ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari
A’isyah RA, Rasul SAW bersabda :
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ
لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي
“Lelaki terbaik
diantara kalian adalah yang terbaik kepada keluarganya dan aku adalah lelaki
terbaik untuk keluarganya” [HR Turmudzi]
Catatan Alvers
"Waktu aku
masih kecil, ibuku memasak makanan untuk kami. Suatu malam dia membuat makan
malam setelah seharian bekerja keras. Ibu meletakkan sepiring 'sabzi' dan roti
gosong di depan ayahku," kata Abdul Kalam. "Aku menunggu untuk
melihat apakah ada yang memperhatikan roti gosong itu. Ayahku tenang saja makan
rotinya dan bertanya padaku bagaimana hari-hariku di sekolah." "Aku
tidak ingat apa yang ku katakan padanya malam itu, tapi aku ingat aku mendengar
ibu meminta maaf kepada ayah atas roti gosong itu." "Aku tak akan
pernah lupa yang dia katakan: 'Sayang, aku suka roti gosong'." "Malamnya,
aku mencium ayah, mengucapkan selamat malam. Aku bertanya apa ayah benar-benar
menyukai rotinya yang gosong." "Ayah memelukku sambil berkata, Ibumu
melalui hari yang berat dengan pekerjaannya hari ini dan dia benar-benar lelah."
"Roti gosong tidak pernah menyakiti siapa pun. Kata-kata kasarlah yang
akan menyakitkan!" "Kau tahu nak? Hidup ini penuh dengan hal-hal yang
tidak sempurna dan orang yang tidak sempurna. Ayah pun bukan lelaki terbaik,
dan telah belajar menerima ketidaksempurnaan itu." "Apa yang telah
aku pelajari selama bertahun-tahun adalah: Menerima Kesalahan Satu Sama Lain
dan Memilih Untuk Merayakan Hubungan." [detik com]
Abdul Kalam, sang
penutur kisah di atas adalah mantan presiden India yang memiliki nama lengkap Dr.
Avul Pakir Jainulabdeen Abdul Kalam atau biasa disingkat dengan Dr.A.P.J.Abdul
Kalam. Nama tersebut adaptasi dari bahasa Arab yaitu Abdul Fakir Zainul Abidin
Abdul Kalam. Ia menjabat sebagai presiden India pada periode 2002-2007. Ia juga
merupakan ilmuwan dan insinyur India terkemuka. Ia juga dikenal sebagai sosok
penulis buku inspirasional, salah satunya adalah Wings of Fire yang ditujukan
untuk menyemangati pemuda India. Ia terlahir dari keluarga muslim golongan
karyawan dan ia wafat pada tahun 2015 silam. [wikipedia]
Kisah pendek di
atas telah menginspirasi banyak orang, di antaranya ada netizen yang dibukakan
pintu hatinya untuk menghargai istrinya dengan kisah ini. Ia bercerita bahwa kemarin
istrinya masak makan siang dan tumben keasinan, tapi ia tetap menerima dan memakannya
dengan lahap. Ia mengaku sangat menghargai usaha dari istrinya apapun itu. [detik
com] Kisah di atas penuh inspirasi dan terpenting kisah di atas adalah menggambarkan
praktik dari ajaran Islam yang diajarkan oleh Nabi SAW khususnya untuk
menghargai istri.
Sikap seorang
suami pada kisah di atas didasari oleh kesadaran bahwa setiap orang bisa
bersalah karena tidak ada manusia yang sempurna. Sebagaimana Rasul SAW bersabda
:
كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ
وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
"Setiap
manusia melakukan banyak kesalahan, dan sebaik-baik orang yang bersalah (dosa)
adalah yang bertaubat" [HR Ibnu Majah]
Ya, Tiada manusia
yang sempurna termasuk termasuk kita dan istri kita. Syaikh Muhammad Mutawalli
As-Sya’rawi berkata :
مَنِ ابْتَغَى صَدِيْقًا بِلَا عَيْبٍ عَاشَ وَحِيْدًا
وَمَنِ ابْتَغَى زَوْجَةً بِلَا نَقْصٍ عَاشَ أَعْزَبًا
“Siapa yang ingin
mencari teman yang sempurna (tanpa aib), maka ia akan hidup sendirian (karena
tiada teman yang sempurna). Siapa yang ingin mencari istri yang sempurna (tanpa
kekurangan), maka hidupnya akan jomblo.” [arabcont com]
Baginda Nabi juga
menugaskan seorang suami untuk meluruskan kesalahan dengan penuh kesabaran dan
kebijaksanaan. Rasulullah SAW Bersabda : Sesungguhnya wanita diciptakan dari
tulang rusuk, ia tidak bisa lurus untukmu di atas satu jalan. Bila engkau ingin
bernikmat-nikmat dengannya maka engkau bisa bernikmat-nikmat dengannya namun
padanya ada kebengkokan. Jika engkau memaksa untuk meluruskannya, engkau akan
mematahkannya. Dan patahnya adalah perceraian.” [HR. Muslim]
Suami dilarang meluruskan
