ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dalam As-Syama’il
Al-Muhammadiyah bahwa Aisyah RA berkata :
مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مُنْتَصِرًا مِنْ مَظْلَمَةٍ
ظُلِمَهَا قَطُّ
Aku tidak pernah sama
sekali melihat Rasul SAW membalas atas kedzaliman yang menimpa pribadi beliau. [HR
Tirmidzi]
Catatan Alvers
Kebanyakan orang
mengira bahwa “husnul khuluq” (budi pekerti) itu adalah berbuat baik kepada
orang lain. Mereka lupa bahwa hal itu tidaklah cukup, tetapi ada yang lain dan
ini justru lebih penting. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Imam Ghazali :
فَإِنَّ حُسْنَ الْخُلُقِ اِحْتِمَالُ الْأَذَى
Sesungguhnya budi pekerti
itu menerima (dengan sabar) perbuatan jelek orang lain (kepada kita). [Ihya
Ulumiddin]
Rasul SAW tidak membalaskan
kedzaliman yang menimpa pribadi beliau, Sebagaimana hadits utama di atas. Al-Qurtubi
meriwayatkan bahwa ketika terjadi perang uhud, gigi Rasul SAW terlepas dan
wajah beliau terluka dan hal ini menjadikan para sahabat merasa berat sekali.
Mereka berkata : Doakan saja mereka agar segera binasa! Maka beliau menjawab :
إِنِّي لَمْ أُبْعَثْ لَعَّانًا وَلَكِنِّي بُعِثْتُ دَاعِيًا وَرَحْمَةً، اَللهم
اغْفِرْ لِقَوْمِي فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ
Aku tidaklah diutus
untuk melaknat (mendoakan jelek) namun aku diutus untuk mengajak mereka dan
menebarkan kasih sayang. Ya Allah, ampunilah kaumku karena sesungguhnya mereka
tidak mengetahui (kebenaran) [Al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an]
Rasul SAW tidak ingin
membalas kejelekan dengan kejelekan walaupun sekedar dengan doa kejelekan, karena
mendoakan jelek kepada orang yang berbuat jelek kepada kita itu artiya kita
membalas kejelekan dengan kejelekan. Rasul SAW bersabda :
مَنْ دَعَا عَلَى مَنْ ظَلَمَهُ فَقَدِ انْتَصَرَ
Barang siapa
mendoakan jelek kepada orang yang mendzaliminya maka sungguh ia telah
membalasnya. [HR Tirmidzi]
Rasul SAW adalah
pribadi yang bersabar atas perbuatan jelek orang lain. Anas bin Malik RA berkata; Aku berjalan bersama Rasulullah SAW, ketika
itu beliau mengenakan kain (selimut) Najran (daerah antara hijaz dan yaman) yang
kasar ujungnya, lalu ada seorang Arab badui (pedalaman) yang menemui beliau dan
Ia langsung menarik beliau dengan keras. Hingga Aku melihat permukaan bahu
beliau membekas lantaran ujung selimut akibat tarikan Arab badui yang kasar tadi.
Arab badui tersebut berkata;
مُرْ لِي مِنْ مَالِ اللَّهِ الَّذِي عِنْدَكَ
"Berikan kepadaku dari harta
Allah yang ada padamu",
maka beliau menoleh kepadanya
diiringi senyum serta menyuruh salah seorang sahabat untuk memberikan sesuatu
kepadanya." [HR Bukhari]
Perilaku seperti ini bukanlah pekerti
khusus untuk beliau karena beliau juga menganjurkan kepada para sahabat. Ada seorang lelaki mendatangi
Rasul SAW guna mengadukan kedzaliman yang menimpanya. Rasul SAW mempersilahkan
orang tersebut agar duduk. Ia ingin membalaskan kedzalimannya lalu beliau
bersabda :
إِنَّ الْمَظْلُوْمِيْنَ
هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Sesungguhnya
orang-orang yang didzalimi, mereka itulah orang-orang yang beruntung pada hari
kiamat kelak.
Setelah mendengar
hadits ini maka ia tidak lagi ingin membalaskan dendamnya kepada orang yang
telah mendzaliminya. [Ihya Ulumiddin]
Suatu
ketika ada seorang lelaki
berkata kepada Rasul SAW: “Sesungguhnya aku
mempunyai kerabat, aku selalu menyambung tali silaturahim
dengan mereka tetapi mereka
selalu memutuskannya, aku berbuat baik kepada mereka akan tetapi mereka berbuat
jelek kepadaku,
aku berlaku bijak (dalam berucap) akan tetapi mereka berlaku bodoh (dengan
perkataan jelek mereka)”.
