ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasul SAW bersabda :
لَتُؤَدُّنَّ الْحُقُوقَ إِلَى
أَهْلِهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُقَادَ لِلشَّاةِ الْجَلْحَاءِ مِنْ
الشَّاةِ الْقَرْنَاءِ
“Sesungguhnya besok pada hari kiamat semua hak akan dikembalikan kepada
pemiliknya, sehingga kambing yang tak bertanduk diberi kesempatan untuk
membalas kambing yang bertanduk. [HR Muslim]
Catatan Alvers
Setiap perbuatan kita di dunia akan dicatat secara detail, tak ada yang
terlewatkan sekecil apapun perbuatan itu. Lalu di akhirat kelak didatangkanlah
balasan dari setiap amalan tersebut. Allah SWT berfirman : “Dan diletakkanlah
kitab (catatan amal), lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan
terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata” :
يَٰوَيْلَتَنَا مَالِ هَٰذَا ٱلْكِتَٰبِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً
وَلَا كَبِيرَةً إِلَّآ أَحْصَىٰهَا
"Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang
kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya..” [QS
al-kahfi : 49]
Syeikh Nawawi Al-Bantani berkata : Allah Ta’ala akan mengumpulkan hewan
ternak dan burung-burung pada hari
kiamat dengan murni kehendak dan tuntutan ketuhanan.
Diriwayatkan bahwa “Besok pada hari kiamat semua hak akan dikembalikan
kepada pemiliknya, sehingga kambing yang tak bertanduk diberi kesempatan untuk
membalas kambing yang bertanduk”. Para Mufassir berkata : Allah SWT setelah
memberikan pembalasan kepada binantang-binatang tersebut lalu menjadikannya
sebagai debu. Dan saat melihat hal itu, orang-orang kafir berkata :
يَالَيْتَنِى كُنتُ تُراباً
Aduhai seandainya aku menjadi debu. [QS An-Naba : 4] [Marahu Labid]
Maka dari itu hendaklah kita meminta maaf atas setiap kesalahan kepada
orang lain sebelum ajal kita tiba dan kesalahan itu dicatat dalam catatan amal
kita. Rasul SAW bersabda : “Barang siapa yang mendzalimi saudaranya pada
kehormatan atau sesuatu (dari hartanya) maka hendaknya ia meminta maaf
kepadanya hari ini, Sebelum tibanya hari dimana tidak ada lagi dinar dan
dirham. Pada saat itu bila ia mempunyai amal shalih maka amal itu akan diambil
sesuai kadar kedzalimannya”.
وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ
أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ
“Bila ia tidak memiliki amal kebaikan, maka keburukan saudaranya akan
diambil kemudian dibebankan kepadanya”. [HR Bukhari]
Jangan sampai kita menjadi orang yang punya banyak pahala namun
pahalanya ludes karena dibarter dengan setiap kesalahannya kepada orang lain
dan akhirnya menjadi orang yang bangkrut. Dari Abu Hurairah RA, Rasul SAW
bersabda:
أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ
“Tahukah Kalian, siapakah muflis (orang yang bangkrut) itu?”
Para sahabat menjawab :
الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ
لَهُ وَلَا مَتَاعَ
“Di kalangan kami, muflis itu adalah seorang yang tidak mempunyai dirham
dan harta benda”.
Nabi bersabda : “Muflis di antara umatku itu ialah seseorang yang kelak
di Hari Kiamat datang dengan membawa pahala ibadah shalatnya, ibadah puasanya dan
ibadah zakatnya. Di samping itu dia juga membawa dosa berupa makian pada orang
ini, menuduh yang ini, menumpahkan darah yang ini serta menyiksa yang ini. Lalu
diberikanlah pada yang ini sebagian pahala kebaikannya, juga pada yang lain.”
فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ
أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ
طُرِحَ فِي النَّارِ
“Sewaktu kebaikannya sudah habis padahal dosa belum terselesaikan, maka
diambillah dosa-dosa mereka itu semua dan ditimpakan kepada dirinya. Kemudian
dia dihempaskan ke dalam neraka”. [HR Muslim]
Rasul SAW sendiri memberikan contoh bagaimana terbebas dari tuntutan
orang lain di akhirat, beliau memberkan kesempatan kepada orang lain untuk
membalasnya jika ia tidak merelakan dan memaafkan. Suatu ketika Rasul SAW
meluruskan barisan tentara kaum muslimin. Dan saat itulah terjadi kejadian yang
mengherankan. Beliau meluruskan barisan dengan tongkat.
