إنَّ اللّهَ أَوْحَىٰ إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّىٰ لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ علىٰ أَحَدٍ، وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَىٰ أَحَدٍ

"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain." [HR Muslim]

أَرْفَعُ النَّاسِ قَدْرًا : مَنْ لاَ يَرَى قَدْرَهُ ، وَأَكْبَرُ النَّاسِ فَضْلاً : مَنْ لَا يَرَى فَضْلَهُ

“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah melihat kemuliannya (merasa mulia).” [Syu’abul Iman]

الإخلاص فقد رؤية الإخلاص، فإن من شاهد في إخلاصه الإخلاص فقد احتاج إخلاصه إلى إخلاص

"Ikhlas itu tidak merasa ikhlas. Orang yang menetapkan keikhlasan dalam amal perbuatannya maka keihklasannya tersebut masih butuh keikhlasan (karena kurang ikhlas)." [Ihya’ Ulumuddin]

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." [HR Muslim]

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.

“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu.”[HR Ahmad]

Sunday, February 25, 2024

ROTI GOSONG

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari A’isyah RA, Rasul SAW bersabda :

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي

“Lelaki terbaik diantara kalian adalah yang terbaik kepada keluarganya dan aku adalah lelaki terbaik untuk keluarganya” [HR Turmudzi]

 

Catatan Alvers

 

"Waktu aku masih kecil, ibuku memasak makanan untuk kami. Suatu malam dia membuat makan malam setelah seharian bekerja keras. Ibu meletakkan sepiring 'sabzi' dan roti gosong di depan ayahku," kata Abdul Kalam. "Aku menunggu untuk melihat apakah ada yang memperhatikan roti gosong itu. Ayahku tenang saja makan rotinya dan bertanya padaku bagaimana hari-hariku di sekolah." "Aku tidak ingat apa yang ku katakan padanya malam itu, tapi aku ingat aku mendengar ibu meminta maaf kepada ayah atas roti gosong itu." "Aku tak akan pernah lupa yang dia katakan: 'Sayang, aku suka roti gosong'." "Malamnya, aku mencium ayah, mengucapkan selamat malam. Aku bertanya apa ayah benar-benar menyukai rotinya yang gosong." "Ayah memelukku sambil berkata, Ibumu melalui hari yang berat dengan pekerjaannya hari ini dan dia benar-benar lelah." "Roti gosong tidak pernah menyakiti siapa pun. Kata-kata kasarlah yang akan menyakitkan!" "Kau tahu nak? Hidup ini penuh dengan hal-hal yang tidak sempurna dan orang yang tidak sempurna. Ayah pun bukan lelaki terbaik, dan telah belajar menerima ketidaksempurnaan itu." "Apa yang telah aku pelajari selama bertahun-tahun adalah: Menerima Kesalahan Satu Sama Lain dan Memilih Untuk Merayakan Hubungan." [detik com]

 

Abdul Kalam, sang penutur kisah di atas adalah mantan presiden India yang memiliki nama lengkap Dr. Avul Pakir Jainulabdeen Abdul Kalam atau biasa disingkat dengan Dr.A.P.J.Abdul Kalam. Nama tersebut adaptasi dari bahasa Arab yaitu Abdul Fakir Zainul Abidin Abdul Kalam. Ia menjabat sebagai presiden India pada periode 2002-2007. Ia juga merupakan ilmuwan dan insinyur India terkemuka. Ia juga dikenal sebagai sosok penulis buku inspirasional, salah satunya adalah Wings of Fire yang ditujukan untuk menyemangati pemuda India. Ia terlahir dari keluarga muslim golongan karyawan dan ia wafat pada tahun 2015 silam. [wikipedia]

 

Kisah pendek di atas telah menginspirasi banyak orang, di antaranya ada netizen yang dibukakan pintu hatinya untuk menghargai istrinya dengan kisah ini. Ia bercerita bahwa kemarin istrinya masak makan siang dan tumben keasinan, tapi ia tetap menerima dan memakannya dengan lahap. Ia mengaku sangat menghargai usaha dari istrinya apapun itu. [detik com] Kisah di atas penuh inspirasi dan terpenting kisah di atas adalah menggambarkan praktik dari ajaran Islam yang diajarkan oleh Nabi SAW khususnya untuk menghargai istri.

