Tuesday, February 4, 2025

PROGRAM MAKAN GRATIS

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Syuhaib RA, Rasul SAW bersabda :

خِيَارُكُمْ مَنْ أَطْعَمَ الطَّعَامَ وَرَدَّ السَّلَامَ

“Orang terbaik di antara kalian adalah orang yang memberi makan dan menjawab salam.” [HR Ahmad]

 

Catatan Alvers

 

Alhamdulillah program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang di cetuskan presiden Prabowo telah mulai di realisasikan. Menurut Badan Gizi Nasional (BGN) program tersebut telah mencakup 730 ribu penerima manfaat di 34 provinsi Per 3 Februari 2025. Dengan target penerima manfaat MBG sebesar 82,9 juta orang pertahun 2025 ini dengan anggaran APBN sebesar Rp 71 triliun. [TEMPO CO] Meskipun sempat mendapat penolakan ketika rencana MBG dicetuskan namun ternyata di lapangan banyak kisah yang memilukan, yang semakin menegaskan bahwa program ini sangatlah dibutuhkan.

 

Ada kisah menarik ketika program MBG mulai dijalankan. Terdapat beberapa siswa di tanah karo SUMUT memilih untuk menyisakan makanan dan membungkusnya untuk dibawa pulang. Sementara di SD Negeri Ketaren, tak sedikit siswa yang makan sambil meneteskan air mata saat menikmati makanan bergizi. Saat ditanya mengapa, dia menyatakan senang mendapatkan makanan gratis, tetapi sedih mengingat orang tuanya di rumah. [kompas com] 

 

Fakta semacam ini menyadarkan kita bahwa di zaman modern sekarang ini ternyata masih ada saudara kita yang masih kesulitan untuk mencari makan. Kelaparan boleh jadi akan terus ada sepanjang masa, karena kelaparan merupakan salah satu ujian yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Allah berfirman :

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

“Sungguh, Kami akan menguji kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikan kabar gembira bagi orang-orang yang bersabar” [QS. Al Baqarah: 155]

 

Keberadaan sebagian besar kita yang terjamin dalam urusan makan namun masih merasa berat untuk ibadah bahkan bermalas-malasan dalam bekerja sungguh merupakan suatu perilaku yang tidak baik. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Al-Bushiri yang merasa dirinya dzalim ketika melihat betapa beratnya kehidupan Nabi SAW hingga tidak makan tiga hari namun tetap beribadah dan melakukan pekerjaan berat. Al-Bushiri berkata dalam burdahnya :

وَشَدَّ مِنْ سَغَبٍ أَحْشَاءَهُ وَطَوٰى ۞ تَحْتَ الْحِجَارَةِ كَشْحًا مُتْرَفَ الْاَدَمِ

“(aku dzalim kepada) Nabi SAW yang mengikat perutnya sebab lapar dan melipatnya di bawah batu pada pinggul yang halus kulitnya” [Burdah]

 

Meskipun dalam keadaan lapar, Rasul SAW tetaplah menunaikan tugas untuk mengajar. Abu Thalhah berkata :

مَرَرْتُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يُقِرئُ أَصْحَابَ الصُّفَّةِ سُورَةَ النِّسَاءِ، وَقَدَ رَبَطَ عَلَى بَطْنِهِ حَجَرًا مِنَ الْجُوعِ

Aku berjalan dan melihat Rasul SAW sedang mengajarkan Surat An-Nisa kepada para sahabat Ashabus Shuffah dan saat itu beliau mengikatkan batu ke perut beliau karena rasa lapar. [HR Thabrani]

 

Bahkan dalam kondisi tiga hari belum makan, beliau masih mengangkat kapak untuk memecah batu dalam perbuatan parit. Kejadian tersebut terjadi saat akan terjadi Perang Khandaq. Jabir bin Abdillah berkata : "Ketika kami menggali parit pada peristiwa khandaq, sebongkah batu yang sangat keras menghalangi kami, lalu para sahabat menemui Nabi SAW, mereka berkata, "Batu yang sangat keras ini telah menghalangi kami dalam menggali parit, lalu beliau bersabda: "Aku sendiri yang akan turun."

Jabir berkata :

ثُمَّ قَامَ وَبَطْنُهُ مَعْصُوبٌ بِحَجَرٍ

“Kemudian beliau berdiri (di dalam parit), sementara perut beliau tengah diganjal dengan batu (karena lapar)”.