Terdapat seseorang bernama Sawad bin Ghaziyah yang agak maju dari
barisan sehingga beliau memukul perutnya dengan tongkat sambil berkata :
luruskan wahai sawad. Sawad berkata : Wahai Rasulullah, engkau telah
menyakitiku maka berilah kesempatan keapdaku untuk membalasnya. Rasulpun
mempersilahkan sambil membuka perut beliau untuk dipukul. Sawad langsung
merangkul Rasul dan mencium perutnya. Rasulpun bertanya : kenapa kau berbuat
demikian? Sawad menjawab :
يا رسول الله، قَدْ حَضَرَ مَا تَرَى،
فَأَرَدْتُ أَنْ يَكُوْنَ آخِرُ الْعَهْدِ بِكَ أَنْ يَمَسَّ جِلْدِي جِلْدَكَ
Wahai Rasul, telah terjadi apa yang kau lihat, dan aku ingin keadaan
terakhirku denganmu adalah kulitku dapat menyentuh kulitmu. Lalu Rasul Saw
mendoakan kebaikan kepadanya. [Ar-Rahiqul Makhtum]
Kisah tersebut mirip dengan kisah yang populer yang terjadi pada
Ukasyah, namun hadits mengenai Ukasyah yang terdapat dalam Al-Mu’jam al-Kabir
tersebut dinyatakan oleh Ibnul Jawzi sebagai hadits palsu di dalam kitab
al-Mawdlu’at sehingga tidak boleh diriwayatkan.
Namun ketika kita sudah berusaha membebaskan diri dari hak orang lain akan
tetapi karena ada satu halangan yang membuat terlewatkan maka semoga hadits
berikut menjadi pelipur lara dan kenyataan baik. Sahabat Anas bin Malik RA
meriwayatkan bahwa pada suatu hari, Rasul SAW sedang berkumpul dengan para
sahabatnya. Tiba-tiba Rasul SAW tertawa
ringan sampai terlihat gigi depannya. Lantas Sayyidina Umar RA, bertanya :
يَا رَسُوْلَ اللهِ بِأَبِي أَنْتَ
وَأُمِّي مَا الَّذِي أَضْحَكَكَ؟
"Apa yang membuatmu tertawa wahai Rasulullah ? "
Rasul SAW menjawab : Ada dua orang yang duduk bersimpuh di hadapan Allah
SWT. Orang pertama mengadu kepada Allah sambil berkata :" Ya Rabb,
ambilkan kebaikan dari orang ini untukku karena dulu ia pernah berbuat zalim
kepadaku. Allah berfirman : Berikanlah pahalamu kepadanya. Orang kedua menjawab
: Ya Rabb, sudah habis pahalaku tak tersisa sedikitpun. Allah SWT berfirman :
Bagaimana mungkin Aku mengambil kebaikan saudaramu ini, karena sudah tidak
tersisa pahala kebaikan di dalam dirinya sama sekali. Orang pertama berkata
:" Ya Rabb, kalau begitu, biarlah dosa-dosaku dipikul olehnya.
"Sampai di sini, Rasul SAW menangis. Rasul bersabda :
إِنَّ ذاَكَ الْيَوْمَ عَظِيْمٌ
يَحْتَاجُ النَّاسُ أَنْ يُحْمَلَ عَنْهُمْ مِنْ أَوْزَارِهِمْ
"Hari itu adalah hari yang begitu mencekam, di mana setiap manusia
ingin agar ada orang lain yang memikul dosa-dosanya”.
Lalu Allah SWT berfirman kepada orang yang mengadu tadi :" Sekarang
angkat pandanganmu! Dan lihatlah ke surga, lalu ia berkata :" Ya Rabb, aku
melihat ada kota yang terbuat dari perak dan istana-istana yang terbuat dari
emas, yang dihiasi dengan intan berlian! Milik Nabi siapakah itu? Ataukah
shiddiq atau Syuhada?”. Allah SWT berfirman :" Istana itu diberikan kepada
orang yang mampu membayar harganya”. Orang itu berkata :" Siapakah yang
mampu membayar harganya, ya Rabb ?" Allah SWT berfirman : "Engkaupun
mampu membayar harganya dengan cara engkau maafkan saudaramu itu”. Orang itu
berkata : "Ya Rabb, sungguh aku memaafkannya”. Allah SWT berfirman :
خُذْ بِيَدِ أَخِيْكَ فَأَدْخِلْهُ
الْجَنَّةَ.
"Kalau begitu, gandeng tangan saudaramu itu, dan ajak ia masuk
Surga! [HR Al-Hakim] [Ihya]
Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka
hati dan pikiran kita agar senantiasa membebaskan diri dari hak orang lain baik
dari harta maupun dalam harga dirinya.
Salam Satu Hadits,
Dr. H. Fathul Bari, SS., M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Sarana Santri ber-Wisata Rohani Wisata
Jasmani
Ayo Mondok! Mondok itu Keren!
WhatsApp Center : 0858-2222-1979
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share
sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata :
_Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka
sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]
0 komentar:
Post a Comment