 

Sikap seorang suami pada kisah di atas didasari oleh kesadaran bahwa setiap orang bisa bersalah karena tidak ada manusia yang sempurna. Sebagaimana Rasul SAW bersabda :

كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

"Setiap manusia melakukan banyak kesalahan, dan sebaik-baik orang yang bersalah (dosa) adalah yang bertaubat" [HR Ibnu Majah]

 

Ya, Tiada manusia yang sempurna termasuk termasuk kita dan istri kita. Syaikh Muhammad Mutawalli As-Sya’rawi berkata :

 مَنِ ابْتَغَى صَدِيْقًا بِلَا عَيْبٍ عَاشَ وَحِيْدًا وَمَنِ ابْتَغَى زَوْجَةً بِلَا نَقْصٍ عَاشَ أَعْزَبًا

“Siapa yang ingin mencari teman yang sempurna (tanpa aib), maka ia akan hidup sendirian (karena tiada teman yang sempurna). Siapa yang ingin mencari istri yang sempurna (tanpa kekurangan), maka hidupnya akan jomblo.” [arabcont com]

 

Baginda Nabi juga menugaskan seorang suami untuk meluruskan kesalahan dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan. Rasulullah SAW Bersabda : Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk, ia tidak bisa lurus untukmu di atas satu jalan. Bila engkau ingin bernikmat-nikmat dengannya maka engkau bisa bernikmat-nikmat dengannya namun padanya ada kebengkokan. Jika engkau memaksa untuk meluruskannya, engkau akan mematahkannya. Dan patahnya adalah perceraian.” [HR. Muslim]

 

Suami dilarang meluruskan istri dengan cara kekerasan. Ketika orang-orang mengadukan kekerasan yang dilakukan oleh para suami kepa da istri mereka maka beliau bersabda :

إِلَامَ يَجْلِدُ أَحَدُكُمْ امْرَأَتَهُ جَلْدَ الْأَمَةِ وَلَعَلَّهُ أَنْ يُضَاجِعَهَا مِنْ آخِرِ يَوْمِهِ

“(Hentikanlah), Sampai kapan seseorang diantara kalian mencambuk istrinya layaknya ia mencambuk budaknya, lalu boleh jadi ia menyetubuhinya di sore harinya?”. [HR Ibnu Majah]

Beliau juga bersabda :

 لَيْسَ أُولَئِكَ بِخِيَارِكُمْ

“Sesungguhnya mereka itu (yang suka memukul isterinya) bukanlah orang yang baik di antara kalian.  [HR Abu Dawud]

 

Rasul SAW sendiri tidak pernah memukul istri beliau. Sayyidah Aisyah RA berkata :

مَا ضَرَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْئًا قَطُّ بِيَدِهِ وَلَا امْرَأَةً وَلَا خَادِمًا

Rasul SAW tidak pernah sama sekali memukul sesuatu dengan tangannya, tidak pula wanita atau pembantunya. [HR Muslim]

 

Islam memerintahkan agar suami memperlakukan istrinya dengan baik. Allah SWT berfirman :

 وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا

“Dan pergaulilah dengan mereka (istri) secara baik. kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. [QS An-Nisa : 19]

 

Dalam kisah di atas, sang suami berbohong dengan mengatakan suka roti gosong untuk membahagiakan istrinya yang telah memasak roti tersebut. Bohong seperti ini tidak termasuk bohong yang dilarang. Rasul bersabda:

