan kuiat-kuatan.
Sesungguhnya sebaik-baik agama kalian adalah yang paling mudah[HR Ahmad]
Dipahami dari hadits ini akan dianjurkannya mengambil
rukhsah (keringanan) dalam ibadah. Al-Asqalani berkata :
فَإِنَّ الْأَخْذَ بِالْعَزِيْمَةِ
فِي مَوْضِعِ الرُّخْصَةِ تَنَطُّعٌ
Melakukan ibadah “Azimah” (pokok, seperti
shalat dzuhur dengan 4 rekaat, atau berwudlu dengan air) saat diperbolehkan “Rukhshah”
(keringanan, seperti qashar shalat duhur dengan 2 rekaat saat di perjalanan
atau tayammum dengan debu saat diperbolehkan) adalah perilaku “Tanatthu’ (berlebih-lebihan).
[Fathul Bari]
Hal itu sebagaimana Rasul SAW bersabda :
هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُوْنَ
“Celakalah orang yang berlebih-lebihan (dalam agama) 3x.”
[HR Muslim]
Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka fikiran kita
untuk menjalani agama sesuai dengan kemampuan kita sehingga kita bisa
melakukannya dengan istiqamah.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share
sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata :
_Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka
sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]
0 komentar:
Post a Comment