Semenjak tiga hari lalu kami tidak menemukan makanan yang dapat kami rasakan, lalu Nabi SAW mengambil kapak dan memukulkan pada batu tersebut hingga ia menjadi pecah berantakan atau hancur. [HR Bukhari]

 

Kelaparan pernah menimpa para sahabat dan merekapun mengadukan kepada Nabi SAW. Abu Thalhah berkata :

شَكَوْنَا إِلَى رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم الْجُوْعَ ، وَرَفَعْنَا عَنْ بُطُوْنِنَا حَجَرًا حَجَرًا ، فَرَفَعَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَنْ بَطْنِهِ حَجَرَيْنِ

Kami mengadukan kelaparan yang menimpa kami kepada Rasul SAW dan kami mengangkat dari perut kami satu batu satu batu. Kemudian Rasulpun mengangkat dari perut beliau sebanyak dua batu. [HR Thabrani]

 

Al-Mulla Al-Qari berkata :

فَيُفِيدُ أَنَّ شَدَّ الْحَجَرِ عَلَى قَدْرِ أَلَمِ الْجُوعِ فَكُلَّمَا زِيدَ زِيدَ

Hadits tersebut memberikan pengertian bahwa mengikat batu itu sesuai kadar lapar seseorang, jika laparnya bertambah maka batunyapun ditambah. [Jam’ul Wasa’il Fi Syarhis Syama’il]

 

Ada beberapa catatan mengenai mengikat batu pada perut. (1) Hal itu berlaku khusus bebatuan kota madinah yang disebut dengan “musbi’ah” (yang dapat mengenyangkan). Para sahabat ketika lapar mereka mengikat batu di perut mereka. Dengan dinginnya batu itu Allah meringankan rasa lapar dan panasnya perut karenanya. (2) Sebagian ulama berkata : ketika menasehati orang untuk bersabar maka dikatakan kepadanya

ارْبُطْ عَلَى قَلْبِكَ حَجَرًا

“Ikatlah batu pada hatimu”.

Seakan-akan Nabi SAW berpesan untuk bersabar. Beliau memerintah umatnya agar bersabar baik dalam ucapan maupun tingkah laku. [Jam’ul Wasa’il]

 

Ada pernyataan yang sering di share di medsos yaitu khutbah Syeikh Abdul Qadir Al-Jilani yang merupakan khitbah terpendek dalam sejarah. yaitu :

لُقْمَةٌ فِي بَطْنِ جَاِئِعٍ خَيْرٌ مِنْ بِنَاءِ أَلْفِ جَامِعٍ

“Satu suap kau masukkan dalam perut orang yang lapar lebih baik dari membangun seribu Masjid jami’.

Dan lebih baik dari memberi Ka’bah dengan kiswah dari kain sutera. Dan lebih baik dari orang yang ruku’ untuk qiyamul lail. Dan lebih baik dari berjihad dengan pedang yang terhunus. Dan lebih baik dari berpuasa sepanjang tahun yang panas. Jika tepung itu masuk ke dalam perut orang yang lapar, maka ia akan bercahaya seperti cahaya matahari yang terang benderang. Sungguh beruntung bagi orang yang memberi makan orang yang lapar.” [Tanpa rujukan]

 

Namun ternyata kisah tersebut tidak ditemukan datanya dalam berbagai referensi, ia hanya beredar di medsos tanpa disertai rujukan yang jelas. Maka cukuplah keterangan berikut menjelaskan keutamaan memberi makan kepada orang yang lapar. Dikalangan sahabat ada yang suka memberi makan, ia bernama syuhaib. Iapun ditanya mengenai motivasinya maka ia menjawab dengan sabda Nabi SAW : “Orang terbaik di antara kalian adalah orang yang memberi makan dan menjawab salam.” Itulah yang membuatku suka memberi makanan. [HR Ahmad] sebagaimana tersebut dalam hadits utama di atas.

 

Demikian pula. Rasul SAW bersabda : “Sesungguhnya di surga terdapat kamar-kamar yang bagian luarnya bisa dilihat dari dalamnya dan bagian dalamnya terlihat dari luarnya.” Orang badui bertanya, “Untuk siapa itu ya Rasul?” Beliau menjawab,

لِمَنْ أَطَابَ الْكَلَامَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ

“Untuk orang yang berbicara baik, memberi makan, dan melaksanakan shalat malam sementara orang-orang sedang tidur.” [HR Ahmad]

 

Maka dari itu mari kita memberi makan atau mendukung orang untuk memberi makan dan jangan sebaliknya karena hal itu akan membuat kita masuk dalam kategori firman Allah :

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ . فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ . وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ

Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. [QS Al Ma’un: 1-3]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka fikiran kita untuk memberi makan kepada orang yang lapar atau mendukung mereka yang memberi makan dan jangan sampai kita menjadi orang yang mendustakan agama.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

0 komentar:

Post a Comment