لاَ يَحِلُّ الْكَذِبُ إِلاَّ فِى ثَلاَثٍ يُحَدِّثُ الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ لِيُرْضِيَهَا وَالْكَذِبُ فِى الْحَرْبِ وَالْكَذِبُ لِيُصْلِحَ بَيْنَ النَّاسِ

Bohong itu tidak halal kecuali dalam tiga hal (yaitu) perkataan suami pada istrinya untuk menyenangkannya, bohong ketika perang, dan bohong untuk mendamaikan di antara manusia. [HR Tirmidzi]

 

Membahagiakan istri tidak melulu dengan harta, dengan perkataan yang baik juga dapat membahagiakannya. Maka seyogyanya seorang suami tidak mengabaikan salah satu dari keduanya. Abut Thayyib Al-Mutanabbi berkata :

لا خَيْلَ عِنْدَكَ تُهْدِيْهَا وَلاَ مَالُ :: فَلْيُسْعِدِ النُطْقُ إِنْ لَم تُسْعِدِ الْحَالُ

Engkau tidak memiliki kuda untuk kau berikan sebagai hadiah, tidak pula harta. Jika demikian maka bahagiakanlah orang lain dengan ucapanmu jika keadaanmu tidak membuatnya bahagia. [Al-Idlah Fi Ulumil Balaghah]

 

Coba bayangkan, jika sang suami tidak berbohong dan berkata dengan jujur mengenai roti yang gosong dan tidak enak maka pastilah sang istri akan marah dan kecewa karena pekerjaannya sia-sia dan ia akan merasa pengorbanannya tidak dihargai oleh sang suami. Bahkan dengan ucapan tersebut boleh jadi akan terjadi pertengkaran besar. Maka menjaga lisan dari ucapan yang menyakiti orang lain adalah hal yang penting karena hal itu dapat menyelamatkan seseorang dari celaka. Sayyidina Ali KW berkata :

سَلَامَةُ اْلإِنْسَانِ فِي حِفْظِ اللِّسَانِ

Keselamatan seseorang itu terdapat dalam menjaga ucapannya [Al-Yusi, Al-Muhadlarat fi Al-Lughat wa al-Adab]

Tidak hanya celaka di dunia, bahkan celaka di akhirat. Rasul SAW bersabda :

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ لِيَصْمُتْ

Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam [HR Bukhari]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati kita untuk menjaga lisan kita dari ucapan yang dapat menyakiti orang lain karena kitapun tidak ingin orang lain menyakiti kita dengan ucapannya. Dan kita juga tidak ingin menjadi gosong karena siksa neraka sebab ucapan jelek kita kepada orang lain. Lebih baik rotinya yang gosong daripada badan kita yang gosong karena api neraka.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

 

Friday, February 23, 2024

BEKAL UTAMA NISHFU SYA’BAN

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Siti Aisyah RA, Rasulullah SAW bersabda :

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَنْزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَغْفِرُ لِأَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعْرِ غَنَمِ كَلْبٍ

“Sesungguhnya Allah Azza Wajalla turun ke langit dunia pada malam nishfu Sya’ban dan mengampuni (dosa) yang banyaknya melebihi jumlah bulu domba Bani Kalb.” [HR Turmudzi]

 

Catatan Alvers

 

Hadits mengenai keutamaan Nishfu Sya’ban sering diperdebatkan, namun hadits di atas dinilai oleh ulama dari kalangan wahabi, Albani sebagai hadits shahih. Ia berkata :

وَجُمْلَةُ الْقَوْلِ أَنَّ الحَدِيْثَ بِمَجْمُوعِ هَذِهِ الطُّرُقِ صَحِيْحٌ بِلَا رَيْبٍ

Kesimpulannya adalah bahwa hadits ini dengan berbagai jalur periwayatannya adalah berstatus SHAHIH TANPA KERAGUAN. [As-Silsilah As-Shahihah]

Beliau melanjutkan : Mengingat keshahihan satu hadits bisa ditetapkan  oleh jumlah jalur periwayatan yang lebih sedikit dari jalur hadits di atas dengan catatan selamat dari status sangat dla’if sebagaimana status yang dimiliki oleh hadits ini.