istri dengan cara kekerasan. Ketika orang-orang mengadukan kekerasan yang
dilakukan oleh para suami kepa da istri mereka maka beliau bersabda :
إِلَامَ يَجْلِدُ أَحَدُكُمْ امْرَأَتَهُ
جَلْدَ الْأَمَةِ وَلَعَلَّهُ أَنْ يُضَاجِعَهَا مِنْ آخِرِ يَوْمِهِ
“(Hentikanlah),
Sampai kapan seseorang diantara kalian mencambuk istrinya layaknya ia mencambuk
budaknya, lalu boleh jadi ia menyetubuhinya di sore harinya?”. [HR Ibnu Majah]
Beliau juga bersabda
:
لَيْسَ أُولَئِكَ بِخِيَارِكُمْ
“Sesungguhnya
mereka itu (yang suka memukul isterinya) bukanlah orang yang baik di antara
kalian. [HR Abu Dawud]
Rasul SAW sendiri
tidak pernah memukul istri beliau. Sayyidah Aisyah RA berkata :
مَا ضَرَبَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْئًا قَطُّ بِيَدِهِ وَلَا امْرَأَةً وَلَا
خَادِمًا
Rasul SAW tidak
pernah sama sekali memukul sesuatu dengan tangannya, tidak pula wanita atau
pembantunya. [HR Muslim]
Islam
memerintahkan agar suami memperlakukan istrinya dengan baik. Allah SWT
berfirman :
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ
فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
“Dan pergaulilah
dengan mereka (istri) secara baik. kemudian bila kamu tidak menyukai mereka,
(maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah
menjadikan padanya kebaikan yang banyak. [QS An-Nisa : 19]
Dalam kisah di
atas, sang suami berbohong dengan mengatakan suka roti gosong untuk membahagiakan
istrinya yang telah memasak roti tersebut. Bohong seperti ini tidak termasuk
bohong yang dilarang. Rasul ﷺ
bersabda:
لاَ يَحِلُّ الْكَذِبُ إِلاَّ
فِى ثَلاَثٍ يُحَدِّثُ الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ لِيُرْضِيَهَا وَالْكَذِبُ فِى
الْحَرْبِ وَالْكَذِبُ لِيُصْلِحَ بَيْنَ النَّاسِ
Bohong itu tidak
halal kecuali dalam tiga hal (yaitu) perkataan suami pada istrinya untuk
menyenangkannya, bohong ketika perang, dan bohong untuk mendamaikan di antara
manusia. [HR Tirmidzi]
Membahagiakan
istri tidak melulu dengan harta, dengan perkataan yang baik juga dapat
membahagiakannya. Maka seyogyanya seorang suami tidak mengabaikan salah satu
dari keduanya. Abut Thayyib Al-Mutanabbi berkata :
لا خَيْلَ عِنْدَكَ تُهْدِيْهَا
وَلاَ مَالُ :: فَلْيُسْعِدِ النُطْقُ إِنْ لَم تُسْعِدِ الْحَالُ
Engkau tidak memiliki
kuda untuk kau berikan sebagai hadiah, tidak pula harta. Jika demikian maka
bahagiakanlah orang lain dengan ucapanmu jika keadaanmu tidak membuatnya
bahagia. [Al-Idlah Fi Ulumil Balaghah]
Coba bayangkan,
jika sang suami tidak berbohong dan berkata dengan jujur mengenai roti yang
gosong dan tidak enak maka pastilah sang istri akan marah dan kecewa karena
pekerjaannya sia-sia dan ia akan merasa pengorbanannya tidak dihargai oleh sang
suami. Bahkan dengan ucapan tersebut boleh jadi akan terjadi pertengkaran
besar. Maka menjaga lisan dari ucapan yang menyakiti orang lain adalah hal yang
penting karena hal itu dapat menyelamatkan seseorang dari celaka. Sayyidina Ali
KW berkata :
سَلَامَةُ اْلإِنْسَانِ فِي
حِفْظِ اللِّسَانِ
Keselamatan
seseorang itu terdapat dalam menjaga ucapannya [Al-Yusi, Al-Muhadlarat fi
Al-Lughat wa al-Adab]
Tidak hanya celaka
di dunia, bahkan celaka di akhirat. Rasul SAW bersabda :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ
وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ لِيَصْمُتْ
Barang siapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam [HR
Bukhari]
Wallahu A’lam.
Semoga Allah Al-Bari membuka hati kita untuk menjaga lisan kita dari ucapan
yang dapat menyakiti orang lain karena kitapun tidak ingin orang lain menyakiti
kita dengan ucapannya. Dan kita juga tidak ingin menjadi gosong karena siksa
neraka sebab ucapan jelek kita kepada orang lain. Lebih baik rotinya yang gosong
daripada badan kita yang gosong karena api neraka.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul
Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren
Wisata
AN-NUR 2 Malang
Jatim
Ngaji dan Belajar
Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok
Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni
Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada.
Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus
setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]