Rasul SAW kemudian bersabda :
لَئِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ فَكَأَنَّمَا تُسِفُّهُمْ الْمَلَّ وَلَا يَزَالُ
مَعَكَ مِنْ اللَّهِ ظَهِيرٌ عَلَيْهِمْ مَا دُمْتَ عَلَى ذَلِكَ
Jika
demikian keadaannya maka engkau seakan-akan memberi makanan kepada mereka berupa
abu yang panas dan
Allah senantiasa akan memberikan pertolongan kepadamu atas mereka selama kau dalam keadaan seperti
itu. [HR Muslim]
Mengapa
Rasul Saw menjawab demikian? Rasul SAW menyamakan perbuatan baik yang mereka
terima seperti makanan, namun karena mereka tidak mau membalas kebaikannya maka
makanan tadi diserupakan dengan abu yang panas yang membahayakan diri mereka sendiri.
Dan di sisi lain, sama sekali tidak ada bahaya yang mengenai orang yang memberikannya.
Ulama terdahulu
meneladani perilaku Nabi SAW ini dengan baik. Dikisahkan bahwa pada suatu hari Ibrahim bin adham sedang melakukan perjalanan ke suatu tempat. Di tengah
jalan, Ibrahim bertemu dengan seorang tentara. Tentara itu berkata :
Apakah kamu seorang hamba? Ibrahim menjawab : Iya. Tentara bertanya : Dimana
letak pemukiman? Ibrahim menunjuk ke arah kuburan. Merasa dipermainkan maka
tentara itu memukul kepala ibrahim hingga berdarah. Beberapa saat kemudian
banyak orang berdatangan dan memberi tahu bahwa orang yang dipukul itu adalah Syeikh
Ibrahim bin Adham. Mengetahui hal itu maka sang tentara langsung turun dari
kudanya dan bersimpuh, mencium tangan dan kaki syeikh ibrahim sembari meminta
maaf kepadanya. Syeikh Ibrahim berkata : Ketika tentara itu memukul kepalaku
maka saat itu aku memohonkan surga untuknya. Orang-orang bertanya kepo : “Mengapa
bisa demikian, bukankah engkau didzalimi?”
Syeikh Ibrahim menjawab
:
عَلِمْتُ أَنَّنِي
أُؤْجَرُ عَلَى مَا نَالَنِي مِنْهُ فَلَمْ أُرِدْ أَنْ يَكُوْنَ نَصِيْبِي مِنْهُ
الْخَيْرَ وَنَصِيْبُهُ مِنِّي الشَّرَّ
Aku manyadari bahwa
aku mendapat pahala dari perbuatannya maka dari itu aku tidak ingin (aku saja
yang) mendapatkan kebaikan darinya sementara ia mendapatkan kejelekan dariku.
[Ihya Ulumiddin]
Bersabar atas
perbuatan jelek orang lain dan memaafkannya merupakan salah satu puncak kemuliaan
budi pekerti. Rasul SAW bersabda kepada Uqbah bin Amir RA :
يَا عُقْبَةُ ، أَلَا أُخْبِرُكَ بِأَفْضَلِ أَخْلَاقِ أَهْلِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
. تَصِلُ مَنْ قَطَعَكَ وَتُعْطِي مَنْ حَرَمَكَ وَتَعْفُو عَمَّنْ ظَلَمَكَ
Wahai Uqbah, maukah
aku beritahu akhlak terbaik dari penduduk dunia akhirat? Yaitu engkau
menyambung tali silaturahim kepada kerabat yang memutuskan hubungannya
denganmu, engkau memberi kepada orang yang menghalangi pemberiannya kepadamu
dan engkau memaafkan orang yang mendzalimimu. [HR Al-Hakim]
Wallahu A’lam Semoga
Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk senantiasa berbuat baik
kepada orang lain dan bersabar atas perbuatan jelek mereka bahkan dengan ikhlas
memaafkan setiap perbuatan jeleknya.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul
Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren
Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar
Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok
Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni Walau
Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz
Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah
ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]