 

Dengan demikian menjadi jelas bahwa malam Nishfu Sya’ban berbeda dengan malam lainnya. Ia adalah istimewa sehingga al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hanbali berkata “Di Malam Nishfu Sya’ban, kaum Tabi’in dari penduduk Syam mengagungkannya dan bersungguh-sungguh menunaikan ibadah pada malam tersebut. Khalid bin Ma’dan, Luqman bin Amir dan lain-lain dari kalangan tabi’in Syam mendirikan shalat di dalam Masjid pada malam Nishfu Sya’ban. Perbuatan mereka disetujui oleh al-Imam Ishaq Ibnu Rahawaih. Ibnu Rahawaih berkata mengenai shalat sunnah pada malam Nishfu Sya’ban di Masjid-masjid secara berjamaah: “Hal tersebut tidak termasuk bid’ah.” [Lathaif al-Ma’arif]

 

Sayyed Muhammad Bin Alwi Al-Maliki : Tidak ada doa tertentu yang dikhususkan untuk dibaca pada malam nisfu sya’ban yang datang dari Nabi SAW begitu pula tidak ada shalat khusus malam nisfu sya’ban. Yang ada adalah anjuran untuk menghidupkan malam nisfu sya’ban secara mutlak, yaitu dengan doa dan ibadah apapun.

فَمَنْ قَرأَ وَدَعَا وَصَلَّى وَتَصَدَّقَ وَعَمِلَ بِمَا تَبَسَّرَ لَهُ مِنْ أَنْوَاعِ الْعِبَادَةِ فَقَدْ أَحْيَاهَا وَنَالَ الثَّوَابَ عَىَي ذَلِكَ إِنْ شَاءَ اللهُ

Maka barang siapa yang membaca (Al-Qur’an), Shalat, sedekah, dan melakukan ibadah yang mudah baginya niscaya ia telah menghidupkan malam nisfu sya’ban dan mendapatkan pahalanya insya Allah. [Ma Dza Fi Sya’ban]

 

Namun ada sering dilupakan, padahal itu adalah yang paling utama untuk mendapatkan keagungan malam Nishfu Sya’ban. Apakah itu? membersihkan hati dari permusuhan. Rasul SAW bersabda :

إِنَّ اللَّهَ لَيَطَّلِعُ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ

 Allah SWT melihat (hamba-Nya) pada malam nisfu sya’ban, maka Dia mengampuni semua  hambaNya, kecuali orang yang musyrik atau bermusuhan.” [HR Ibn Majah]

 

Seberapapun seseorang shalat, sebanyak apapun ia membaca Al-Qur’an dan sekhusyuk apapaun ia beribadah pada malam Nishfu Sya’ban namun jika ia masih memendam permusuhan di dalam hatinya maka ia akan dikecualikan dari orang-orang yang mendapatkan ampunan pada malam mulia itu. Orang yang demikian itu dalam hadits tadi disebut dengan istilah “Musyahin”. Al-Munawi menjelaskan :

أَيْ مُعَادٍ عَدَاوَةً نَشَأَتْ عَنِ النَّفْسِ الْأَمَّارَةِ

Musyahin adalah orang yang bermusuhan dengan permusuhan yang muncul dari nafsu amarah (yang memerintahkan kepada kejelekan). [At-Taysir Bi Syarhil Jami’ As-Shagir]

 

