ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasul SAW bersabda:
وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا
“Tidaklah Allah menambah kepada seorang hamba karena memaafkan kecuali menambah kemuliaan untuknya” [HR. Muslim]
Catatan Alvers
Rasul SAW memberikan teladan untuk memaafkan orang-orang yang telah menyakiti beliau. Ketika beliau berada di thaif, beliau disoraki, diusir bahkan dilempari batu hingga kaki beliau berdarah. Namun tatkala malaikat gunung menawarkan untuk membalas dendam dengan melempari gunung-gunung ke arah penduduk thaif maka Rasul SAW bersabda :
بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ مِنْ أَصْلَابِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ وَحْدَهُ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا
Tidak, Aku mengharap agar Allah mengeluarkan dari tulang rusuk mereka generasi yang menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan apapun. [HR Bukhari]
Memaafkan juga merupakan perlaku nabi-nabi terdahulu. Abdullah Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Nabi SAW menceritakan salah seorang diantara Nabi-nabi terdahulu, ia dipukuli kaumnya hingga berdarah dan ia mengusap darah dari wajahnya sambil berkata :
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِي فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
Ya Allah, ampunilah kaumku karena mereka tidak tahu. [HR Bukhari]
Maka memberi maaf adalah perilaku yang mulia hingga Nabi SAW bersabda pada hadits utama : “Tidaklah Allah menambah kepada seorang hamba karena memaafkan kecuali menambah kemuliaan untuknya” [HR. Muslim]. Maka maafkanlah! Meskipun kita belum bisa melupakan kesalahannya. Yakinlah waktu akan menghapus jejaknya. Namun jika belum memaafkannya maka jangan harap kita bisa melupakan satu kesalahan selamanya.
Rasul SAW memaafkan wahsy, si pembunuh paman beliau ; Hamzah, meskipun beliau tidak bisa melupakan kisah pilu kematian paman beliau. Ketika Rasul SAW bertemu dengan Wahsy, dalam keadaan ia sudah masuk Islam dan beliau memaafkannya maka Rasul SAW bertanya apakah benar engkau adalah Wahsy? Wahsy menjawab : iya benar. Rasul SAW lalu bersabda :
فَهَلْ تَسْتَطِيعُ أَنْ تُغَيِّبَ وَجْهَكَ عَنِّي
“Bisakah kau menjauhkan mukamu dari pandanganku?” [HR Bukhari]
Berilah maaf kepada orang lain karena kitapun juga pasti memiliki kesalahan kepada orang lain. Rasul SAW mengecam mereka yang tidak mau memaafkan kesalahan orang lain. Rasul SAW bersabda :
مَنْ اعْتَذَرَ إِلَى أَخِيهِ بِمَعْذِرَةٍ فَلَمْ يَقْبَلْهَا كَانَ عَلَيْهِ مِثْلُ خَطِيئَةِ صَاحِبِ مَكْسٍ
Barang siapa meminta maaf kepada saudaranya dengan satu permintaan maaf namun ia tidak menerima permintaan maafnya maka ia akan mendapat dosa seperti dosanya penarik pungli (pungutan liar). [HR Ibnu Majah]
Tidak hanya memaafkan setelah dimintai maaf, Rasul SAW juga menganjurkan kita memaafkan sebelum diminta bahkan sebelum kesalahan itu terjadi. Anas bin Malik RA berkata : Rasul SAW sering melontarkan statement ini :
أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَكُونَ مِثْلَ أَبِي ضَمْضَمٍ
“Apakah salah seorang di antara kalian tidak mampu berbuat seperti yang dilakukan Abu Dlamdlam?”
Para sabahat bertanya: siapakah Abu Dlamdlam itu?” Nabi SAW menjawab : Ia adalah lelaki yang hidup pada zaman sebelum kita. Di pagi hari ia berkata :
اللهم إِنِّي أَتَصَدَّقُ الْيَوْمَ بِعِرْضِي عَلَى مَنْ ظَلَمَنِي
“Ya Allah, hari ini Aku bersedekah dengan harga diriku (kehormatanku) kepada orang yang mendzalimiku”. [HR Baihaqi]
Imam Nawawi menjelaskan bahwa maksudnya adalah ia tidak akan menuntut segala kedzaliman yang dilakukan oleh orang lain terhadapnya. [Al-Adzkar] dan Al-Jasshah berkata : Abu dlamdlam menjadikan bersabar atas perlaku jelek orang lain kepadanya sebagai sedekah dengan harga dirinya kepada mereka. [Ahkamul Qur’an]
Di zaman Rasul SAW, ada seorang sahabat yang memiliki perilaku memaafkan seperti Abu dlamdlam di zaman dahulu, dia adalah Ulbah bin Zaid Al-Haritsi. Abu Nuaim Al-Asbihani meriwayatkan bahwa Ketika Rasul SAW memotivasi orang-orang saat itu untuk mengeluarkan zakat (sedekah) maka Ulbah berkata : “Ya Allah, aku tidak memiliki apa-apa untuk aku sedekahkan. Aku hanya memiliki kayu penopang wadah air dari kulit dan bantal yang berisi rumput kering”. Lalu ia berkata :
اللهم إِنِّي أَتَصَدَّقُ بِعِرْضِي عَلَى مَنْ نَالَهُ مِنَ النَّاسِ
“Ya Allah, sesunguhnya Aku bersedekah dengan harga diriku kepada setiap orang yang mencaci-maki Aku”.
Di pagi harinya, Rasul SAW menyuruh orang untuk mengumumkan “Manakah orang yang tadi malam bersedekah dengan harga dirinya?” namun semua orang terdiam, sehingga pengumuman tersebut diulangi hingga tiga kali dan barulah Ulbahpun menjawab. Ketika Nabi melihat kepada Ulbah, maka beliau bersabda :
أَلَا إِنَّ اللهَ قَدْ قَبِلَ صَدَقَتَكَ يَا أَبَا مُحَمَّدٍ
“Ketahuilah, sesungguhnya Allah telah menerima sedekahmu wahai Abu Muhammad (Ulbah)” [Ma’rifatus Shahabah]
dan kisah yang sama diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman dengan tanpa menyebut nama secara spesifik.
Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati dan pikiran kita agar memaafkan kesalahan orang lain, apakah orang yang bersalah itu meminta maaf kepada kita ataukah tidak. Bahkan kita memaafkan sebelum kejadian dengan berharap Allah akan memaafkan kesalahan kita.
Salam Satu Hadits,
Dr. H. Fathul Bari, SS., M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Sarana Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani
Ayo Mondok! Mondok itu Keren!
WhatsApp Center : 0858-2222-1979
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]
0 komentar:
Post a Comment