Maka dari itu marilah kita saling memaafkan. Sebesar apapun kesalahan saudara seiman mari maafkan, namun sekecil apapun kesalahan kita kepada mereka mari kita meminta maaf. Janganlah ragu untuk memaafkan sebab memaafkan itu bukan karena kita lemah namun karena kita menyadari bahwa semua orang melakukan kesalahan termasuk kita sendiri. Janganlah ragu untuk memaafkan sebab memaafkan bukanlah pekerjaan yang hina bahkan sebaliknya dengan memaafkan, kita akan menjadi bertambah mulia di sisi Allah SWT. Rasul SAW bersabda:

وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا

“Dan tidaklah Allah menambah seorang hamba karena memaafkan kecuali kemuliaan” [HR. Muslim]

 

Seseorang mendapatkan pahala besar bukan hanya karena ia banyak mengerjakan shalat, puasa, berdzikir dan lainnya akan tetapi memaafkan juga mendatangkan pahala yang sangat besar. Allah SWT berfirman:

فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ

"Barang siapa yang memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah" [QS. Asy-Syura: 40].

 

Orang yang memaafkan ia di akhirat akan masuk surga tanpa hisab. Ali bin Al-Husein RA berkata : Tatkala di hari kiamat maka malaikat yang menyeru “Siapakah diantara kalian yang termasuk Ahlul Fadli (Pemilik Keutamaan)?” maka segolongan orang berdiri dan dipersilahkan berangkat menuju surga. Ditengah perjalanannya ia dicegat malaikat lain sehingga terjadi tanya jawab berikut. Mau kemana kalian? Mau ke surga. Bukankah kalian belum dihisab? Iya, belum. Siapakah kalian ini (sehingga bisa masuk surga sebelum dihisab)? Kami adalah ahlul Fadli (Pemiliki keutamaan). Apakah keutamaan kalian? Kami adalah orang-orang yang ketika dijahili maka kami bijaksana, ketika kami di dzalimi maka kami bersabar, dan

وَإِذَا سِيءَ إِلَيْنَا عَفَوْنَا

“Ketika ada orang berbuat jelek kepada kami maka kami memaafkan mereka”.

Lalu malaikat itu berkata : Masuklah kalian ke dalam surga, Sungguh surga itu adalah balasan terbaik untuk orang-orang yang beramal. [Tafsir Al-Qurtubi]

 

Tidak hanya di akhirat, di dunia para pemaaf akan hidup dengan tenang dan bahagia sera tidurnya bisa nyenyak. Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata : Apabila seseorang datang kepadamu mengeluhkan akan perbuatan orang lain, maka katakanlah:  “Wahai saudaraku, maafkanlah dia, karena sikap pemaaf lebih dekat kepada ketakwaan.”

Tetapi jika dia mengatakan : “hatiku tidak dapat memaafkannya, akan tetapi aku akan membalasnya sebagaimana perinta Allah Azza wa Jalla” Maka katakan kepadanya : “Jika engkau mampu untuk berlaku baik dalam membalas (maka lakukanlah). Namun jika tidak (dan khawatir melampaui batas), maka kembalilah kepada pintu maaf. Karena pintu maaf itu luas, maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah”. Lalu beliau berkata :

وَصَاحِبُ الْعَفْوِ يَنَامُ عَلَى فِرَاشِهِ بِاللَّيْلِ، وَصَاحِبُ الِانْتِصَارِ يُقَلِّبُ الْأُمُورَ

Seorang pemaaf akan tidur (nyenyak) di ranjangnya di malam hari, sementara orang yang membalas (dendam, ia akan susah tidurnya karena ia) membolak-balikkan perkara, [Tafsir Ibnu Katsir]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati kita untuk saling memaafkan dan menjauhkan diri dari permusuhan sesama muslim. Fathul Bari memohon maaf jika selama ini ada perkataan atau tulisan yang menyinggung atau menyakiti anda semua. Semoga kita semua mendapatkan ampunan-Nya pada malam yang mulia ini.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

Monday, February 19, 2024

KEMULIAAN ANAK PEREMPUAN

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Anas bin Malik RA, Nabi SAW bersabda :

مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ

“Barangsiapa yang menanggung dua anak perempuan hingga dewasa maka ia akan datang pada hari kiamat, Aku dan dia (seperti keadaan jari-jari jemari yang dirapatkan)” [HR Muslim]

 

Catatan Alvers

 

Membenci kelahiran anak perempuan merupakan tradisi jahiliyah. Dalam Islam, justru sebaliknya. Anak perempuan merupakan sarana bagi orang tuanya untuk mendapatkan kemuliaan bahkan ada orang shalih berkata : “Orang terbaik adalah yang memiliki anak pertama berupa anak perempuan”. Ada yang bertanya : “Mengapa demikian, Apa dalilnya?” Ia menjawab : “Bacalah firman Allah SWT” :

لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ

Milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi; Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki, [QS Asy-Syura: 49]

“Pada Ayat ini, Allah mendahulukan (dalam penyebutan) anugerah anak perempuan dari pada anugerah anak laki-laki maka ini menjadi dalil bahwa orang yang dikedepankan oleh Allah dalam Al-Qur’an maka ia akan dikedepankan di hari kiamat di hadapan semua makhluk”. [Dalilus Sailin]

 

Watsilah ibnul Asqa’ berkata :

مِنْ يُمْنِ المَرْأَةِ تَبْكِيْرُهَا بِالْأُنْثَى قَبْلَ الذَّكَرِ لِأَنَّ اللَّهَ تَعَالىَ بَدَأَ بِذِكْرِ الْإِنَاثِ

Sebagian dari keberkahan seorang wanita adalah melahirkan anak perempuan terlebih dahulu sebelum anak laki-laki. Hal ini dikarenakan Allah SWT mendahulukan penyebutan anak perempuan (dalam ayat di atas) [Tafsir As-Tsa’aliby]

 

Rasul SAW sendiri dikaruniai empat anak perempuan terlebih dahulu (Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Fatimah) sebelum memiliki anak laki-laki. Ketika lahir anak ke empat maka ada yang berkata : “Ya Rasulallah, bayinya perempuan (lagi)”  Maka Rasul SAW menjawab dengan penuh keyakinan :

 

هِيَ رَيْحَانَةٌ أَشُمُّهَا

“Dia (anak perempuan) itu wangi, aku mencium baunya”. [Dalilus Sailin]

Dan dalam riwayat lain, Rasul SAW menambahkan perkataan : “Dan rizkinya menjadi tanggungan Allah” [Al-Iqdul farid]

 

Memiliki anak perempuan merupakan sarana bagi orang tuanya untuk mendapatkan kemuliaan sebagaimana ditegaskan dalam hadits utama di atas “Barangsiapa yang menanggung dua anak perempuan hingga dewasa maka ia akan datang pada hari kiamat Aku dan dia (seperti keadaan jari-jari jemari yang dirapatkan)” [HR Muslim]

 

Kata “Ala” dalam hadits tersebut yang diartikan dengan menanggung. Secara bahasa kata “Ala” artinya dekat. Sedangkan maksudnya dijelaskan oleh Imam Nawawi adalah :

قَامَ عَلَيْهِمَا بِالْمُؤْنَةِ وَالتَّرْبِيَةِ وَنَحْوِهِمَا

Memberikan kecukupan bagi mereka dalam urusan biaya hidup, pendidikan dan keperluan lainnya. [Al-Minhaj Syarah Muslim]

 

 

Tidak hanya kemuliaan pada hari kiamat, orang tua yang memiliki anak perempuan berpotensi besar masuk surga. Jabir bin Abdillah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda :

مَنْ كَانَ لَهُ ثَلاَثُ بَنَاتٍ يُؤْوِيْهِنَّ وَيَكْفِيْهِنَّ وَيَرْحَمُهُنَّ فَقَدْ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةَ الْبَتَّةَ

“Barangsiapa yang memiliki tiga anak perempuan, ia mengayomi mereka, mencukupi mereka, dan menyayangi mereka maka wajib baginya surga”. [HR Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad]

Dalam riwayat at-Thabrani disebutkan : Kami bertanya : “Kalau dua anak perempuan Ya Rasulullah?”. Nabi bersabda : “Watsintaini” (Dua anak perempuan juga). Kami bertanya lagi : “Kalau satu anak perempuan Ya Rasulullah?”. Nabi bersabda : “Wa Wahidatan” (Satu anak perempuan juga). [HR Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir]

 

Mengasuh anak perempuan itu beban dan tanggung jawabnya akan lebih berat dari pada mengasuh anak laki-laki. Boleh jadi dari sifatnya yang lebih manja, biaya keperluan seperti baju dan lainnya bisa lebih mahal serta pengawasannya harus lebih ekstra. Boleh jadi karena inilah pahala mengasuh anak peempuan lebih besar pahalanya sesuai dengan kaidah “Al-Ajru Biqadrit Ta’ab” yang artinya (Besar kecilnya) Pahala itu sesuai dengan kepayahan amalnya. [Hasyiyah As-Sindy]

 

Satu ketika Sayyidah Aisyah RA melihat ada seorang ibu yang hanya mendapati sebutir kurma. Ia membelahnya menjadi dua bagian lalu memberikannya kepada kedua putrinya sedangkan ia sendiri tidak makan dari kurma itu sedikitpun. Hal ini lalu diceritakan kepada baginda Nabi SAW lalu beliau bersabda :

إنَّ اللَّهَ قَدْ أَوْجَبَ لَهَا بِهَا الْجَنَّةَ أَوْ أَعْتَقَهَا بِهَا مِنْ النَّارِ

“Sesungguhnya Allah mewajibkan surga bagi sang ibu atau Allah membebaskannya dari api neraka” [HR Muslim]

 

Jadi anak perempuan bisa menjadi sarana orang tua untuk masuk surga dan terbebas dari neraka. Poin kedua dipertegas lagi dalam hadits berikut :

مَنْ ابْتُلِيَ مِنْ هَذِهِ الْبَنَاتِ بِشَيْءٍ كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنْ النَّارِ

“Barangsiapa yang diuji dengan sesuatu (kesulitan) dari anak-anak perempuan (lalu ia berbuat baik kepada mereka) maka anak-anak perempuan itu akan menjadi penghalang baginya dari api neraka” [HR Bukhari]

 

Hadits ini juga menguatkan pendapat bahwa mengasuh anak perempuan itu memiliki kesulitan tersendiri. Mengomentari hadits tersebut, Imam Qurthubi berkata :

فَفِي هَذَا الْحَدِيثِ مَا يَدُلُّ عَلَى أَنَّ الْبَنَاتِ بَلِيَّةٌ، ثُمَّ أَخْبَرَ أَنَّ فِي الصَّبْرِ عَلَيْهِنَّ وَالْإِحْسَانِ إِلَيْهِنَّ مَا يَقِي مِنَ النَّارِ

“Dalam hadits ini terdapat dalil bahwa anak-anak perempuan adalah ujian. Kemudian Nabi mengabarkan bahwa pada sikap sabar dan berbuat baik kepada anak-anak perempuan terdapat pencegahan dari api neraka” [Tafsiir Al-Qurthubi]

Tidak hanya bersabar dalam menghadapi wanita kecil yang merupakan kebaikan, bersabar menghadapi wanita dewasa yaitu istri juga merupakan kebaikan. Dalam hadits disebutkan :

إِنَّ الصَّبْرَ عَلَى سُوْءِ خُلُقِ الزَّوْجَةِ عِبَادَةٌ

“Sesungguhnya bersabar atas jeleknya perangan istri adalah Ibadah”. [At-tahrir Wat Tanwir]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk lebih bersabar dalam membesarkan anak-anak perempuan dengan mengharap pahala dari Allah SWT.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]